Membebaskan Kaum Muslim yang Tertawan


Membebaskan Kaum Muslim yang Tertawan


Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Din Islam adalah din yang berdimensi sosial. Din yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk menanggung anak yatim, memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan, melepaskan orang yang ditahan, memberi pertolongan kepada musafir, menjenguk orang sakit, membantu orang yang kesempitan dan membebaskan kesulitan mereka. Inilah karateristik Islam yang bersifat kasih sayang dan penuh rasa persaudaraan.
Namun, bencana bagi kaum muslimin, bila mereka melalaikan salah satu atau keseluruhan sifat di atas. Orang fakir menjadi terlantar, hidup sendiri tanpa ada yang memperhatikan keadaannya. Orang sakit tidak ada yang menjenguk, sehingga tak ada orang yang menghibur dan mendoakannya. Para musafir terlantar karena tidak ada orang yang memberinya bekal atau bantuan yang diperlukannya dan orang yang tengah berada dalam kesempitan hanya bisa termangu karena tidak ada orang yang melepaskannya dari kesempatan itu dan seterusnya. Tak ada orang yang memperhatikan mereka semua. Maka, kemudian mereka menempuh jalan yang dilarang syariat untuk memenuhi kebutuhannya itu. Mereka mencuri, merampok, korupsi, mengambil riba, dan sebagainya. Itulah dampaknya bila kaum muslimin meninggalkan sisi sosial dalam kehidupan dinnya.

Lebih menyedihkan lagi bila kemudian kondisi umat ini dimanfaatkan oleh orang Nasrani. Mereka datang ke daerah-daerah miskin kaum muslimin dan memberikan bantuan kepada mereka. Ini adalah kondisi yang jelas harus mendapatkan perhatian dari kaum muslimin.
Maasyiral muslimin rahimakumulah!
Hari ini perang antara Islam dan kafir, antara hak dan batil telah dikobarkan. Genderang telah ditabuh. Kaum muslimin di seluruh pelosok dunia tengah berjihad melawan kaum kafir. Kita bisa melihat di Chechnya, Pilipina, Afghanistan, Sudan, Palestina, Kashmir, dan di Irak. Korban sudah banyak berjatuhan. Sudah berapa banyak wanita menjadi janda, anak-anak menjadi yatim dan orang-orang ditawan. Lalu, apa yang harus kita lakukan terhadap mereka itu. Apa hak mereka atas kita?
Hak mereka atas kita adalah membebaskan mereka. Rasulullah saw. bersabda, "Lepaskanlah orang yang ditahan, penuhilah orang yang memanggil, berilah makan orang yang lapar dan jenguklah orang sakit." (HR Bukhari).
Karena pentingnya persoalan ini, Imam Bukhari memberikan bab khusus dalam kitab shahihnya dengan judul Membebaskan Tawanan. Salah satu isinya adalah hadis sebagaimana tersebut di atas.
Imam Malik berkata, "Merupakan kewajiban bagi manusia untuk membebaskan para tawanan dengan seluruh harta mereka." Ucapan Imam Malik ini tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah saw.: "Bebaskanlah tawanan."
Ibnu Taimiyah Rahimahullah telah menulis surah yang panjang yang ditujukan kepada Sirjiwan, pembesar Nasrani, berkaitan dengan kaum muslimin yang ditawan. Ia menulis, "Sungguh aneh kaum Nashrani, mereka menangkap sekelompok kaum dengan cara curang maupun tidak curang, padahal kaum itu tidak memerangi mereka dan al-Masih sendiri telah berakata, 'Siapa yang menampar pipi kananmu, maka berikanlah pipi kirimu, dan siapa yang mengambil selendangmu maka berikanlah pakaianmu.' Dan setiap kali tawanan itu bertambah, maka akan bertambahlah kemarahan Allah dan kaum muslimin. Maka bagaiman mungkin hanya bersikap diam terhadap tawanan kaum muslimin di Qobros (Cyprus), terlebih mereka adalah kaum fakir, lemah dan tidak ada penanggung bagi mereka...." (Al-Fatawa 28/625).
Selanjutnya, Ibnu Taimiyah menjelaskan perbedaan perlakuan kaum muslimin terhadap Nasrani yang berada di bawah kekuasaannya dengan perlakuan kaum Nasrani terhadap kaum muslimin yang berada di bawah kekuasaannya. Ia berkata, "Apakah penguasa itu tidak menyadari bahwa ditangan kita terdapat orang-orang Nashrani ahli dzimmah dan amman yang jumlah mereka tidak terhitung banyaknya, dan perlakuan kita terhadap mereka sudah diketahui. Maka bagaimanakah mereka memperlakukan kaum muslimin dengan perlakuan yang bertentangan dengan agama dan perilaku? (Al-Fatawa 28/622).
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Kita telah mengetahui sikap dan perkataan para ulama terhadap tawanan kaum muslimin, lalu bagaimanakah sikap dan perkataan para pemimpin dan penguasa terhadap para tawanan itu? Umar bin Abdul Aziz, yang dianggap sebagai khalifah kelima dari khulafaur rasyidin menulis kepada sebagian anak buahnya agar mereka mengumpulkan segala hartanya dan menebus tawanan muslimin.
Hakam bin Hisyam, salah seorang pemimpin Andalusia (Spanyol), mendengar seorang muslimah ditawan dan menyeru: "Tolonglah wahai Hakam," ia merasa itu adalah persoalan besar. Maka dengan segera ia mengumpulkan tentaranya lalu pergi ke Negara eropa tahun 1906 dan melakukan serangan, serta berhasil membuka beberapa benteng. Banyak dari kaum lelaki terbunuh dan kaum wanita ditawan. Lalu sampailah ia ke tempat wanita tersebut ditawan. Hakam lalu membebaskannya dan membiarkannya pulang dengan merdeka ke tempat tinggalnya di Cordoba.
Yang lain adalah Manshur bin Abi Amir. Ia sebagaimana dikatakan Imam Adz-Dzahabi, seorang pahlawan pemberani, ahli perang dan juga seorang alim. Telah banyak wilayah ia taklukan. Ia juga telah memenuhi bumi Andalus dengan tawanan dan ghanimah. Ia telah banyak berperang dengan kaum Nashrani, sehingga debu hasil peperangannya itu bisa terwujud sebuah batu bata.... (Siyarul A'lam Nubala 17/15, 16, 123, 124).
Pahlawan pemberani disifati oleh Imam Dzahabi sebagai orang yang memiliki sikap yang mengagumkan dalam membebaskan kaum muslimin yang tertawan. Imam Dzahabi berkata, "Suatu ketika Manshur baru saja tiba dari sebuah peperangan, lalu ia mendengar seorang wanita berkata di dalam tempat tinggalnya, 'Wahai Manshur, apakah engkau membiarkan manusia berbahagia sedangkan diriku menangis dalam kesedihan? Ketahuilah, anakku tengah ditawan di negara Romawi.' Maka dengan serta merta Manshur menggerakkan kudanya dan menyuruh manusia pergi berperang menuju tempat anak wanita itu berada." (Siyaru A'lamin Nubala 17/125,216).
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Demikianlah sikap para pendahulu kita, baik ulama maupun pemimpinnya. Mereka memiliki perhatian dan kepedulian yang cukup besar untuk membebaskan tawanan kaum muslimin. Meneriakkan panggilan dan menyambut panggilan itu. Menulis surah dan menyiapkan pasukan untuk membebaskan kaum muslimin yang tertawan.
Kemudian waktu pun berlalu, dan hari ini kita mendapati betapa kaum muslimin telah menutup mata terhadap kaum muslimin lain yang tertawan oleh kaum kuffar. Mereka dibiarkan berada di balik jeruji besi yang gelap gulita, penuh penderitaan, dan kezaliman dari musuh-musuhnya. Mereka berteriak dan memanggil, tetapi tak satu pun kaum muslimin yang menjawab panggilan mereka itu. Di manakah kepedulian dan rasa persaudaraanmu wahai kaum muslimin? Di sana saudaramu tengah menderita dan dizalimi oleh musuh-musuhnya. Bantulah mereka.
Wahai Allah, bebaskanlah kesempitan orang yang memiliki kesempitan. Wahai Allah, bebaskanlah tawanan orang-orang muslim. Peliharalah din dan keyakinan mereka, janganlah Engkau biarkan mereka menjadi fitnah orang-orang kafir. Amin. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar