Pelajaran dari Umat Terdahulu
"Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."
(Yusuf: 111).
Perjalanan hidup manusia sejak Nabi Adam a.s., yaitu
manusia pertama sekaligus bapak seluruh umat manusia hingga sekarang ini,
tenyata menoreh berbagai macam bekas berupa sejarah yang melukiskan perputaran
roda kehidupan manusia dengan segala rona-ronanya, yang pada hakekatnya, sejarah
tiada pernah henti sampai tibanya ajal yang telah ditentukan oleh Allah mengenai
akhir hayat manusia dan akhir dari alam semesta ini. Karena Allah menciptakan
langit dan bumi ini dan apa yang ada di antara keduanya, adalah dengan ajal yang
sudah ditentukan. Semua sejarah yang pernah berlalu itu harus kita mengerti dan
kita pelajari, sehingga kita bisa napak tilas generasi-generasi Rabbani, melihat
apa yang didapat oleh kaum yang beriman kepada Allah, dan menyadari akibat dari
orang-orang yang mengingkari seruan Ilahi. Itulah yang dititahkan di dalam
Alquran kepada kita, umat akhir jaman, umat pilihan, umat Nabi yang paling
mulia, Muhammad saw., bahwa Allah menjadikan perjalanan umat-umat terdahulu itu
sebagai ibrah bagi kita.
"Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman." (Yusuf: 111).
"Maka, apakah mereka tidak mengadakan perjalanan
di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang
yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan
orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu." (Muhammad:
10).
Kita harus menyadari bahwa mereka, umat-umat terdahulu, diadzab oleh
Allah di dunia dengan adzab yang dahsyat, yang sangat mengerikan bila
dibayangkan, adalah karena mereka mendurhakai, membangkang, dan mendustakan
rasul yang diutus untuk mereka. Mereka mengingkari kebenaran yang disampaikan
kepada mereka, meskipun telah nyata bukti-bukti kebenaran di hadapan mereka. itu
adalah yang terjadi pada umat-umat terdahulu sebelum diutusnya Rasulullah
saw..
Adapun berkenaan dengan umat Rasulullah saw., umat akhir jaman ini,
ada keterangan dari Rasulullah saw. bahwa jika umat-umat terdahulu mendurhakai
dan mendustakan nabinya, mereka segera diadzab oleh Allah swt., dan apabila umat
Muhammad saw. durhaka, maka adzab mereka ditangguhkan dahulu sampai suatu masa.
Tetapi, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa Allah akan menurunkan adzab
kepada umat ini, seperti yang pernah menimpa umat-umat terdahulu. Karena Allah
pernah mengabarkan bahwa tidak akan mengadzab suatu kaum sedang Rasulullah saw.
berada di antara mereka. Sedangkan saat ini Rasulullah saw. telah wafat. Dan
Allah tidak akan mengadzab suatu kaum sedangkan mereka beristighfar kepada
Allah, sedangkan manusia saat ini, lebih banyak yang lalai dari pada yang
berdzikir, lebih banyak yang berbuat maksiat dari pada yang beristighfar. Maka,
datangnya adzab itu sangat mungkin terjadi mengingat kondisi mayoritas manusia
dewasa ini telah jauh dan teramat jauh dari petunjuk, dan terang-terangan
menentang aturan Allah dan Rasul-Nya. Kemaksiatan meraja lela, zina, khamr,
judi, penipuan, dan pemerkosaan hak sudah menjadi menu yang selalu disantap oleh
masyarakat. Ada juga beberapa orang yang dianggap sebagai tokoh agama, justru
mereka yang pertama kali menolak ketika ada tawaran penegakan syariat Islam.
Ditawari saja sudah menolak mentah-mentah, bagaimana mungkin mereka akan
memperjuangkan kalimatullah itu. Na'udzubillah min dzalik.
Maka dari itu,
marilah kita tengok sejarah umat-umat terdahulu, agar kita menyadari betapa
keras ancaman, betapa pedih dan mengerikannya siksaan yang diberikan oleh Allah
kepada umat yang mendurhakai, di dunia dan di akherat, dan betapa besar nikmat
yang diberikan kepada umat yang mentaati dan mengikuti petunjuk-Nya. Lebih dari
itu, dengan mempelajari dan menghayati kisah-kisah orang-orang terdahulu, baik
yang beriman maupun yang durhaka, kita harapkan hal itu bisa menjadi penyubur
iman dan keyakinan yang ada di lubuk hati, akan kebenaran risalah Ilahi yang
dibawa oleh Rasul-Nya, juga agar tumbuh rasa takut di dalam sanubari akan murka
Allah, yang tiada sesuatu pun yang mampu menghalangi kehendak-Nya.
Yang
pertama, kita lihat kaum Nabi Nuh a.s. yang mendustakan Nabi mereka. Tentang
mereka Allah berfirman, "Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka
mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, 'Dia seorang gila dan dia
sudah pernah diberi ancaman'. Maka dia mengadu kepada Rabbnya, 'bahwasanya aku
ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku)'. Maka Kami
bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami
jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk
satu urusan yang sungguh telah ditetapkan." (QS. 54:12)
Coba kita
bayangkan, pintu-pintu langit dibuka sehingga turunlah hujan yang tercurah
limpah dengan sangat deras, ditambah lagi Allah menjadikan seluruh permukaan
bumi memancarkan air, hingga tanah yang gersang sekalipun. Maka, air dari langit
bertemu dengan air yang memancar dari bumi hingga akhirnya meninggi setinggi
puncak gunung. Habislah apa yang dimuka bumi, tenggelam semuanya. Apakah hukuman
mereka hanya sebatas itu? Tidak. Allah berfirman, "Disebabkan
kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka,
maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah."
(Nuh: 25).
Adapun Nabi Nuh a.s. dan orang-orang yang beriman bersama
dengannya, mereka diselamatkan oleh Allah. "Dan Kami angkut Nuh ke atas
(bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. Yang berlayar dengan pemeliharaan
Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya
telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau
mengambil pelajaran." (Al-Qamar: 13-14).
Itu adalah merupakan sejarah
besar yang pernah berlalu di muka bumi ini yang harus kita ambil sebagai
pelajaran. Tak hayal kalau ada sekelompok manusia di bumi ini yang mungkin
karena keingin tahuan mereka terhadap bukti-bukti sejarah, mereka berusaha
mencari-cari bangkai kapal Nabi Nuh a.s..
Yang kedua, kaum 'Ad. Yaitu
kaum Nabi Hud a.s., yang mampu membangun bangunan-bangunan yang tinggi, yang
belum pernah dibangun semisalnya. "Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana
Rabbmu berbuat terhadap kaum 'Aad. (yaitu) Penduduk Iram yang mempunyai bangunan
yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di
negeri-negeri lain." (Al-Fajr: 6-8). Tetapi kelebihan yang ada pada mereka itu
tidak dapat memberikan manfaat sedikitpun kepada mereka ketika mereka
mendustakan Nabi Hud a.s., yang kemudian diadzab oleh Allah, "Kaum 'Aadpun telah
mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang
pada hari nahas yang terus-menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan
mereka pokok korma yang tumbang. Maka betapakah dahsyatnya azab-Ku dan
ancaman-ancaman-Ku." (Al-Qamar: 18-21). Diterangkan pula dalam surah yang lain,
"Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin
lagi amat kencang. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh
malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu
mati bergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma yang telah
kosong (lapuk)." (Al-Haaqqah: 6-7). Padahal, adzab mereka tidak cukup sebatas
itu, bahkan adzab yang akan mereka terima di akherat lebih
pedih.
Berikutnya, kaum nabi Luth a.s.. Kaum yang padanya terkumpul
antara inkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan perbuatan keji yang belum
dilakukan oleh kaum yang sebelumnya. Yaitu, mereka menyukai sesama jenis mereka
dan meninggalkan istri-istri mereka. Perbuatan mereka ini sangat terkutuk.
Perbuatan yang mencerminkan rusaknya fitrah, dan kacaunya perikemanusiaan dan
hati nurani mereka. Istilah dari perbuatan seperti yang mereka lakukan itu
disebut liwath, mengingat asalnya adalah dari kaum Nabi Luth a.s.. Dan di jaman
sekarang, perbuatan tersebut dikenal dengan homosek.
Jika di jaman Nabi
Luth a.s. dikhabarkan bahwa mereka melakukannya antara laki-laki dengan
laki-laki, tetapi di saat ini, kaum perempuan tidak mau ketinggalan. Sebagian
mereka juga ada yang berpikiran menyimpang dari fitrah kemanuasiaan, yaitu
ketika sebagian mereka menyukai sesama jenis mereka. hal ini dikenal dengan
istilah lesbi. Bahkan, ada khabar yang sangat heboh menunjukkan kebejatan
sebagian manusia dewasa ini, ketika telah disahkan perbuatan keji mereka itu, di
salah satu belahan bumi di Eropa. Yaitu, mereka mengesahkan undang-undang kawin
sejenis. Na'udzubillah min dzalik. Bukankah ini perbuatan yang sudah benar-benar
melanggar aturan Allah dan melampaui batas yang dilakukan dengan
terang-terangan?
Lalu, apa yang diganjarkan Allah kepada kaum Nabi Luth
a.s. setelah keingkaran dan pembangkangan mereka itu? Sebelum itu, Nabi Luth
a.s. tak henti-hentinya mengingatkan kepada mereka untuk bertauhid kepada Allah,
dan meninggalkan perbuatan keji mereka. Tetapi, apakah jawaban mereka? "Maka
tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, 'Usirlah Luth beserta
keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
(menda'wakan dirinya) bersih'." (AnNaml:56). Kemudian, setelah itu Allah
memberikan keputusan untuk mereka. Allah berfirman, "Maka tatkala datang azab
Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan),
dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.
Yang diberi tanda oleh Rabbmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang
yang zalim." (Hud: 82-83). Dan tentang tamu Nabi Ibrahim, Allah berfirman,
"Ibrahim bertanya, 'Apakah urusanmu hai para utusan?' Mereka menjawab,
'Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth). Agar kami
timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang (keras), yang ditandai di sisi
Rabbmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas. Lalu Kami
keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami
tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang
berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang
yang takut pada siksa yang pedih." (Adz-Dzariyat: 31-37).
Kisah-kisah di
atas, dan masih banyak kisah-kisah yang lain, seperti kaum Madyan, kaum Tsamud,
Fir'aun, dan lain-lainnya, sangatlah penting untuk kita ambil pelajaran. Karena,
semua itu berkaitan dengan masalah tauhid. Semua kisah tersebut bukanlah kisah
yang dibuat-buat, dan sekedar hanya untuk bahan dongengan. Akan tetapi,
mengandung sesuatu yang sangat besar. Semua kisah tersebut berasal dari Alquran.
Dan Alquran, seluruhnya berisi tentang penetapan terhadap tauhid, memurnikan
peribadatan hanya untuk Allah semata, atau mengesakan Allah dalam beribadah. Dan
kisah-kisah di atas semuanya bermuatan tauhid, yaitu ketika berbicara tentang
umat yang mengingkari seruan tauhid, yang merupakan inti ajaran para rasul.
Masalah tauhid, adalah masalah yang sangat asas dan prinsip. Apabila seseorang
keliru dalam masalah tersebut, berarti dia tergelincir ke jurang kesesatan dan
kecelakaan yang berkepanjangan. Na'udzubillah min dzalik. Semoga Allah
menunjukkan kita jalan-Nya yang lurus dan tidak tergelincir seperti kebanyakan
orang.
Berkenaan dengan kisah-kisah seperti tersebut di atas, Syekh
Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Sesungguhnya, dalam menyikapi kisah-kisah
tersebut dan semisalnya, manusia terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama,
mereka yang mengetahui dan mengenal Allah beserta tanda-tanda kekuasaan-Nya yang
terjadi, kemudian mereka mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami
orang-orang yang telah lalu, hingga mereka kembali kepada Allah, takut, sangat
takut apabila mereka tertimpa apa yang telah menimpa orang-orang terdahulu.
Allah berfirman, 'Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi
sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum
mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan
menerima (akibat-akibat) seperti itu.' (Muhammad: 10). Adapun kelompok kedua,
kelompok yang jahil (bodoh) dan tidak mengenal Allah, hati mereka kosong dari
keimanan dan keras karena kedurhakaan mereka. Mereka berkata, 'Sesungguhnya
kejadian-kejadian itu adalah alamiah'. Sehingga mereka tidak memperhatikannya,
dan tidak melihat akibat yang datang dari Allah, yaitu akibat bagi orang-orang
yang mendustakan Allah dan para rasul-Nya. Kita memohon kepada Allah dengan
ayat-ayatnya, dan dengan asma'-asma ' dan sifat-sifat-Nya, agar menjadikan kita
sebagai orang yang mampu mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan
takut akan ancaman dan siksa-Nya. Dan semoga Allah melimpahkan kasih sayang-Nya
kepada kita, sesungguhnya Dia Maha Pemberi."
Demikianlah, hendaknya kita
bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut, dan menambah rasa takut
kepada Allah, apabila ditimpakan kepada kita apa-apa yang telah ditimpakan
terhadap umat-umat terdahulu.
Kisah-kisah di atas telah terjadi ribuan
tahun yang lalu. Namun, belum lama ini, di akhir tahun 2004, penduduk bumi
kembali dikejutkan dengan kejadian yang sungguh luar biasa, yang kemudian
diaggap sebagai bencana kelas dunia. Yaitu, ketika bumi digoncangkan oleh Allah
dengan dahsyat, kemudian Allah mengirimkan gelombang yang juga sangat hebat dan
mengerikan yang mampu menyapu apa yang dilewatinya, yaitu gelombang tsunami,
yang hanya beberapa detik mampu memporak-porandakan beberapa kota di
negara-negara kawasan benua Asia, dan menyebabkan melayangnya seratus ribu lebih
nyawa manusia. Yang jadi pertanyaan, mengapa akibat terparah justru menimpa
Indonesia, yang kabarnya masyarakat mayoritas muslim?!.
Meski peristiwa
itu, dianggap sebagai musibah, bencana alam, atau yang lainnya, yang jelas itu
peringatan keras dari Allah swt. selain hal itu juga merupakan isyarat telah
dekatnya hari kiamat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis riwayat
Al-Bukhari bahwa di antara tanda-tanda kiamat adalah banyaknya terjadi gempa
bumi.
Bahkan saat ini, air mata bangsa Indonesia belum kering, dan luka
hati mereka belum terobati, sebab belum lama ini musibah dahsyat berupa gempa
bumi memporak-porandakan Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya hingga
menelan korban yang sangat banyak sekitar 6000 jiwa melayang.
Sesuatu
yang tidak disangka-sangka oleh kebanyakan manusia sebab saat terjadi gempa,
mereka sedang berkonsentrasi menghadapi gunung merapi yang dikhawatirkan
meledak. Tetapi, Allah berkehendak lain. Dan tidak ada seorang pun yang akan
selamat dari makar Allah. Hendaknya, kejadian tersebut bisa menjadi ibrah bagi
seluruh manusia yang masih diberi kesempatan oleh Allah di dunia ini.
Jika sekiranya penduduk bumi beriman dan bertakwa, pasti Allah akan
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya dari langit dan bumi. Tetapi jika mereka
ingkar, bagi mereka adalah ancaman akan datangnya adzab untuk mereka. Allah
berfirman, "Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman sekiranya adzab kami
datang menimpa mereka di malam hari, sedang mereka dalam keadaan terlelap tidur?
Ataukah mereka merasa aman apabila adzab kami datang kepada mereka di waktu
dhuha dan mereka sedang asyik bermain? Apakah mereka merasa aman dari makar
Allah? Sesungguhnya tidak ada yang merasa aman dari makar Allah kecuali
orang-orang yang rugi." (Al-A'raf: 97-99).
Di dalam surah Al-mulk, Allah
juga telah memperingatkan, "Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di
langit bahwa Dia menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan
tiba-tiba bumi itu bergoncang. atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang
di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan
mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.Dan sesungguhnya
orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka
alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (Al-Mulk: 16-18).
Jika kita amati,
ternyata, memang sudah kelewat kedurhakaan yang dilakukan umat manusia dewasa
ini. Di Indonesia yang kedengarannya banyak orang-orang baik, ternyata
orang-orang yang tidak baik tak kalah banyak, justru lebih banyak. Pelacuran,
kehidupan bebas, perjudian, khamr, dan maksiat-maksiat lain sudah menyebar luas
meraja lela di setiap pelosok negeri tak terkecuali di Aceh yang dikenal sebagai
serambi Mekah. Kebanyakan manusia lupa, lalai, dan mati hatinya sehingga mereka
jauh dari petunjuk. Maka, peringatan-peringatan Allah tidak berarti bagi mereka
dan mereka dengan terang-terangan menentang Allah dan mendustakan nabi-Nya.
Hingga tak hayal, dan sudah menjadi kenyataan, Allah menurunkan adzab-Nya yang
sangat dahsyat, yang tak seorangpun mampu menghalanginya. Meskipun di antara
yang terkena bencana itu adalah orang-orang saleh. Karena siksa Allah yang
diturunkan belum tentu hanya menimpa orang-orang zhalim saja, namun orang-orang
saleh bisa jadi ikut terkena akibatnya. Orang-orang saleh meskipun terkena
getahnya, mereka akan menuju kepada ampunan dan rahmat Allah. Maka dari itu,
kita diperintahkan untuk takut apabila Allah menurunkan adzab-Nya. ''Dan
peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak menimpa orang-orang zalim di antaramu
saja. Dan ketahuilah Allah amat keras siksaan-Nya.'' (Al-Anfaal: 25). Agaknya,
ayat ini perlu hadir ketika berbagai bencana menerpa. Terutama, saat hanya dalam
beberapa detik bencana terbesar dalam sejarah Indonesia dan negeri-negeri Asia.
Bahwa, bencana-bencana itu tidak bisa disikapi sebatas peristiwa alam biasa.
Tapi, juga membawa sebagian siksa Allah serta peringatan yang sangat besar dan
menakutkan bagi mereka yang masih di dunia.
Sikap itulah yang segera
dihadirkan Khalifah Umar bin Khattab ketika gempa besar melanda. Diriwayatkan
oleh Shafiyah binti Ubaid bahwa sesudah gempa Umar berpidato, ''Kalian suka
melakukan bid'ah yang tidak ada dalam Alquran, sunah Rasul, dan ijma
(kesepakatan umum) para sahabat Nabi, sehingga kemurkaan dan siksa Allah turun
lebih cepat.'' (Sunan Al Baihaqi). Pernyataan Umar menarik didalami. Beliaulah
kepala negara yang begitu adil, termasuk kepada orang kafir, serta teguh dan
lurus menjalankan petunjuk Allah selama pemerintahannya.
Di masa Umar, ia
takkan membiarkan ada kemungkaran besar, semacam kemusyrikan, pemurtadan,
pembantaian manusia, saling bunuh, judi, prostitusi, dan fanatisme jahiliyah.
Bahkan, korupsi recehan pun tidak dibiarkan, seperti saat Umar menyita hadiah
Gubernur Syam Muawiyah kepada ayahnya, Abu Sufyan, yang diduga dari harta negara
dan rakyat. Namun demikian, Umar tetap mengaitkan bencana dengan dosa manusia.
Saat itu berbagai kesalahan warga memang mulai terjadi, seperti korupsi, malas
berjihad, dan sikap menumpuk-numpuk harta karena negara telah makmur.
Jika di
masa Umar yang mendapat pujian dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
sebagai generasi terbaik terjadi bencana, lalu bagaimana dengan keadaan kita?
Sungguh sangat mungkin Allah akan mendatangkan malapetaka kepada umat manusia,
mengingat manusia semakin durhaka, tidak banyak yang berdzikir dan beristighfar,
serta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah tidak ada di antara mereka.
Maka, tidak ada yang menjamin keamanan dari murka Allah.
Kita, yang sudah
mendengar kisah-kisah orang terdahulu dan yang telah menyaksikan peristiwa
dahsyat yang menimpa manusia, jika masih ada kebaikan dalam hati kita tentu kita
akan terhenyak, ingat, menyadari diri, serta mulai interospeksi. Sehingga akan
benar-benar memahami dan mengerti lalu kembali kepada jalan dan petunjuk Allah
swt., mendekatkan diri, menghadapkan wajah dan memurnikan peribadatan
kepada-Nya, memperbanyak istighfar atas kesalahan dan kelalaian yang telah
dilakukan.
Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang
diridhai-Nya, memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan
melindungi kita dari murka-Nya.
Post a Comment