Rumah-Rumah di Surga
Rumah-Rumah di Surga
Dari Abu Umamah al-Bahily radhiallaahu 'anhu, dia berkata:
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: "aku adalah
penjamin/penanggung jawab rumah di surga yang paling rendah terhadap orang yang
meninggalkan perdebatan meskipun dia berada dalam kebenaran, (juga
penjamin/penanggung jawab) rumah di surga yang (berada) ditengah-tengah terhadap
orang yang meninggalkan dusta meskipun sekedar bercanda, (juga
penjamin/penanggung jawab) rumah di surga yang paling tinggi terhadap orang yang
baik akhlaknya". [Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad hasan].
Sekilas tentang Periwayat Hadits
Dia adalah shahabat yang agung, Abu Umamah al-Bahily, Shuday bin 'Ajlan al-Bahily, seorang shahabat Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam. Beliau meriwayatkanilmu yang banyak. Wafat pada tahun 81 H atau 86 H, semoga Allah meridhainya.
Faedah-Faedah Hadits Dan Hukum-Hukum Terkait
Sekilas tentang Periwayat Hadits
Dia adalah shahabat yang agung, Abu Umamah al-Bahily, Shuday bin 'Ajlan al-Bahily, seorang shahabat Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam. Beliau meriwayatkanilmu yang banyak. Wafat pada tahun 81 H atau 86 H, semoga Allah meridhainya.
Faedah-Faedah Hadits Dan Hukum-Hukum Terkait
- Seorang Da'i yang sukses dan pendidik yang Naashih (suka memberi nasehat)
adalah orang yang memaparkan faedah-faedah, adab dan akhlak dengan cara yang
simpatik dan menarik sehingga audiens menyambutnya dengan bersemangat dan penuh
kerinduan, lalu menerimanya secara penuh. Demikian pula-lah yang dilakukan oleh
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam dalam hadits diatas dimana beliau
menyebutkan beberapa jaminan bagi orang-orang yang memiliki spesifikasi
tersebut.
- Surga merupakan sesuatu yang paling dicari-cari oleh para pencarinya dan
yang paling mahal untuk dipersaingkan oleh orang-orang yang bersaing
memperebutkannya; maka beruntunglah orang yang berupaya untuk meraihnya lalu
memenangkannya dan berbahagialah orang yang berusaha demi untuk mendapatkannya.
Harganya memang mahal namun mudah dan murah bagi orang yang dimudahkan oleh
Allah. Dalam hal ini, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam memberikan jaminan
bagi orang yang melakukan perbuatan-perbuatan mulia tersebut.
- Dalam pada itu, surga juga memiliki banyak tingkatan yang dipersiapkan oleh
Allah untuk para hamba-Nya yang beriman. Dalam hadits diatas, Rasulullah
Shallallâhu 'alaihi wasallam menjelaskan balasan bagi orang yang memiliki salah
satu dari tiga sifat berikut:
- Tidak suka berdebat dalam hal yang tidak ada faedahnya; orang yang memiliki
sifat ini akan mendapatkan surga tingkatan paling rendah. Bentuk dari perdebatan
tersebut berupa perdebatan yang diiringi dengan suara yang meninggi dan
ber-takalluf (menghabiskan energi dan bersusah-susah) dalam berargumentasi.
Dalam hal ini, sebenarnya dia justru ingin mempertajam rasa permusuhan dan
kebencian, bukan untuk mencapai kebenaran yang semestinya dicari. Seorang Mukmin
yang haq adalah orang yang meninggalkan hal itu meskipun sangat yakin bahwa dia
berada dalam kebenaran.
- Tidak suka berdusta meskipun sekedar bercanda; orang yang memiliki sifat ini
akan mendapatkan surga tingkat menengah. Dia mendapatkan ini karena telah
menjauhkan dirinya dari dusta baik dalam perkataan maupun perbuatan, konsisten
dengan sifat jujur, tidak berbicara selain yang benar serta tidak memberikan
informasi selain berita yang benar.
Dusta adalah salah satu dari sifat orang-orang Munafiq sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: "Tanda orang Munafiq ada tiga: (Pertama), bila berbicara dia berdusta, (Kedua) bila berjanji dia mengingkarinya, dan (ketiga), bila dia diberi amanah dia berkhianat".
Perbuatan dusta adalah termasuk dosa besar, implikasinya sangat mengerikan serta amat membahayakan. Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: "Berhati-hatilah terhadap dusta, karena sesungguhnya perbuatan dusta itu akan menuntun (menggiring) kepada perbuatan buruk (fujur), dan sesungguhnya perbuatan buruk (fujur) itu akan menuntun (menggiring) kepada neraka. Tidaklah seseorang, senantiasa berdusta dan amat mencari-cari (membiasakan) dusta hingga dia dicatat di sisi Allah sebagai seorang Pendusta".
Ini adalah ancaman yang serius dan amat pedih yang setimpal dengan perbuatan dusta tersebut meskipun hanya sekedar membikin orang tertawa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam : "celakalah bagi orang yang berbicara dengan suatu pembicaraan agar orang lain tertawa tetapi berdusta, celakalah dia! Celakalah dia!". [H.R.at-Turmuzi].
Mengenai hadits ini, Pengarang kitab Tuhfah al-Ahwazy Syarh Sunan at-Turmuzi memberikan komentar: "yang dapat difahami dari hadits ini, bahwa bila dia berbicara benar (dalam candanya tersebut-red) maka hal itu tidak apa-apa sebagaimana yang dilakukan oleh Umar terhadap Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang marah kepada sebagian Ummahatul Mukminin…".
Tingkatan dusta yang paling besar dosanya adalah berdusta terhadap Allah atau Rasul-Nya Shallallâhu 'alaihi wasallam . Demikian juga dusta yang berkaitan dengan harta benda.
- Berakhlak baik; orang yang memiliki sifat ini akan mendapatkan surga yang
paling tinggi. Yang mendapatkannya adalah siapa saja yang memiliki sifat-sifat
yang terpuji, akhlak yang baik serta yang cara pergaulannya menyenangkan. Dalam
hal ini, dia meneladani Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam yang telah
dipuji oleh Allah Ta'ala dalam firmanNya: "dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung". (Q.S. al-Qalam/68: 4).
Akhlak yang baik merupakan perbuatan yang paling banyak memberikan sumbangsih terhadap melejitnya predikat seorang Muslim di tengah-tengah masyarakat dalam kehidupan di dunia dan juga di sisi Allah dalam kehidupan di akhirat kelak sebagaimana dalam hadits Abu ad-Darda' radhiallaahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada sesuatupun yang lebih berat timbangannya bagi seorang Muslim pada hari Kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amat membenci orang yang berbuat keji dan kotor".
- Tidak suka berdebat dalam hal yang tidak ada faedahnya; orang yang memiliki
sifat ini akan mendapatkan surga tingkatan paling rendah. Bentuk dari perdebatan
tersebut berupa perdebatan yang diiringi dengan suara yang meninggi dan
ber-takalluf (menghabiskan energi dan bersusah-susah) dalam berargumentasi.
Dalam hal ini, sebenarnya dia justru ingin mempertajam rasa permusuhan dan
kebencian, bukan untuk mencapai kebenaran yang semestinya dicari. Seorang Mukmin
yang haq adalah orang yang meninggalkan hal itu meskipun sangat yakin bahwa dia
berada dalam kebenaran.
- Hubungan Sosial; ikatan yang terjadi antara sesama manusia hendaklah
diliputi oleh suasana kemesraan, saling mencintai, persaudaraan dan kasih
sayang. Dari sisi yang lain, hendaknya terbebas dari perasaan dengki, dendam dan
suka mengicuh. Hal inilah yang dikehendaki dan diupayakan oleh Islam. Untuk itu,
hati seorang Muslim mesti bersih dan suci serta terbebas dari penyakit-penyakit
dan kuman-kumannya yang kelak akan mengeruhkan kejernihan hubungan tersebut.
- Di dalam syari'at Islam terdapat kaidah: "Mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan lebih diutamakan daripada upaya mencari kemaslahatan-kemaslahatan ". Oleh karena itu, setiap pembicaraan, perdebatan atau perbuatan yang dapat menimbulkan suatu kerusakan, maka wajib bagi seorang hamba untuk meninggalkannya dan menjauhinya.
Post a Comment