Menjaga Kehormatan

Menjaga Kehormatan


Sungguh merupakan bahaya besar yang tidak disadari oleh kebanyakan umat Islam, ketika angin fitnah berhembus kencang menerpa mereka. Tak banyak yang mampu teguh berdiri kokoh. Jika seseorang berhasil mengatasi fitnah syubhat, belum tentu mampu menepis fitnah syahwat, atau sebaliknya. Hingga akhirnya, mereka tidak lagi terlihat melindungi dan menjaga harga diri dan kehormatan. Justru mencampakkan dan menggantinya dengan kehinaan.

Itulah fenomena yang terlihat di hadapan mata kita, terutama pada kaum wanita. Keadaan umat semakin terlihat kacau, mereka tampak jauh dari petunjuk Alquran dan sunah, sehingga mereka sangat mudah dipatahkan, karena tidak mempunyai kekuatan prinsip sama sekali. Sampai-sampai orang yang ingin tetap komitmen terhadap agamanya dan menjaga kesucian diri (iffah) nya merasa berat menghadapi kenyataan, dan selalu berhadapan dengan bahaya yang mengerikan.

Kenyataan tersebut berawal dari hanyutnya sebagian kaum muslimin terhadap propaganda-propaganda dan slogan-slogan batil yang dilancarkan musuh-musuh Islam. Westernisasi (pemberdayaan budaya Barat) oleh umat tidak dihitung sebagai upaya penggeseran nilai-nilai akidah. Sehingga, dengan berbagai dalih seperti globalisasi atau universalisasi musuh berhasil menipu umat. Maka, semakin jauhlah manusia dari petunjuk dan kebenaran. Isu globalisasi tersebut telah berhasil mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, antara kebaikan dan kemungkaran, antara sunah dan bidah, juga antara Islam dan non-Islam.

Teori inilah yang paling jitu untuk melunturkan agama dari dalam diri orang beriman, dan mengubah umat Islam menjadi binatang piaraan yang mudah dihalau dan dikendalikan. Dengan hal itu, mereka meninabobokkan umat, membuatnya terlena dalam kesenangan nafsu, sehingga perasaan menjadi tumpul tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang mungkar. Bahkan, ada di antara mereka yang perlahan-lahan mulai murtad dari ajarannya.

Semua ini akibat dari sikap meremehkan kaidah al-wala' wal-bara' atau loyalitas kepada agama dan pembebasan diri dari selainnya. Selain itu, karena adanya penodaan terhadap makna cinta dan benci karena Allah, pembungkaman mulut untuk mengatakan kebenaran, dan munculnya berbagai tuduhan yang dilontarkan kepada orang yang masih mempunyai kebaikan dan berusaha memperjuangkan kebenaran. Mereka dituduh sebagai teroris, ektremis, radikalis, fundamentalis, dan lain-lainnya, bahkan julukan-julukan yang sangat keji.

Di antara upaya yang sangat membahayakan dan berpengaruh besar dalam meluluhlantakkan umat Islam dan menghanyutkan mereka dalam gelombang kesenangan syahwat dan kemerosotan akhlak adalah penyebaran fitnah berupa upaya memalingkan kaum wanita Islam dari penjagaan-penjagaan keutamaan yang ada dalam diri mereka kepada pintu-pintu kehancuran dan pembukaan berbagai perbuatan keji. Sehingga, kebanyakan wanita Islam tidak lagi terlihat melindungi dan memelihara kehormatan serta harga diri, malah mengobrak-abrik, merusak, dan menjadikannya hina.

Dengan semboyan HAM, kebebasan kaum wanita, kesetaraan gender, dan lain-lainnya yang semuanya bersumber dari paham demokrasi yang sesat dan menyesatkan. Dengan itu mereka telah berhasil mengubah pola pikir wanita-wanita Islam. Sehingga, dengan serta merta kaum wanita Islam mulai meninggalkan hijab, ikut meramaikan budaya mengumbar aurat di depan umum, bertabarruj (berdandan), dan sufur (buka-bukaan aurat), berpenampilan tidak senonoh, dan ikut terlibat dalam pornografi maupun pornoaksi.

Di Indonesia, negara berkembang yang berpenduduk mayoritas muslim dan akrab dengan budaya ketimuran, sudah mulai terasa derasnya arus budaya Barat. Kaum muslimin mulai mengadopsi budaya-budaya bejat itu. Kaum remaja tanpa batas leluasa meniru gaya orang-orang kafir Barat, mulai dari trend mode pakaian, gaya bergaul, dan gaya hidup. Maka, tidak heran jika remaja yang tinggal di kota-kota besar sudah akrab dengan budaya seks bebas. Anehnya, para orang tua tidak sedikit yang justru ikut membantu dan mendorong putra-putrinya ke jurang kenistaan dan kemerosotan moral itu. Na'udzubillah min dzalik.

Musuh-musuh Islam menggunakan cara-cara yang sangat halus dalam melancarkan aksi untuk sampai pada tujuan mereka. Tahap awal yang mereka lakukan adalah menggalakkan budaya ikhtilath (campur-baur antara laki-laki dan perempuan).

Ikhtilath yang jelas-jelas tegas dilarang oleh Islam sudah ditanamkan mulai pada anak usia TK hingga di perguruan-perguruan tinggi. Penyebaran budaya sesat ini yang paling gencar melalui media informasi. Di Indonesia kebanyakan acara-acara TV ataupun radio yang bertema kaum muda rata-rata menjiplak acara-acara dari negara-negara Barat. Kita saksikan di bebarapa stasiun TV berbagai program acara yang justru mendidik kawula muda untuk hidup bebas. Ada acara AFI, KDI, Indonesia Idol, Indonesian Star, Penghuni Terakhir, dan lain-lainnya. Hampir setiap stasiun TV di Indonesia menampilkan acara-acara yang tidak lagi mengindahkan moral dan etika agama. Tidak hanya ikhtilath yang kelihatan, namun kehidupan bebas yang dimeriahkan. Jadi, seakan kawula muda diarahkan untuk menerapkan budaya bebas itu dengan cara menyuguhi mereka acara-acara yang sarat dengan pengajaran hidup bebas.

Dari situ kemudian dampaknya mulai meningkat lebih parah. Hijab, kerudung, atau biasa disebut jilbab mulai ditinggalkan oleh kaum muslimah. Atau, paling tidak ada penggeseran dari nilai-nilai dasarnya. Mereka yang masih mau menunjukkan identitas muslimahnya tidak lagi memakai kerudung yang sesuai dengan aturan syariat Islam, tetapi memakai kerudung-kerudung mungil, gaul, sesuai mode yang pada hakikatnya melanggar aturan Islam. Tindakan ini tidak menambah kebaikan sama sekali pada pelakunya, justru jika menggalakkan sunnah sayyiah (budaya yang tidak sesuai dengan Islam), mereka akan mendapat multilevel dosa.

Yang lebih parah lagi ketika kaum muslimah sudah mulai mengadopsi cara perpakaian orang Barat, yang jelas mengumbar aurat. Bagi remaja putri, mungkin saat ini akan malu jika perpakaian longgar. Gaya berpakaian ala Barat ini sudah dikenalkan pada anak-anak yang baru usia TK. Maka tidak heran jika kita lihat hampir di semua tempat adanya kenyataan yang sangat memprihatinkan. Mereka yang mengaku sebagai muslimah memakai pakaian-pakaian yang ketat, bahkan super ketat yang menampakkan lekuk-lekuk keindahan tubuhnya. Dalam hal ini, disadari maupun tidak disadari, dari fenomena ini diketahui bahwa mereka sudah jauh dari moral dan sangat jauh dari akhlak yang benar. Gaya berpakaian dengan menampakkan pusar atau bagian perut bahkan dada sudah sangat sulit untuk dihindari. Sehingga orang yang masih menjaga dirinya merasa risih dengan fenomena ini. Sudah demikian jauhkah keadaan mereka sehingga mereka tidak mengetahui ancaman Rasulullah terhadap wanita-wanita yang memakai busana namun seperti telanjang bahwa mereka adalah calon penghuni neraka?

Ada yang berusaha membungkus kebusukan ini dengan cara yang lain. Yaitu, ketika sebagian tetap memakai kerudung (tentu saja yang mungil, trendi, gaul, dan tidak memenuhi sarat Islam), namun mereka tetap memakai pakaian-pakaian yang ketat. Cara berkerudungnya sudah salah, ditambah dengan pakaian yang tidak senonoh.

Semua itu menunjukkan hilangnya harga diri dan kehormatan sebagian wanita muslimah. Dan, karena kebanyakan manusia sudah diliputi hawa nafsu akibat jauhnya dari petunjuk, maka pemandangan semacam itu tidak lagi menjadi masalah, justru dinikmati, dibela dan diperjuangkan. Na'udzubillah min dzalik.

Sebenarnya masalah ini menjadi tanggung jawab semua lapisan kaum muslimin. Semua harus berupaya semampunya untuk mengembalikan citra, harga diri, dan kehormatan Islam. Bagi orang tua hendaknya mendidik putra-putrinya agar berakhlak dan berbudaya Islam, dan tidak membiarkan mereka larut dengan gaya-gaya orang kafir. Bagi para guru supaya menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak didiknya agar terbentuk pola pikir Islam. Bagi para dai supaya tidak bosan menyuarakan kebenaran dan ajakan untuk kembali kepada Alquran dan sunah. Dan bagi semua pihak, terutama kaum wanita, agar bertakwa kepada Allah, berserah diri kepada-Nya, tunduk pada tuntunan Rasulullah saw., tidak mudah terbujuk oleh rayuan dan bisikan penyeru kerusakan. Barang siapa mempunyai iman dan keyakinan yang kuat, pastilah ia membentengi diri dengan berpegang teguh pada tuntunan syariat Allah.

Sesungguhnya awal kesuksesan hidup, keselamatan, dan kebahagiaan yang hakiki adalah mengikuti sunnah (petunjuk) Rasulullah saw. Sebaliknya, awal kesengsaraan, kehancuran, dan malapetaka adalah mengikuti hawa nafsu. Setiap yang menyelisihi sunah adalah hawa nafsu, dan hawa nafsu mengikuti setan. Maka, marilah kita sesuaikan segala aspek kehidupan kita dengan petunjuk Rasulullah saw. agar harga diri dan kehormatan kita tetap terjaga. Wallahu a'lam (Zen Al-Choodry). 

Tidak ada komentar