Tabarruj - Memamerkan Aurat
Tabarruj - Memamerkan Aurat
Bila seorang wanita tidak memakai penutup kepala maka ia telah bertabarruj. Bila ia membiarkan lengan tangannya tidak terbungkus kain maka ia telah bertabarruj. Bila ia mempertontonkan betisnya dinikmati orang maka ia telah bertabarruj. Apatah lagi jika aurat wanita itu malah dilombakan. Kontes bibir indah, leher indah, betis indah, rambut indah dsb. Semua itu tak syak lagi, termasuk tabarruj. Pendeknya, tabarruj, sebagaimana dikatakan Imam Al Bukhari adalah perbuatan wanita yang memamerkan segala kecantikan yang dimili-kinya.
Tabarruj diambil dari akar kata al buruj yang berarti bangunan benteng, istana atau menara yang menjulang tinggi. Wanita yang bertabarruj berarti wanita yang menampakkan tinggi-tinggi kecantikannya, sebagaimana benteng atau istana atau menara yang menjulang tinggi-tinggi.
Tabarruj adalah perbuatan nista yang tegas-tegas diharamkan Allah. Allah berfirman: "Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara-saudara perempuan mereka." (An Nur; 31)
Tidak Tahu Malu.
Wanita yang bertabarruj kurang lebih sama dengan orang yang menawarkan kecantikannya untuk dinikmati orang lain. Ia menjajakannya di jalan-jalan, di pasar-pasar dan di berbagai tempat pertemuan. Laksana seorang penjual gula-gula yang menghiasi barang dagangannya dengan warna-warni yang menarik dan kertas-kertas yang mengkilat, sehingga mengundang perhatian dan membangkitkan selera.
Demikianlah, wanita yang bertabarruj biasanya memoles bibirnya dengan lipstik, memakai parfum yang wanginya menyengat hidung, mengena-kan pakaian warna-warni, ketat dan pendek, jalannyapun melenggak-lenggok. Bila berbicara suaranya dibuat mendesah agar bisa memikat dan menyihir laki-laki.
Lisanul hal (fakta diri wanita) itu seakan berkata kepada setiap laki-laki yang ditemuinya: "Tidakkah kau pandang kecantikanku ini ? Apakah ada yang senang berkencan dan bersetubuh denganku ?" Duhai, sebegitu rendahkah harga wanita? Sebegitu tebalkah kegelapan menyelimuti hatinya sehingga tak sebersitpun punya rasa malu bahkan malah bangga dengan kemaksiatannya? Sebegitu kuatkah wanita menahan perasaannya, padahal konon wanita adalah makhluk paling perasa? Sebegitu kokohkah jiwanya sehingga tak merasa risi ketika sorot nanar mata setiap lelaki singa menghunjam lekat pada tubuhnya ingin menerkam dirinya? Atau malah merasa ni'mat dengannya? Na'udzu-billah. Nabi bersabda: "Jika memang tak tahu malu, lakukanlah setiap apa yang kamu mau", demikian kemurkaan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Kecantikan Sejati.
Biasanya, yang memotivasi wanita bersolek dan berhias adalah agar dirinya dikatakan dan dipandang cantik oleh laki-laki sehingga tertarik padanya. Maka, untuk mengejar target cantik ini wanita terkadang rela mengorbankan segalanya, bahkan hingga reputasinya sebagai wanita muslimah yang terhormat.
Di sini, banyak wanita yang lupa tentang kecantikan sejati. Mereka mati-matian membentuk dan mengolesi setiap anggota tubuhnya dengan bahan kosmetika. Benarkah dengan demikian mereka menjadi cantik? Tidak, tetapi malah sebaliknya. Bibir basah yang diolesi lipstik merah menyala adalah seperti anjing yang baru menjilat darah mengalir. Pipi kemerah-merahan dan alis yang berbentuk bulan sabit mengingatkan kita pada alis-alis setan yang digambarkan dalam berbagai dongeng. Kuku yang dicat merah, seperti kuku binatang pemakan daging yang tercelup oleh darah binatang mangsanya. Sedang melakukan telanjang dada, lengan, betis, buah dada membuat lelaki sulit membedakan antara dirinya dengan seorang pelacur.
Mengapa manusia memperburuk diri? Segala sesuatu yang melewati batas akan menjadi sebaliknya. Kecantikan yang hakiki adalah karya Allah, Dzat yang mencipta segala sesuatu secara cermat dan sempurna.
Seorang pelukis yang piawai adalah yang mampu meniru kecermatan ciptaan Allah. Dia mencoba memperhatikan unsur-unsur alaminya dari segala sudut secara sempurna. Kalau sampai dia berlebihan, atau mengubah salah satu warna atau menempatkan satu bagian tidak pada tempatnya maka akan berantakanlah pekerjaannya.
Demikian pula wanita. Sudah berapa banyak wanita yang mengotori kecantikannya dengan bersolek secara berlebih-lebihan? Sudah berapa banyak wanita yang menjadi korban alat-alat kosmetika, ingin mempercantik diri tapi malah menjadi tertawaan orang?
Kecantikan yang sesungguhnya adalah kecantikan alami. Warna merah rona wanita yang timbul dari rasa malu, jauh lebih indah dan tak tertandingi oleh warna merah kosmetik yang terbaik sekalipun. Bagaimanapun juga, tangan manusia tidak akan mampu meniru kecantikan yang diciptakan oleh Allah.
Daya Tarik Wanita.
Sebagian wanita mengira kecantikan adalah daya tarik satu-satunya yang bisa menawan setiap lelaki. Karena itu, seharian yang diurusnya adalah bagaimana bisa tampil cantik dan memamerkan keindahan tubuhnya. Benar, dengan penampilannya yang cantik dan erotis ia akan bisa memikat banyak laki-laki. Tetapi keterpikatan itu bukan untuk sesuatu yang suci. Sebaliknya, untuk tenggelam bersama wanita tersebut dalam syahwat dan lumpur dosa. Selanjutnya sikap demikian itu akan menjadi bumerang bagi wanita itu sendiri. Karena yang hampir pasti dilakukan laki-laki itu adalah seperti dikatakan pepatah "habis manis sepah dibuang".
Di samping, adakah laki-laki yang mau 'barang' bekas? Para lelaki akan beranggapan, jika wanita itu dengan mudahnya melanggar perintah Allah dengan bertabarruj maka tak menutup kemungkinan ia juga berani melakukan yang lebih jauh dari itu. Akibatnya, tak seorang lelakipun yang menyuntingnya sebagai isteri. Bahkan lelaki seburuk apapun akhlaknya, ia akan lebih memilih wanita yang suci dan terhormat daripada wanita yang tiap hari sudah 'dicicipi' oleh semua mata dan syahwat.
Identitas Wanita Suci dan Terhormat.
Allah berfirman:"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuan-mu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu..."(Al Ahzab: 59)
Sebelum turunnya ayat ini, sebelum dikenalnya WC, para wanita muslimah -seperti yang lain- juga buang hajat di padang terbuka. Sebagian orang mengira kalau dia adalah budak. Ketika diganggu, wanita muslimah itu berteriak lalu laki-laki itu pun kabur. Kemudian mereka mengadukan peristiwa tersebut kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sehingga turunlah ayat di atas.
Hal ini menegaskan, wanita yang memamerkan auratnya dan mempertontonkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya lebih berpotensi menjadi korban pelecehan seksual bahkan perkosaan. Sebab dengan begitu, ia telah membangkitkan nafsu seksual laki-laki.
Adapun wanita muslimah, ia senantiasa berjilbab, membungkus dan menyembunyikan kecantikan dan perhiasannya. Tidak ada yang kelihatan daripadanya selain telapak tangan dan wajah menurut suatu pendapat. dan pendapat lain mengatakan, tidak boleh terlihat dari diri wanita tersebut selain matanya saja.
Allah mensyariatkan jilbab agar menjadi benteng bagi wanita dari gangguan orang lain. Jilbab adalah lambang ketakwaan dan Islam. Jilbab adalah bukti masih adanya rasa malu. Jilbab adalah pagar kehormatan dan kesucian. Dan ia pula merupakan identitas wanita suci dan terhormat.
Termasuk Tanggung Jawab Laki-laki.
Pelaku tabarruj tentu wanita. Namun itu bukan berarti laki-laki lepas tanggung jawab daripadanya. Sebab, dampak buruk tabarruj tak saja bagi wanita yang bersangkutan, tetapi juga segenap masyarakat.
Bahkan kalau secara jujur diakui, sumber bencana tabarruj ini adalah kaum laki-laki yang tidak becus memikul tanggung jawab sebagai pemimpin wanita. Dan itu timbul karena kebodohannya atau pura-pura bodoh. Padahal mereka dituntut untuk menjaga wanita baik selaku ayah, suami atau saudara sebagaimana Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda "Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinannya." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Mereka diperintahkan memperhatikan dan mendidik akhlak, agama, kepentingan dunia dan akherat wanita. Dan itu salah satu tugas kepemimpinan laki-laki atas wanita, sebagaimana firman Allah: "Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita." (An Nisa': 34) Wanita yang rusak di antaranya karena didorong dan diberi peluang oleh ayah atau suami yang juga rusak dan tidak mengenal Allah.
Betapa banyak anak wanita yang sengsara dan celaka karena disesatkan oleh ayahnya sendiri, sehingga dia tidak mengenal agama dan tidak mengenal rasa malu. Berapa banyak anak wanita yang merana hidupnya karena ayahnya lemah kemauan dan menjadi budak nafsunya sendiri. Dia hanya kenal Islam dan Iman kepada Allah dan KitabNya. Dia hanya sekedar shalat, puasa dan membaca Al Qur'an, tetapi tidak menyuruh yang baik dan mencegah yang mungkar. Buktinya dia sangat mendukung tabarruj dan membenci jilbab. Jilbab dianggapnya belenggu yang menghalangi kebebasan puterinya mempertontonkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Konon, yang demikian itu ia lakukan karena rasa cinta dan kasihan kepada puterinya agar bisa menikmati kehidupan remajanya. Lalu, sesudah agak besar, sang ayah melemparkannya ke dalam pelukan seorang suami yang sama bejatnya. Sang suami dan sang ayah sepakat untuk menyesatkan. Dalam gandengan ayah dan suaminya dia menuju ke Neraka Jahim.
Apakah itu cinta jika Anda menyodorkan puteri Anda menjadi sasaran murka dan siksaan Allah? Mengapa Anda tidak selamatkan puteri Anda dari cengkeraman setan? Sesungguhnya Anda dan kita semua orang beriman wajib merealisasikan seruan Allah: "Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (At Tahrim: 6)
Post a Comment