Ujian dan Perang Melawan Kezaliman serta Kemaksiatan
Ujian dan Perang Melawan Kezaliman serta Kemaksiatan
"...Dan juga kamu akan mendengar dari orang-orang yang
diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,
gangguan yang banyak yang menyakitkan hati...." (Ali Imran: 186).
Bentuk ujian dari Allah SWT yang diberikan kepada hambanya yang
beriman itu banyak. Salah satu bentuk ujian tersebut adalah gangguan yang
menyakitkan, baik dari mereka yang beragama Yahudi dan Nashrani atau dari kaum
musyrikin dan munafikin lainnya. Gangguan yang menyakitkan itu bermacam-macam
bentuknya: tuduhan, fitnah, adu domba, ejekan, hinaan, dll.
Dalam kondisi seperti sekarang ini, yaitu saat gencarnya
pemerintahan AS melancarkan perang terhadap teroris, maka tidak sedikit para
tokoh Islam mendapat ujian semacam tersebut di atas. Bagaimana tidak, orang yang
berjuang mati-matian membela saudaranya sesama muslim dan dengan gigih
memperjuangkan tegaknya syariat Islam rata-rata dikelompokkan sebagai Islam
garis keras, atau lebih ekstremnya adalah teroris. Oleh karenanya, sudah pasti
banyak sekali tokoh-tokoh yang terlibas dengan gerakan dunia memberantas teroris
versi mereka. Padahal, tidak semua tokoh-tokoh Islam itu bertindak melanggar
hukum. Sebagian besar mereka yang gigih berjuang adalah demi tegaknya Islam,
demi jayanya Islam, dan melawan pemerintahan kafirin, yaitu AS yang selalu usil
memerangi kaum muslim di berbagai negeri.
Jika diambil benang merah pemikiran singkat, sebenarnya
permasalahan perseteruan antara kaum muslimin dengan kaum kafirin sejak zaman
dahulu adalah sederhana saja, yaitu tidak terimanya kaum kafir atas kemajuan
kaum muslim. Jika dari pihak kaum kafir tidak mengusik atau mengganggu
kepentingan kaum muslimin, tentu dunia Islam akan ramah dan bersahabat. Pihak
kaum muslim tidak ada istilah mengusik kaum lainnya. Islam sangat menghormati
agama lain jika mereka tidak mengganggu atau memeranginya. Oleh karena itu,
jangan kaget apabila di antara segelintir kaum muslimin ada yang membabi buta
menyerang kepentingan negar-negara yang pemerintahannya memerangi negeri-negeri
Islam, meskipun sebagian ulama menentang perbuatan itu. Itu adalah dampak dari
perbuatan ketidakadilan penguasa dunia (AS) yang tidak pecus memposisikan
dirinya. Hanya karena kerakusannya untuk menguasai dunia dan gengsinya atau
tidak terimanya suatu umat atau kaum lain akan maju, maka mereka memeranginya
dengan gencarnya, dan dengan berbagai macam cara, serta menghalalkan segala
cara. Orang yang bodoh sekalipun akan bangkit jika hidupnya selalu
diinjak-injak, seperti makhluk yang tiada bermartabat.
Selain itu, memang ada sebagian kaum muslimin yang sangat gigih
untuk menghancurkan kemaksiatan dengan tangannya. Dan, orang-orang yang berani
seperti itu sangat sedikit. Mereka bercita-cita mencapai derajat iman yang
tinggi. Meskipun tidak sedikit dari mereka bisa tergelincir ke dalam kesesatan,
karena berlebihan dan melanggar syariat Islam itu sendiri.
Rasulullah saw bersabda yang artinya, "Barangsiapa di antara
kalian mendapati kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya (kemungkaran itu)
dengan tangannya, apabila ia tidak bisa, hendaklah ia mengubahnya dengan
lisannya, apabila tidak bisa, hendaklah ia mengubah dengan hatinya, dan itulah
selemah-lemah iman." (Hadis sahih).
Adalah pantas jika ada salah seorang pendeta yang berkomentar
atas peledakan bom bali: "Jentelmen orang yang melakukannya." Hal ini tentu
bukan berarti si pendeta itu mendukung aksi tersebut, tetapi setidaknya dengan
melihat realita, si pendeta itu merasakan kekesalannya atas kemaksiatan yang
terjadi di bumi Bali, negeri para turis di seluruh dunia itu. Mengapa seorang
pendeta mengatakan demikiam? Rupanya si pendeta itu pernah diajak oleh seorang
kaya pergi ke Sari Club Legian Bali, tetapi si pendeta itu tidak diperkenankan
masuk ke suatu ruangan tertentu. Rupanya dengan diam-diam si pendeta itu
mengintipnya, ternyata yang berada dalam ruangan itu laki-laki dan wanita
bersama-sama bertelanjang dengan melakukan zina sebebasnya.
Na'udzubillahimindzalik. Pantas jika ada seorang pendeta berkomentar demikian.
Kebenaran dari apa yang dilihat sang pendeta semakin bertambah setelah beberapa
waktu yang lalu seorang bernama Feisol H Hashim, pemilik Alam Kul Butik Resort
Kuta mempertontonkan hasil bidikan kamera tangan (handycam) kepada Antara
di rumahnya di Nusa Dua. Dari kamera itu terlihat jelas bahwa mayat-mayat korban
bom Bali berserakan tanpa busana.
Di antara mereka (para pejuang kaum muslimin) boleh jadi ada
yang ekstrem dan berlebihan (yang di luar koridor hukum), tetapi kita umat Islam
wajib percaya bahwa di setiap zaman tetap ada sebagian umat yang tetap dalam
kebenaran. Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya, "Akan tetap ada
segolongan dari umatku yang tampil (membela kebenaran) hingga datang keputusan
Allah kepada mereka, sedang mereka dalam keadaan unggul." (HR Bukhari).
Hendaknya kita ini memandang dunia dengan adil dan bijaksana,
mengapa berbagai ledakan bom oleh segelintir kaum muslimin terjadi, dan mengapa
berbagai penindasan terhadap kaum muslimin di negeri-negeri Islam oleh kaum
kafir terjadi. Secara singkat bisa dikatakan hukum keseimbangan. Ada aksi ada
reaksi. Reaksi dari kaum muslimin bisa bermacam-macam: ada yang masih dalam
koridor hukum ada yang di luar koridor hukum. Keberagaman itu dapat kita nilai
seberapa jauh penyimpangannya dan seberapa benar yang telah diperolehnya atas
perjuangan mereka. Tetapi, Allahlah yang lebih mengetahui, yang sangat teliti
menilainya, yang adil dalam segala hal.
Hendaknya AS dan sekutunya sebagai negara adi daya sadar dan
memperbaiki politiknya terhadap negeri-negeri kaum muslimin. Dan hendaknya,
pemerintah harus gencar meningkatkan tindakan memberantas kemaksiatan dan
kezaliman agar tidak kedahuluan oleh kelompok-kelompok garis keras (yang apakah
atas alasan cintanya kepada Islam atau tidak) yang mereka tidak bersahabat
dengan kaum kafir yang memerangi Islam dan pendukung kezaliman serta
kemaksiatan. Tidak akan ada habis-habisnya orang yang keras melawan kemungkaran,
karena Allah sendiri yang menciptakan kemungkaran dan yang membasmi kemungkaran.
Wallohu a'lam.
Post a Comment