Puasa dan Pahala yang Berlipat Ganda


Puasa dan Pahala yang Berlipat Ganda

Allah SWT telah mengecualikan puasa dari semua amal kebaikan yang berlipat-ganda pahalanya; semua amal kebaikan akan dilipat-gandakan menjadi sepuluh hingga 700 kali-lipat, lain halnya dengan puasa, pelipat-gandaan pahalanya tidak hanya sebatas bilangan di atas, melainkan Allah SWT akan melipatgandakan pahalanya dengan kelipatan yang tak terhingga banyaknya, karena puasa termasuk perbuatan sabar, sedangkan Allah SWT berfirman, "? Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas." (39: 10). Dan karena inilah disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi saw menamakan bulan Ramadhan dengan bulan sabar dan dalam hadis lain Nabi saw bersabda, "Puasa adalah setengah dari kesabaran." (HR al-Tirmizi).
Sabar terdiri dari tiga macam:
1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.
2. Sabar dalam menjauhi segala hal yang diharamkan Allah SWT.
3. Sabar terhadap taqdir atau ketentuan Allah SWT yang menyakitkan.
Ketiga macam sabar ini berkumpul menjadi satu dalam ibadah puasa, karena dalam berpuasa dituntut untuk sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, sabar dalam menjauhi segala hasrat yang diharamkan oleh Allah SWT atas orang yang berpuasa dan sabar terhadap konsekuensi yang diterima oleh orang yang berpuasa, baik itu berupa perihnya rasa lapar dan dahaga, maupun lemah/letih yang dirasakan oleh jiwa dan raga. Rasa pedih yang timbul dari amal ketaatan ini akan membuahkan pahala bagi orang yang melaksanakannya.
Ada beberapa faktor yang membuat pahala amal kebaikan dilipat-gandakan, di antaranya:
- Kemuliaan tempat dilakukannya amal perbuatan, seperti tanah haram, oleh karena itu melakukan shalat di Masjidil Haram, Mekah dan masjid Nabawi, Madinah, akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah, sebagaimana Nabi saw bersabda, "Salat satu rakaat di masjidku ini (masjid Nabawi) lebih baik daripada salat seribu rakaat di masjid manapun selain masjidil haram." (HR Bukhari dan Muslim).
- Kemuliaan waktu pelaksanaan (ibadah) seperti bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah. Nabi saw bersabda, "Barang siapa melakukan satu ibadah sunah pada bulan Ramadhan, maka ia seperti orang yang melaksanakan ibadah wajib pada selain bulan Ramadhan. Dan barang siapa melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan, maka ia seperti orang yang melaksanakan 70 ibadah wajib pada selain bulan Ramadhan." (HR Ibnu Khuzaimah).
Jika puasa itu sendiri dilipatgandakan pahalanya dibandingkan dengan amal kebaikan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan lagi dibandingkan puasa pada waktu lain. Hal ini karena ia dilakukan pada waktu yang mulia (bulan Ramadhan) dan ia merupakan puasa yang diwajibkan Allah SWT atas hamba-hambaNya serta menjadikannya sebagai salah satu rukun Islam.
Tingkatan Orang yang Berpuasa
Ada dua tingkatan orang yang berpuasa:
Pertama, orang yang meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Allah SWT, ia mengharapkan balasannya dari-Nya di surga. Orang ini telah melakukan perdagangan dan transaksi dengan Allah dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang beramal saleh. Orang ini tidak akan rugi bertransaksi dengan Allah, bahkan ia akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Rasulullah saw pernah berkata kepada seorang sahabat, "Sesungguhnya kamu tidak akan meninggalkan sesuatu (yang buruk) karena takut kepada Allah kecuali Allah akan memberimu yang lebih baik dari yang kami tinggalkan itu." (HR Ahmad).
Maka orang yang berpuasa ini kelak akan diberikan makanan, minuman, dan wanita-wanita di surga atas kehendak Allah SWT.
Seorang ulama salaf berkata, "Telah sampai kepada kami kabar bahwa orang-orang yang berpuasa akan mendapatkan hidangan yang akan mereka makan, sedangkan umat manusia ketika itu sedang dihisab, lalu mereka berkata, Ya Rabb, kami saat ini sedang dihisab, lalu mengapa mereka enak-enakan makan? maka dijawab, "Sama saja, mereka dulu puasa sedang kamu tidak berpuasa, dulu mereka beribadah pada malam hari sedang kamu enak-enakan tidur."
Kedua, orang yang berpuasa di dunia dan hanya menfokuskan seluruh aktifitas lahir dan bathinnya hanya untuk Allah SWT semata, ia dapat menjaga fikirannya, ia menjaga perutnya dan ia selalu ingat mati dan ancaman Allah SWT. Ia menginginkan akhirat, karenanya ia meninggalkan perhiasan dunia, maka hari raya (idul fitri)nya orang yang berpuasa ini adalah hari ketika ia berjumpa dengan Rabbnya dan ia akan berbahagia karena dapat melihat-Nya.
Barang siapa berpuasa dengan meninggalkan segala syahwatnya di dunia, maka ia akan mendapatkannya esok di surga dan barang siapa berpuasa dengan meninggalkan segala sesuatu dan memfokuskan seluruh aktifitas lahir dan bathinnya hanya kepada Allah SWT, maka hari rayanya adalah hari dimana ia berjumpa dengan Rabbnya.
"Wahai kekasih semua hati, siapakah yang akan bersamaku selain Engkau, kasihanilah hamba yang berdosa ini yang datang menemui Engkau hari ini, wahai Rabbku, tidaklah hamba ini memiliki bekal di surga-Mu, namun hamba sangat menginginkannya agar hamba dapat melihatMu."
Wanginya Orang yang Berpuasa
Bau mulut orang yang berpuasa adalah aroma yang keluar dari hawa tak sedap yang timbul karena kekosongan perut besar dari makanan ketika berpuasa, ia adalah aroma yang tidak disukai oleh penciuman manusia di dunia ini, namun bagi Allah ia adalah aroma yang harum, karena ia timbul dari ketaatan dan pencarian ridha-Nya.
Sebagaimana darah orang yang mati syahid akan datang pada hari kiamat berupa darah yang mengalir, berwarna darah, namun harumnya seperti harumnya minyak kesturi.
Mengenai harumnya aroma mulut orang yang berpuasa bagi Allah SWT terdapat dua pengertian:
Ketika puasa menjadi rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya di dunia, maka Allah akan menampakkannya di akhirat di hadapan makhluk-makhluk-Nya, agar dengan ini semua orang-orang yang berpuasa menjadi terkenal di kalangan semua orang sebagai balasan dari usaha mereka untuk merahasiakan puasa mereka di dunia.
Orang yang beribadah dan taat kepada Allah serta berusaha mencari ridha-Nya di dunia dengan suatu amal yang meninggalkan beberapa pengaruh yang tidak disukai oleh jiwa-jiwa manusia di dunia, maka pengaruh-pengaruh yang tidak disukai ini akan disuaki Allah, bahkan sangat harum bagi-Nya, karena ia timbul dari ketaatan dan pencarian ridha-Nya. Dengan dikabarkannya hal tersebut di atas bagi orang-orang yang beramal di dunia, akan membuat hati mereka tenang dan tentram, agar segala yang dijumpainya di dunia tidak mereka benci.
Bau mulut orang-orang yang berpuasa lebih harum dari aroma minyak kesturi, lapar yang mereka rasakan karena Allah adalah rasa kenyang, dahaga yang mereka rasakan demi mencari ridha-Nya adalah kesegaran dan letih yang dirasakan oleh orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berkhidmat kepada-Nya adalah kesenangan. 

Tidak ada komentar