MENDIDIK ANAK
MENDIDIK ANAK
"Ya Tuhan kami sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah ) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur" (Q.S.
Ibrahim : 37).
Pendidikan terhadap generasi penerus (anak) merupakan suatu
keharusan bagi para orang tua. Orangtualah yang mengambil peran sangat dominan
dalam pembentukan sikap dan kepribadian generasi penerus itu. Pendidikan yang
diberikan kedua orang tua di awal pertumbuhan sang anak merupakan titik
permulaan yang sangat menentukan kesuksesan dan keberhasilannya dalam mengemban
amanah sebagai khalifah Allah di bumi. Kelemahan di dalam hal ini akan
menyebabkan hancurnya tatanan kehidupan, yang tidak hanya menimpa keluarga, tapi
juga seluruh umat. Sebuah generasi yang sangat didambakan untuk melanjutkan
estafet perjalanan amanah sebagai khalifah Allah, menjadi hancur. Kita akhirnya
harus mempersiapkan lagi satu generasi pengganti, disamping harus membina
kembali generasi yang terlanjur rusak. Sungguh, suatu pekerjaan yang
melelahkan.
Dalam mendidik anak, ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil
dari sejarah. Kisah Nabi-Nabi dalam Al-Qur'an, kisah kelembutan Nabi Muhammad
terhadap anak-anak kecil, kisah para shalafush-shalih, dan banyak lainnya. Satu
diantara kisah-kisah itu adalah kisah Nabi Ibrahim dalam mendidik anak-anaknya,
sehingga di kemudian hari banyak diantara keturunannya itu menjadi orang-orang
pilihan Allah untuk mengemban risalah-Nya. Tak pelak bila beliau digelari
sebagai abu-l-anbiya (Bapak para Nabi), selain gelar Khalilullah (kekasih Allah)
yang sudah disandangnya.
Dalam ayat diatas, Allah SWT memberikan pelajaran penting dalam
pembinaan anak melalui nabi-Nya Ibrahim as. Setidaknya ada beberapa pelajaran
penting yang bisa diambil dalam ayat yang mulia ini :
1. Didiklah anak dengan do'a.
Ayat diatas merupakan sebuah do'a yang dipanjatkan Nabi Ibrahim as. agar anak-anaknya kelak menjadi orang-orang yang selalu mendirikan shalat, dicintai oleh sesamanya dan diberi rizki yang melimpah.
Untaian doa yang dipanjatkan hendaklah selalu teriringkan dalam mendidik anak. Memohon kepada Dzat yang Menciptakan segala sesuatu untuk menjadikan baginya anak yang sholeh dan diberi kemampuan serta kesabaran untuk menemukan cara terbaik dalam mendidik anak-anaknya. Karena do'a, bagaimanapun, adalah sarana komunikasi ruhiyah seorang hamba dengan Tuhannya. Doa pula yang merupakan pembatas yang menunjukan kelemahan manusia dan kemahaagungan Allah swt.
Dalam mendidik anak, manusia tidak cukup dengan hanya mengandalkan kekuatan akal dan jasmaninya. Bimbingan ilahiyah sangatlah diperlukan. Kelemahan manusia dalam memandang sesuatu yang baik buat si anak begitu relatif. Terkadang ia berpikir bahwa suatu perbuatan yang menurutnya sudah baik untuk pendidikan si anak, pihak lain memandangnya sebagai suatu yang tidak tepat Maka sehebat apapun manusia berteori, tidak akan terlepas dari kemampuan akalnya yang terbatas.
Selain ayat di atas ada banyak ayat yang menunjukkan peran doa yang begitu vital dalam pendidikan anak (3:36-38, 19:3-6, 25:74). Setidaknya dengan doa segala usaha telah diserahkan hasilnya kepada Allah, Dialah yang mengetahui apa-apa yang hambanya tidak ketahui, sehingga apapun yang kemudian terjadi pada sang anak merupakan hal yang terbaik yang dikehendaki Rabbnya.
Ayat diatas merupakan sebuah do'a yang dipanjatkan Nabi Ibrahim as. agar anak-anaknya kelak menjadi orang-orang yang selalu mendirikan shalat, dicintai oleh sesamanya dan diberi rizki yang melimpah.
Untaian doa yang dipanjatkan hendaklah selalu teriringkan dalam mendidik anak. Memohon kepada Dzat yang Menciptakan segala sesuatu untuk menjadikan baginya anak yang sholeh dan diberi kemampuan serta kesabaran untuk menemukan cara terbaik dalam mendidik anak-anaknya. Karena do'a, bagaimanapun, adalah sarana komunikasi ruhiyah seorang hamba dengan Tuhannya. Doa pula yang merupakan pembatas yang menunjukan kelemahan manusia dan kemahaagungan Allah swt.
Dalam mendidik anak, manusia tidak cukup dengan hanya mengandalkan kekuatan akal dan jasmaninya. Bimbingan ilahiyah sangatlah diperlukan. Kelemahan manusia dalam memandang sesuatu yang baik buat si anak begitu relatif. Terkadang ia berpikir bahwa suatu perbuatan yang menurutnya sudah baik untuk pendidikan si anak, pihak lain memandangnya sebagai suatu yang tidak tepat Maka sehebat apapun manusia berteori, tidak akan terlepas dari kemampuan akalnya yang terbatas.
Selain ayat di atas ada banyak ayat yang menunjukkan peran doa yang begitu vital dalam pendidikan anak (3:36-38, 19:3-6, 25:74). Setidaknya dengan doa segala usaha telah diserahkan hasilnya kepada Allah, Dialah yang mengetahui apa-apa yang hambanya tidak ketahui, sehingga apapun yang kemudian terjadi pada sang anak merupakan hal yang terbaik yang dikehendaki Rabbnya.
2.Menempatkan anak pada lingkungan yang baik.
Setelah untain doa telah terpanjatkan pada sang maha pencipta, langkah selanjutnya adalah usaha dari kedua orang tua untuk menempatkan sang anak pada lingkungan yang baik. Dalam hal ini bimbingan ilahiyah yang tepancar lewat doa-doa yang dipanjatkan akan mengiring para orang tua untuk mendapatkan lingkungan yang terbaik bagi anak-anaknya. Sebab lingkungan yang baik menurut pandangan orang tua belumlah mesti baik bagi perkembangan anak-anak, namun setidaknya ayat diatas memberikan kreteria terpenting untuk memilih lingkungan yang baik itu, yaitu lingkungan yang mendekatkan dan mengingatkan sang anak pada Penciptaannya, sehingga ia selalu bisa berintraksi dengan ibadah yang selanjutnya akan menumbuhkan akhlaq yang mulia. Pada tahap selanjutnya sang anak akan menjadi mudah bergaul dalam lingkungannya dan cintai masyarakat sekitar.
Setelah untain doa telah terpanjatkan pada sang maha pencipta, langkah selanjutnya adalah usaha dari kedua orang tua untuk menempatkan sang anak pada lingkungan yang baik. Dalam hal ini bimbingan ilahiyah yang tepancar lewat doa-doa yang dipanjatkan akan mengiring para orang tua untuk mendapatkan lingkungan yang terbaik bagi anak-anaknya. Sebab lingkungan yang baik menurut pandangan orang tua belumlah mesti baik bagi perkembangan anak-anak, namun setidaknya ayat diatas memberikan kreteria terpenting untuk memilih lingkungan yang baik itu, yaitu lingkungan yang mendekatkan dan mengingatkan sang anak pada Penciptaannya, sehingga ia selalu bisa berintraksi dengan ibadah yang selanjutnya akan menumbuhkan akhlaq yang mulia. Pada tahap selanjutnya sang anak akan menjadi mudah bergaul dalam lingkungannya dan cintai masyarakat sekitar.
3. Pendidikan yang baik buat sang anak.
Apa subtansi pendidikan anak yang terbaik itu..? Pertanyaan itu selalu membangunkan para orangtua untuk mengalokasikan dana yang tidak sedikit demi mencapai pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka, walaupun orientasi-orientasi pendidikan itu ternyata masih belum jelas. Sebagian orang tua lebih memfokuskan pendidikan anaknya pada kemudahan mendapatkan peluang kerja yang menjanjikan walaupun itu harus mengorbankan aqidah sang anak. Sementara yang lain lebih menekankan unsur keshalehan tanpa peduli dengan peluang mereka bersaing mendapatkan porsi dalam kehidupan dunia sementara hal itu juga merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang-orang Islam. Fenomena-fenomena ini berlanjut kerena pemahaman agama sebagian masyarakat masih terkotak-kotak oleh keyakinan parsial.
Islam sebagai agama yang mempunyai pemahaman yang integral sangatlah menolak pemahaman-pemahaman parsial yang menempatkan Islam pada bingkai yang sempit.Padahal dalam ayat di atas subtansi pendidikan sudah diletakan secara proporsional. Ketika Ibrahim memanjatkan doa yang memohonkan keturunannya mendidirikan shalat, ada satu isyarat yang menuntut para orang tua untuk memberikan penanaman aqidah yang shahih, mengenalkan Islam dan kewajiban-kewajiban yang mesti dilakukan pada awal-awal pendidikan anak-anaknya, sehingga ia mampu mengenal Islam dan melaksanakan ajaran-ajarannya. Secara kesimpulan pelajaran agamalah yang menempati urutan pertama dalam pendidikan.
Pada bagian kedua Ibrahim memanjatkan doa supaya hati sebagian manusia cenderung kepada mereka. Hal ini memberikan isyarat kepada para orang tua setelah memberikan pendididkan agama yang baik, untuk kembali melanjutkan pendidikan mereka dengan memperhatikan akhlaq tingkah laku anak menjadi baik dan luhur sehingga dalam pergaulan sehari-hari ia tidak menjadi masalah bagi lingkungannya namun justru hati manusia menjadi suka dan cenderung kepadanya.Maka akhlaq menjadi subtansi yang paling penting bagi pendidikannya selanjutnya dan tentunya akhlaq Islam lah yang menjadi rujukan.
Selanjutnya pada bagian akhir Ibrahim melanjutkan doanya supaya Allah memberikan rizqi bagi keturunannya.Setelah pemahaman yang baik terhadap Islam dan pendidikan akhlaq yang luhur barulah para orang tua dihadapkan pada subtansi pendidikan selanjutnya yang diajarkan Ibrahim yaitu penekanan pada masalah skill dan keilmuan umum yang akan membantu dia mendapatkan porsi yang layak dalam kehidupan ini, sehingga diharapkan setelah pengenalan terhadap agama yang baik dan ditopang dengan keluhuran budi pekerti menjadikan sang anak bersyukur terhadap apa yang ia dapatkan dari rizqi yang Allah berikan melalui usaha-usaha yang dia lakukan sesui dengan ilmu yang ia kuasai dibidangnya.
Apa subtansi pendidikan anak yang terbaik itu..? Pertanyaan itu selalu membangunkan para orangtua untuk mengalokasikan dana yang tidak sedikit demi mencapai pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka, walaupun orientasi-orientasi pendidikan itu ternyata masih belum jelas. Sebagian orang tua lebih memfokuskan pendidikan anaknya pada kemudahan mendapatkan peluang kerja yang menjanjikan walaupun itu harus mengorbankan aqidah sang anak. Sementara yang lain lebih menekankan unsur keshalehan tanpa peduli dengan peluang mereka bersaing mendapatkan porsi dalam kehidupan dunia sementara hal itu juga merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang-orang Islam. Fenomena-fenomena ini berlanjut kerena pemahaman agama sebagian masyarakat masih terkotak-kotak oleh keyakinan parsial.
Islam sebagai agama yang mempunyai pemahaman yang integral sangatlah menolak pemahaman-pemahaman parsial yang menempatkan Islam pada bingkai yang sempit.Padahal dalam ayat di atas subtansi pendidikan sudah diletakan secara proporsional. Ketika Ibrahim memanjatkan doa yang memohonkan keturunannya mendidirikan shalat, ada satu isyarat yang menuntut para orang tua untuk memberikan penanaman aqidah yang shahih, mengenalkan Islam dan kewajiban-kewajiban yang mesti dilakukan pada awal-awal pendidikan anak-anaknya, sehingga ia mampu mengenal Islam dan melaksanakan ajaran-ajarannya. Secara kesimpulan pelajaran agamalah yang menempati urutan pertama dalam pendidikan.
Pada bagian kedua Ibrahim memanjatkan doa supaya hati sebagian manusia cenderung kepada mereka. Hal ini memberikan isyarat kepada para orang tua setelah memberikan pendididkan agama yang baik, untuk kembali melanjutkan pendidikan mereka dengan memperhatikan akhlaq tingkah laku anak menjadi baik dan luhur sehingga dalam pergaulan sehari-hari ia tidak menjadi masalah bagi lingkungannya namun justru hati manusia menjadi suka dan cenderung kepadanya.Maka akhlaq menjadi subtansi yang paling penting bagi pendidikannya selanjutnya dan tentunya akhlaq Islam lah yang menjadi rujukan.
Selanjutnya pada bagian akhir Ibrahim melanjutkan doanya supaya Allah memberikan rizqi bagi keturunannya.Setelah pemahaman yang baik terhadap Islam dan pendidikan akhlaq yang luhur barulah para orang tua dihadapkan pada subtansi pendidikan selanjutnya yang diajarkan Ibrahim yaitu penekanan pada masalah skill dan keilmuan umum yang akan membantu dia mendapatkan porsi yang layak dalam kehidupan ini, sehingga diharapkan setelah pengenalan terhadap agama yang baik dan ditopang dengan keluhuran budi pekerti menjadikan sang anak bersyukur terhadap apa yang ia dapatkan dari rizqi yang Allah berikan melalui usaha-usaha yang dia lakukan sesui dengan ilmu yang ia kuasai dibidangnya.
Post a Comment