Hidup Sesudah Mati


Hidup Sesudah Mati
Orang-orang yang beriman harus senantiasa beramal sebagai persiapan akhirat, dan jangan terpengaruh orang-orang kafir yang selalu memikirkan dunia.

Manusia terbagi menjadi tiga bagian besar;
  1. Beriman/percaya dan yakin akan adanya hidup sesudah mati.
  2. Orang kafir yang tidak percaya akan hidup sesudah mati.
  3. Orang munafiq yang mengaku percaya, tapi tidak percaya.
Dalil golongan pertama:
"Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat." (Al-Baqarah : 4).
Dalil golongan kedua:
"Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian apabila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang-tulang kamu akan dikeluarkan dari kuburmu? Jauh! Jauh sekali (dari kebe-naran) apa yang diancamkan kepada kamu." (Al-Mukminun : 35 - 36).
Dalil golongan ketiga:
"Dan di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepada Allah dan hari Kemudian' padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman." (Al-Baqarah : 8).
Sedangkan Allah menyangkal golongan kedua dan ketiga dengan firmanNya: "Bagaimana kamu kufur kepada Allah, padahal kamu asalnya mati lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkanNya kembali, kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan?" (Al-Baqarah : 28). Ayat ini menunjukkan bahwa manusia mengalami dua kematian dan dua kehidupan; janin, kehidupan dunia, kubur dan hidup sesudah mati. Dan ini baru diakui orang-orang kafir nanti apabila mereka sudah dihidupkan di akhirat, tapi pengakuan tersebut tidak berguna. Allah berfirman: "Mereka menjawab: 'Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari Neraka)?'" (Al-Mukmin : 11). Dan akan dijawab kepada mereka: "Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah, dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar." (Al-Mukmin : 12).
Bagi orang-orang yang beriman sudah barang tentu yakin akan adanya hari akhirat (hidup sesudah mati), tapi sayang disayang kebanyakan orang yang mengaku beriman kurang memikirkan tentang hidup sesudah mati. Yang paling banyak difikirkan adalah masalah duniawi. Bukti-bukti menyatakan, jika sekarang ini ada perang, kebanyakan mereka sekedar ingin merdeka dari penjajahan atau menuntut hak, tidak ada tendensi akhiratnya. Terbukti masih banyak terjadi peperangan antara umat Islam, bahkan keduanya mengumandangkan kalimat takbir dalam perang mereka, namun sekedar untuk memperebutkan tanah air.
Percaturan politik juga biasanya hanya merebutkan jabatan kursi dan kepentingan pribadi, sehingga umat Islam sulit menyatukan suara untuk kepentingan akhirat. Dalam seni dan budaya, akhirat sudah dilupakan sama sekali, bahkan ada yang beralasan melestarikan budaya namun dengan mengambil resiko kemusyrikan. Dalam dunia pendidikan juga begitu, ilmu duniawi dikejar setinggi langit, dipikirkan secara nasional, namun urusan ilmu agama dan pengamalannya diserahkan kepada masing-masing pribadi. Sebagai pedoman, pada umumnya mereka menggunakan hadits dha'if: "Kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya dan kerjakan urusan akhiratmu seakan-akan kamu mati besok." (Silsilatul Ahadits Adh-Dha'ifah wal Maudhu'ah, No. 8, Al-Albani). Kedha'ifan hadits tersebut -sehingga tidak bisa dijadikan dalil- semakin kita yakini dengan mengkaji ayat-ayat berikut: "Tapi kamu memilih kehidupan dunia padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." (Al-A'laa :16 - 17).
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (Surga)." (Ali Imran : 14).
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan petani, kemudian tanam-tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. Dan kehidup-an ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid : 20).
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui." (Al-Ankabut : 64).
Allah telah mengingatkan orang-orang yang beriman supaya selalu memperhatikan dan mengingat akhirat (hidup sesudah mati). Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang dia kerjakan untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadi-kan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (Al-Hasyr : 18 - 19).
Ali bin Abi Thalib menjelaskan: 'Dunia ini berjalan mundur (semakin jauh) ditinggalkan, sedang akhirat berjalan maju (semakin dekat). Masing-masing memiliki anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguh-nya hari ini (saat ini) adalah tempat beramal, belum ada hisab (balasan), sedangkan esok (akhirat) adalah tempat hisab (balasan) tidak ada lagi amal.'
Maka dari itu orang-orang yang beriman harus senantiasa beramal sebagai persiapan akhirat, dan jangan terpengaruh orang-orang kafir yang selalu memikirkan dunia. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah saw memegang pundakku seraya bersabda: "Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pelintas jalan." Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhu berkata (sebagai penjelasan): "Apabila engkau ada di waktu sore janganlah menunggu waktu pagi dan apabila engkau di waktu pagi janganlah menunggu waktu sore, gunakanlah kesehatanmu untuk sakitmu dan hidupmu untuk matimu." (HR. Al-Bukhari).
Rasulullah saw bersabda: "Orang yang cerdik adalah orang yang selalu meneliti dirinya dan beramal untuk persiapan sesudah mati, sedangkan orang yang lemah akal (bodoh) ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta mengangan-angankan atas Allah dengan bermacam-macam angan-angan." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi). Maksudnya -menurut penjelasan ahli ilmu- orang tersebut tidak ta'at kepada Allah bahkan berbuat maksiat kepadaNya, namun selalu mengangankan ampunan Allah dan dia tidak mau bertobat.
Marilah kita jauhi kebiasaan orang kafir yang hanya memikirkan dunia saja, atau bahkan hanya isi perutnya saja. Mereka punya slogan, 'Mengapa memikirkan hari esok, yang sekarang saja belum beres. Urusan akhirat itu urusan nanti.' Mereka akan menyesal dengan perkataan mereka tersebut pada hari Kiamat. Firman Allah: "Orang-orang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia) ini makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)." (Al-Hijr : 2 - 3).
Semoga peringatan ini menjadikan kita semakin bersemangat dalam mengejar kehidupan akhirat.

Tidak ada komentar