Taubat dari Kemunafikan
Taubat dari Kemunafikan
Sebagaimana Allah SWT juga mengajak untuk
bertaubat dari kekafiran yang zhahir dan terang-terangan, Allah SWT juga
mengajak untuk bertaubat dari kekafiran yang tersembunyi, yang ditutupi dengan
keimanan lisan. Yaitu yang terkenal dengan nama "kemunafikan" dan orangnya
adalah kaum "munafiqin".
Yaitu mereka yang berkata:
"Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sabar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya." (QS. al Baqarah: 8-10).
Taubat dari kemunafikan ini adalah tidak
sekadar mengungkapkan dan memberitahukan keisalamannya. Karena sebelumnya ia
memang telah Islam. Namun, yang patut ia lakukan adalah agar ia bersifat dengan
empat sifat yang disebutkan dalam surah an-Nisa. Setelah Al Quran membongkar
sifat asli mereka, dan apa yang tersembunyi dalam diri mereka: yaitu mereka
memberikan loyalitas mereka kepada kaum kafirin, bukan kaum mu'minin, serta
mereka mencari kemuliaan dari kaum kafirin itu:
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di samping orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." (QS. an-Nisa: 138-139).
Serta mereka selalu mencari kelengahan kaum
mu'minin, dan berada di tengah-tengah antara kaum kaum mu'minin dan kaum kafirin
untuk mencari keuntungan.
"(Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mu'min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: 'Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (QS. an-Nisa: 141).
Juga dari tindakan mereka mempermainkan dan
menipu Allah dan Rasul-Nya, dan mereka malas menjalankan kewajiban-kewajiban
agama dan lalai dari berdzikir kepada Allah SWT:
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan Shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah , maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya." (QS. an-Nisa: 142-143).
Setelah Allah SWT membongkar sifat-sifat
orang-orang munafik, namun Allah SWT tidak menutup pintu bagi mereka. Namun
malah membukakan pintu taubat dengan syarat-syaratnya. Seperti firman Allah
SWT:
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar."( QS. An-Nisa: 145-146.)
Di antara tanda-tanda sempurnanya taubat
mereka adalah mereka memperbaiki apa yang dirusak oleh sifat munafik mereka.
Serta agar mereka hanya berpegang pada Allah SWT saja bukan kepada manusia. Dan
dengan ikhlas beribadah kepada Allah SWT, hingga Allah SWT mengikhlaskan mereka
untuk agama-Nya. Dengan itu, mereka bergabung ke dalam barisan kaum mu'minin
yang jujur.
Dalam surah lain, Allah SWT
berfirman:
"Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi." (QS.at-Taubah: 74)
Taubat dari Dosa-dosa Besar
Sebagaimana Al Quran menyebutkan taubat dari
kemusyrikan dan kemunafikan, Allah SWT juga menyebutkan taubat dari dosa-dosa
besar. Seperti membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT kecuali dengan
haknya. Juga zina yang Allah SWT cap sebagai jalan yang buruk dan kotor. Dan al
Quran menggolongkan kedua perbuatan dosa besar ini dalam kelompok dosa yang
paling besar setelah syirik. Allah SWT berfirman tentang sifat
ibadurrahman.
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al Furqan: 68-70)
Tampak banyak ayat-ayat berbicara tentang iman
setelah taubat, dan menyambung antara keduanya. Seperti terdapat dalam ayat ini.
Firman Allah SWT:
"Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung." (QS. al Qashash: 67). Serta firman Allah SWT setelah menyebutkan beberapa Rasul-Nya dan nabi-nabi-Nya serta para pengikut mereka yang saleh, yang apabila dibacakan kepada mereka ayat Al Quran mereka segera tunduk sujud dan menangis. Kemudian Allah SWT berfirman:"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (QS. Maryam: 59-60)
Dan seperti dalam firman Allah SWT:
"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat , beriman , beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS. Thahaa: 82)
Apa rahasia penggabungan ini, yaitu
pengggabungan antara iman dengan taubat? Yang dapat aku tangkap, keimanan akan
mengalami kerusakan ketika seseorang melakukan dosa besar. Hingga sebagian
hadits menafikan keimanan itu dari orang-orang yang melakukan dosa besar ketika
mereka melakukannya. Seperti dalam hadits Bukari Muslim dari Nabi Saw beliau
bersabda:
"Tidaklah berzina orang yang berzina dan saat itu ia mu'min, dan tidak meminum khamar orang yang meminumnya dan saat itu ia mu'min, dan tidak pula mencuri orang yang mencuri dan saat itu ia mu'min".
Oleh karena itu, taubat adalah reparasi dan
penyembuhan bagi keimanan yang mengalami kerusakan itu.
Taubat dari Menyembunyikan Kebenaran
Di antara dosa yang besar, yang ditunjukkan
dan anjurkan al Quran agar kita segera bertaubat darinya adalah: dosa
menyembunyikan kebenaran serta tidak menjelaskannya kepada manusia. Ini adalah
dosa para ahli ilmu pengetahuan yang mempunyai kewajiban utnuk menyampaikan
risalah-risalah Allah SWT, dan menjelaskan hukum Allah SWT kepada mereka. Serta
mengatakan kebenaran, serta tidak menyembunyikannya, tidak seperti tindakan ahli
kitab yang mendapatkan kecaman dari Allah SWT dalam firman-Nya:
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima." (QS. Ali Imran: 187).
Karena mereka menyembunyikan berita gembira
akan datangnya Muhammad Saw yang terdapat dalam kitab-kitab mereka, serta mereka
merubah dan menggantinya, karena semata kepentingan dunia, yang dinamakan oleh
Allah SWT sebagai "harga yang murah". Seperti firman Allah SWT:
"Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. an-Nisa: 77).
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!." (QS. al Baqarah: 174-175)
Lihatlah ancaman yang besar ini terhadap
orang-orang yang menyembunyikan itu, yang mengandung ancaman material: "mereka
itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api ",
serta maknawi: "dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat
dan tidak akan mensucikan mereka ", dan mereka mengalami kerugian dalam
transaksi mereka: "Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan
petunjuk dan siksa dengan ampunan ". Itu semua semata karena mereka menyesatkan
hamba-hamba Allah dengan menyembunyikan persaksian mereka akan
kebenaran:
"Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?." (QS. Al Baqarah 140)
Oleh karena itu taubat amat diperintahkan
secara kuat dari mereka semua, sehingga mereka selamat dari azab ini, serta dari
laknat Allah SWT dan sekalian orang yang melaknat. Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. al Baqarah: 159-160)
Agar taubat mereka diterima, disyaratkan agar:
mereka memperbaiki apa yang mereka telah rusak, dan menjelaskan apa yang mereka
sembunyikan.
Jika ini adalah dosa orang yang menyembunyikan
kebenaran, maka dapat dibayangkan apa dosa orang yang "mendistorsi kebenaran"
itu, serta menampakkan kebenaran itu seakan suatu yang bathil, sehingga manusia
tidak memilihnya. Sementara mereka menghias kebathilan, dengan lidah dan tulisan
mereka, sehingga manusia memilihnya? Tak diragukan lagi, dosa mereka lebih
besar, dan kesalahan mereka lebih berbahaya. Dalam masalah ini banyak
tergelincir penulis, pengarang, jurnalis, kalangan pers, seniman, para ahli
pidato dan semacamnya. Yaitu mereka yang menciptakan opini publik serta
menggerakkan kecenderungan mereka.
Taubat mereka tidak sah hanya dengan sekadar
menyesal. Namun mereka harus memperbaiki dan menjelaskannya kepada orang banyak.
Karena mereka telah banyak merusak akal dan dhamir banyak manusia, serta
menyesatkannya. Mereka harus melenyapkan atau menarik peredaran faktor-faktor
yang menyebabkan kerusakan itu, baik berupa buku, kaset, atau film dengan segala
cara. Dan jika mereka tidak mampu maka mereka harus menjelaskan kepada khalayak
melalui koran atau media lainnya. Dan mereka harus menjelaskan dengan gamblang
sikap mereka yang baru dan kembalinya dia dari sikap dan tindakannya sebelumnya,
dengan berani dan yakin (Seperti yang dilakukan oleh Dr. Mushthafa Mahmud,
Khalid Muhammad Khalid, dan yang lainnya yang diberikan petunjuk oleh Allah SWT
).
Post a Comment