KEGHAIBAN HANYA MILIK ALLAH

KEGHAIBAN HANYA MILIK ALLAH
"Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Hujurat:18).
Salah satu sifat Allah, yakni 'Alim Al-Ghaib (yang mengetahui hAl-hal yang gaib).HAl-hal yang meliputi informasi masa yang telah lama berlalu, masa kini dan masa depan. Ia juga meliputi alam yang tak terlihat, yakni alam jin, malaikat, sorga, neraka dan sebagainya. Nabi SAW sama sekali tak mengetahui hAl-hal yang ghaib kecuali beberapa hal yan telah diwahyukan kepadanya. Hal itu dengan jelas disebutkan dalam Al-Qur'an yang di antaranya Allah berfirman kepada Nabi-Nya:
"Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib…" (QS. Al-An'am 50).
"Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan." (QS.Al-A'raf 188).
Karena masa depan dan masa lalu yang tak terlacak tergolong masalah gaib, Islam melarang segala bentuk ramal-meramal, misalnya membaca garis nasib telapak tangan, membaca daun teh, melihat bola kristal, horoscope, dan sebagainya. Seorang peramal dianggap telah kafir karena pengakuannya tentang pengetahuan masa depan yang berarti telah menetapkan atas dirinya salah satu sifat Allah.
Karena ramal-meramal melibatkan hal-hal yang kotor dan bid'ah, Islam sangat menentangnya. Islam menentang segala bentuk pergaulan dengan orang yang mempraktekan ilmu ramal, kecuali jika untuk menasehati mereka agar menghentikan praktek-praktek terlarang itu.
Nabi SAW melarang mengunjungi orang yang mengaku memiliki pengetahuan masa depan walaupun sekedar ingin tahu dengan sabdanya: "Barangsiapa mengunjungi seorang peramal dan bertanya kepadanya tentang sesuatu (berkenaan dengan hal-hal ghaib), maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari dan malam." (Diriwayatkan oleh Hafsah dan ditakhrij oleh muslim) Selama masa itu shalat orang itu hanya sekedar menggugurkan kewajiban supaya ia tidak harus mengqadla shalatnya setelah masa empat puluh hari telah lewat. Namun ia tidak memperoleh pahala dari ibadah shalatnya selama itu. Ia dengan demikian tetap harus melanjutkan shalatnya, sebab jika tidak ia terjatuh ke dosa besar lain, yakni meninggalkan shalat. Dalam riwayat yang lain Nabi SAW menyatakan bahwa orang yang mempercayai kemampuan orang lain untuk meramal masa depan dengan tepat berarti telah keluar dari Islam dan menjadi kafir. Abu Hurairah dan Al-Hasan ibn Ali meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: "Barangsiapa datang ke tukang ramal atau dukun dan mempercayai apa yang dikatanya berarti ia telah kufur atas apa yang diwahyukan kepada Muhammad." (dikeluarkan oleh Abu Dawud). Mempercayai ramalan-ramalan mereka sama saja menisbatkan sifat-sifat Allah kepada makhluq. Perbuatan itu adalah bagian dari kesyirikan dan kufur, karena telah menolak keesaan Allah dan kemampuan-Nya mengetahui kepastian masa depan. Patut diperhatikan bahwa aturan-aturan di atas bagi orang yang mengunjungi peramal (karena keingintahuan atau memang percaya) secara analogis dapat ditetapkan kepada para pembaca kartu-kartu horoscope dan buku-buku, majalah, surat kabar ataupun dalam program komputer, sebab sarana itulah yang umumnya dipakai peramal abad kedua puluh satu ini untuk menyebarkan ramalanya. Karena itu segala metode yang digunakan oleh dukun-dukun, tukang tenung maupun peramal adalah terlarang bagi muslim. Secara tegas Allah telah menyatakan bahwa hanya Ia sendiri yang mengetahui kejadian masa depan.
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah, pengetahuan tentang hari Kiamat. Dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal." (Q.S. Luqman : 4).
Kaum Muslimin harus sangat waspada berhubungan dengan berbagai buku, majalah, surat kabar, demikian pula dengan orang-orang yang dengan satu dan lain cara mengklaim pengetahuan masa depan atau hal-hal gaib lainnya. Bahkan ketika seorang pengasuh ramalan cuaca yang muslim, misalnya, meramal hujan, salju, atau kondisi cuaca yang lain untuk keesokan harinya, ia harus menambahkan kalimat "Insya Allah" (jika Allah menghendaki).
Demikian pula ketika seorang dokter muslim mendiagnosa pasiennya bahwa ia akan melahirkan seorang anak pada tanggal sekian, bulan sekian, dia harus berhati-hati dengan menambahkan kalimat "Insya Allah."
Surat ini ditutup dengan frase "Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan," yang mengingatkan pembaca bahwa pengetahuan Allah serba lengkap. Apapun yang diperbuat oleh seorang manusia setelah memahami surat ini, atau surat lain dalam Al-Qur'an, ia selalu diawasi oleh Allah dan ia harus bertanggung jawab terhadap segala pilihan salah yang telah diambilnya. Ungkapan penutup ini adalah ajakan kepada taqwa, kesadaran ketuhanan, sebagai kunci sukses dunia-akhirat.

Tidak ada komentar