Tujuh Kelompok Yang Dinaungi Allah
Tujuh Kelompok Yang Dinaungi Allah
قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى، حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. (صحيح البخاري
Sabda
Rasulullah saw : “Tujuh kelompok yang dinaungi Allah pada Naungan Nya
dihari tiada tempat berteduh kecuali yang dinaungi Nya, Imam yang adil,
dan Pemuda yang tumbuh dg banyak ibadah pada Allah, dan orang yang
hatinya terikat ke masjid masjid, dan dua teman yang saling akrab karena
Allah, berteman dan berpisah karena Allah, dan pria yang diajak berzina
oleh wanita kaya dan berkedudukan dan berparas indah namun ia menolak
dg ucapan : aku takut pada Allah, dan orang yang bersedekah dengan
sembunyi, hingga tangan kirinya tak tahu bahwa tangan kanannya
bersedekah, dan orang yang ketika mengingat / menyebut Allah mengalir
airmatanya” (Shahih Bukhari) سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى، حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. (صحيح البخاري
Limpahan Puji Kehadirat Allah Maha Raja Yang Kekal dan Abadi, yang telah membangun istana – istana yang megah dan mewah yang kekal dan abadi untuk hamba – hamba beriman. Telah dibangun dengan semewah – mewah dan semegah – megahnya. Menjadi semakin indah dan semakin mewah dengan amal – amal ibadah hamba – hambaNya dan Allah menyiapkan anugerah yang melebihi segenap anugerah. KeridhoanNya yang abadi untuk hamba – hambaNya yang beriman. Demikian sepanjang waktu dan zaman, sepanjang turunnya Adam alaihi shaalatu wassalam hingga Nabi terakhir Rahmatan Lil Alamin (Sayyidina Muhammad Saw).
Kebangkitan Sang Nabi Saw 14 abad tahun yang silam membawa terbitnya matahari Alquran dan Risalah. Menuntun kepada kemuliaan, menyampaikan tarbiyah nabawiyyah seagung – agung pembinaan, membuat jiwa yang kotor dengan seluruh sifat yang hina menjadi jiwa yang suci dengan sifat yang luhur. Jiwa – jiwa yang paling menyukai kehinaan, kejahatan, kekejian, kekotoran dan segala sifat tercela. Dituntun oleh cahaya terang – benderang yang diciptakan oleh Allah yang dikenali dengan sirajan muniira (pelita yg terang benderang sebagaimana firman Allah swt) Sayyidina Muhammad Saw. Terang – benderang jiwa mereka dengan seluruh sifat yang luhur hingga tidak tersisa sifat yang mulia dan suci di alam terkecuali ada pada Para Sahabat radiyallahu anhum wa ardhahum.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu dikatakan didalam syair mulia : Kita ini memiliki bulan purnama yang tiada pernah terbenam, matahari yang selalu bersinar dan tiada pernah terbenam yaitu tuntunan Nabi Muhammad Saw yang selalu mengajak dan menerangi hamba – hambaNya dari kegelapan menuju terang – benderang. Dicipta oleh Allah. Syamsur Risalah, Sirajan Muniira (Matahari bimbingan ilahi, Pelita yg terang benderang) Sayyidina Muhammad Saw.
Hadirin – hadirat, semakin jiwa itu mendekat kepada tuntunan Sang Nabi Saw akan semakin Allah bimbing ia kepada keluhuran walaupun belum saat ini barangkali tapi akan segera muncul padanya keluhuran dan hal itu pasti.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Istana termegah dan termewah di surga adalah Istana Muhammad Saw. Semoga aku dan kalian diijinkan Allah kelak sering berkunjung ke Istana Nabi Muhammad Saw. Berjumpa dengan Ahlul Badr, berjumpa dengan Muhajirin dan Anshar dan semua orang – orang yang shalih dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi. Amiin
Rabbiy Rabbiy.. sungguh kami telah melihat banyaknya orang – orang yang dimuliakan oleh orang Islam padahal mereka tidak pernah menyebut Nama Allah. Orang yang shalat, orang yang puasa, orang yang zakat tapi hatinya mencintai dan mengagungkan orang yang tidak pernah sujud pada Allah Swt. Rabbiy benahi jiwa muslimin – muslimat dan muliakan orang – orang yang dicintai Allah dan khususnya Nabiyyuna Muhammad Saw.
Hadits yang telah kita baca tadi, 7 kelompok yang dinaungi oleh Allah dihari tiada naungan kecuali naungan Allah. Tentunya banyak amal – amal mulia selain ini. Bukan hanya 7 ini tapi disini ada 1 khususiyyah dan tentunya ada ayat kemuliaan tentang hadits kemuliaan birrul walidain, ada juga hadits tentang kemuliaan jihad dan juga hadits tentang kemuliaan lain – lainnya. Akan tetapi Rasul saw menyimpulkan ada 7 kelompok disini. Masih banyak lainnya tapi Rasul saw dalam kesempatan ini menyebutkan 7 kelompok. Siapa mereka?
Didalam riwayat Shahih Bukhari beberapa kali hadits ini teriwayatkan (lebih dari 4X teriwayatkan) hadits yang sama namun dengan urutan yang berbeda. Jadi kita tidak mengklasifikasikan mana yang pertama, yang paling afdhol atau yang terakhir. Karena hadits ini berkali – kali teriwayatkan, urutannya ada yang berbeda.
Yang Pertama adalah Imam yang adil (pemimpin yang adil). Pemimpin yang adil adalah tugas dan beban yang sangat berat. Oleh sebab itu dijanjikan oleh Sang Nabi saw ia berada didalam naungan Allah di hari tiada naungan kecuali naungan Allah. Apa maksudnya? Disaat matahari 1 jengkal diatas kepala mereka di padang mahsyar, hanya orang – orang yang dinaungi oleh Allah, ia tidak terkena terang – benderang teriknya matahari. Mereka dalam kesejukkan. Siapa? Diantaranya 7 kelompok itu. Pemimpin – pemimpin yang adil. Kita lihat bagaimana Sang Nabi Saw, tentunya panutan yang utama dari semua panutan adalah Sayyidina Muhammad Saw.
Beliau saw menghakimi dan mengadili, namun pada tempatnya dan jelas. Sebagaimana ketika telah selesai kejadian perang uhud. Disaat kejadian salah satu peperangan. Riwayat Shahih Bukhari, Rasul saw membawa ghanimah (hasil rampasan perang) bukan di perang uhud. Dan disaat itu ghanimah ini dibagi – bagikan kepada muhajirin dan muallaf. Muhajirin adalah orang yang berangkat dari Makkah meninggalkan rumahnya dan meninggalkan perdagangannya dan hartanya untuk berhijrah ke Madinah Al Munawwarah. Maka diberikanlah harta – harta ghanimah itu kepada para muhajirin dan muallaf (orang yang baru masuk Islam). Anshar tidak diberi. Maka ada diantara kaum anshar yang nyeletuk “kalau bagian jihad kami dipanggil, kalau pembagian ghanimah kami tidak diberi”. Rasul saw mendengar, sampai ke telinga Rasul saw hal itu. Maka dipanggil oleh Sang Nabi saw kaum anshar semuanya. “Wahai kaum anshar, kuberikan harta keduniawian kepada muhajirin dan muallaf dan kuberikan diriku untuk kalian”, “mereka pulang membawa harta dan kalian pulang membawa aku”, kata Rasul. “Apakah kalian puas?” maka berteriak kaum anshar dengan gembira “cukup ridho ya Rasulullah kami senang, pulang kami membawamu ke kampung kami”.
Dan memang Rasul saw itu pulangnya ke Madinah Al Munawwarah, tidak ke Makkah atau kemana. Demikian cara beliau saw menangani. Tentunya Sang Nabi saw bisa bicara dengan lugas dan tegas “wahai kaum anshar, kalian bukan orang yang butuh, yang butuh muhajirin dan muallaf. Kalian punya tanah, kalian punya harta, kalian punya toko, kalian menguasai pasar, sedangkan mereka tidak”. Pantasnya Rasul berkata seperti itu tapi Rasul saw tidak mau menyakiti mereka. Namun tetap tidak memberikan kepada anshar tetapi menghibur kaum anshar dengan ucapan “aku memberikan diriku untuk kalian”. Demikian imam yang adil pada tempatnya namun selalu berusaha didalam tawassuth (dipertengahan tidak condong pada salah satu) dan juga adil disini adalah selalu berusaha untuk menenangkan jiwa mereka menerima keadilan itu.
Hadirin – hadirat, demikian dengan khalifah – khalifah selanjutnya. Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq radiyallahu anhum, Sayyidina Umar, Sayyidina Ali, Sayyidina Utsman. Mereka adalah pemimpin – pemimpin yang adil. Dan mereka sebagaimana diriwayatkan ketika Sayyidina Umar bin Khattab radiyallahu anhu didatangi seorang yang mengadukan. Pengaduannya “wahai amirul mukminin, tetanggaku mencuri dariku. Aku minta dia dihukum”. Dipanggil tetangganya “apa hukumannya?”, “hukumannya potong tangan, potong tangannya wahai amirul mukminin karena dia mencuri dari hartaku”. Maka Sayyidina Umar bin Khattab bertanya kepada sang pencuri “kenapa kau mencuri?”, “lapar ya amirul mukminin”. Merah padam wajah Sayyidina Umar bin Khattab seraya berkata “wahai engkau yang dicuri, engkau yang akan kuhukum”. Diberi hukuman ‘itaab, apa itu itaab? yaitu hukuman, bisa penjara bisa denda. “Kenapa yg dicuri yg dihukum..?”, “karena tetanggamu lapar, kau tidak tahu..!!”. Demikian imam yang adil.
Hadirin – hadirat, disaat sekarang ini banyak sekali musuh – musuh Islam yang berusaha menghancurkan keimanan muslimin dengan menyebut hukum – hukum Islam yang mereka rasakan tidak adil atau kejam. Diantaranya hukum rajam bagi pezina, diantaranya hukum potong tangan bagi yang mencuri. Tentunya hal ini tidak bisa diputus satu – persatu. Syari’ah Islamiyyah tidak bisa diputus satu – persatu tapi justru bagaikan rantai yang saling mengikat.
Hukum potong tangan tidak bisa diberlakukan terkecuali sudah ada Baitul Maal yang menjamin tidak ada orang yang lapar. Buktinya Sayyidina Umar bin Khattab menghukum orang yang dicuri bukan orang yang mencuri. Ini menunjukkan kalau sudah suatu wilayah mempunyai baitul maal, tidak ada yang kelaparan, semua yang lapar sudah disantuni, semua yang fakir disantuni dan masih ada yang mencuri maka diberilah hukum potong tangan. Betapa kejamnya, kenapa? agar supaya ia malu dan malunya itu membuat orang lain tidak berani mencuri. Demikian di dalam Islam, kelihatannya hukumnya terlalu kejam tetapi kalau seandainya saja hukuman itu ringan, akan banyak orang yang berbuat tapi sebelumnya benahi dulu penyebab – penyebab yang membuat hal itu agar tidak terjadi terkecuali oleh orang – orang yang betul – betul memiliki sifat yang tercela. Ini contohnya yang pertama.
Dan yang kedua mengenai zina. Muncul pertanyaan pada saya di website, di surat dan lain sebagainya. Ada yang berbicara di televisi katanya “hukum orang yang berzina itu tidak akan bisa dihapus dosanya terkecuali dengan dirajam atau dicambuk bagi yang belum menikah”. Betul itu, tapi di wilayah yang sudah berjalan dengan khilafah islamiyyah. Tidak ada ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita), tidak ada lagi gambar porno di jalanan, tidak ada lagi film yang mengajarkan tarbiyah untuk berbuat zina di televisi, tidak ada lagi wanita membuka auratnya. Kalau sudah aman seperti itu, hukum rajam berjalan bagi mereka yang bersumpah 4X dengan Nama Allah bahwa ia betul – betul berzina, lalu dihukum rajam. Kalau ada yang mengaku si fulan berzina, tidak bisa dilakukan hukum rajam terkecuali 4 saksi. 4 saksi yang menyaksikan malihatnya berbuat zina. Bukannya laki dan perempuan masuk kamar berdua, keluar pakaiannya terlihat agak acak – acakkan, tidak cukup itu. Tapi harus melihat perbuatan jima’ dan zina dengan matanya sendiri (4 orang).
Ini kan mustahil..!, terkecuali kalau yang memperbuatnya di jalanan atau di tempat umum atau ia sendiri yang memintanya. Dan Rasul saw sendiri ketika diminta seseorang yang telah berzina meminta dihukum rajam, beliau tidak langsung mengatakan “oh..kau berzina, langsung dihukum”. Tidak, beliau berkata “apakah kau ini gila?”, “tidak ya Rasulullah”, “apakah kau ini tidur?”, “tidak ya Rasulullah”. 4X ia bersumpah lalu dijalankan hukum itu. Jadi kalau melihat hukum jangan dipotong – potong. Benar hukum zina itu dirajam tapi kalau sudah terjadi khilafah islamiyyah. Pria dan wanita sudah tidak ada percampuran, tidak ada lagi gambar porno, film porno dan lain sebagainya sudah aman, masih berzina juga apalagi di depan umum, pantas dirajam. Kenapa? supaya yang lain tidak ikut – ikutan berbuat hal itu karena yang pantas berbuat itu adalah orang – orang yang benar – benar mempunyai sifat yang keji dan perbuatan itu membuat ia terhapus dari dosanya.
Hadirin, lalu kalau pezina zaman sekarang, apa hukumannya? hukumannya adalah taubat kepada Allah Swt. Apakah bisa diampuni? tergantung taubatnya. Apakah 40 tahun amalnya tidak diterima? ya, kalau 40 tahun ia menunda taubatnya. Allah Swt melimpahkan pengampunan secepat orang itu bertaubat. Semakin cepat orang itu bertaubat, secepat itu pengampunan Allah Swt.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
(Firman Allah) “Terkecuali mereka – mereka yang beriman dan beramal shalih, bertaubat dari dosa – dosanya. Allah ganti dosa – dosanya dengan pahala (QS Alfurqan 70) bukan dihapus, tapi diganti dengan pahala. Demikian dahsyatnya sambutan Kasih Sayang Illahi bagi mereka yang mau bertaubat.
Kita baru dengar malam ahad yang lalu, Guru Mulia kita menyampaikan kemuliaan orang orang yg bertobat, semoga kita menjadi orang – orang yang bertaubat, lalu seandainya diantara kita masih ada yang berat melakukan taubat, semoga dicabut berat dari hati kami untuk melakukan taubat. Sebagian diantara kita merasa dalam hati kalau aku taubat nanti, besok berbuat lagi maka belum berani taubat. Taubat sekarang, besok serahkan pada Allah. Kalau besok terjebak dosa lagi, taubat lagi besok. Jangan bosan – bosan bertaubat kalau seandainya tidak bosan berbuat dosa.
Kita zaman sekarang bosan bertaubat tapi tidak bosan berdosa. Meskinya sebaliknya kalau tidak maka biarkan berbarengan, dosa taubat dosa taubat dosa taubat, jangan tinggalkan 1 dosa terkecuali diikuti 1 taubat. Lalu bagaimana nanti kalau dosa lagi, munafikkah ?. (jawabannya) Bukan urusanku masa yang akan datang, nanti masa yang akan datang kita serahkan pada Allah. Aku mau taubat dari sekarang dari semua yang dilarang Allah. Bagaimana nanti kalau berbuat lagi? aku akan bertaubat lagi. Sebagaimana aku selalu terjebak dalam dosa, akupun tidak akan bosan untuk bertaubat kepada Allah. Orang seperti ini akan dibimbing oleh Allah dan ia tidak akan wafat terkecuali dalam keadaan orang yang bertaubat.
Hadirin, yang kedua adalah pemuda yang tumbuh didalam ibadah kepada Allah. Yang masih muda ibadahnya, mulai dari usia muda usdah banyak ibadah. Siapa mereka? diantaranya kita. Oleh sebab itu Guru Mulia kita Alhamdulillah 2X hadir di majelis kita. Malam selasa di MONAS beliau hadir, malam minggu tidak ada jadwalnya diajukan beliau mau hadir lagi. Kenapa? Karena Pemuda. Karena Rasul saw bersabda “saat pertama kali risalahku bangkit, pemuda yang membantuku menegakkan risalah dan orang – orang yang tua meninggalkanku dan mendustakanku”. Agama ini bangkit dengan kebangkitan pemuda, kemerdekaan negara ini didapatkan dengan pemuda. Demikian hadirin – hadirat, dan juga kemajuan Islam ini akan muncul dengan kebangkitan pemuda yang ingin membenahi wilayahnya sendiri.
“Innallaha laa yughayyiru maa biqaumim hattaa yughayyiru maa bi anfusihim” QS. Ar-Ra’d : 11 (Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka sendiri yang mau merubahnya). Itu sebagian orang mengatakan “ya sudah kalau ia sudah tidak mau merubah dirinya, Allah tidak akan merubah suatu kaum”. (Tidak demikian), Justru ini janji Allah. Kalau suatu kaum ada diantara mereka yang ingin merubah dirinya, merubah kaumnya menjadi baik, maka Allah yang akan merubah kaum itu menjadi baik. Karena Allah berkata “Aku tidak akan merubah suatu kaum sampai mereka sendiri yang merubah dirinya”. Berarti jika ada yang ingin diantara mereka merubah keadaan kaumnya, Allah yang akan merubahnya.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika salah seorang pemuda keluar terburu – buru setelah wudhu masuk kedalam shaf shalat. Salah seorang sahabat berkata “law ra aahu Rasulallah La ahabbahu”, pemuda seperti ini kalau Rasulullah melihatnya akan mencintainya. Karena Rasul saw saat itu telah wafat. Menunjukkan apa? pemuda ini, hanya wudhu lantas buru – buru masuk kedalam shaf shalat. Para sahabat pada saat jamaah pertama sudah melakukan shalat, jamaah kedua datang, pemuda ini setelah wudhu terburu – buru masuk ke shaf untuk ikut shalat berjamaah. Berkatalah salah seorang sahabat yaitu Abdullah Ibn Umar “kalau Rasulullah melihat ini, pasti Rasulullah mencintainya”. Rasul itu menyukai pemuda, Rasulullah itu mencintai pemuda.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Semoga Allah Swt membenahi kita semua, khususnya yang dari Jakarta ini dan di seluruh wilayah Barat dan Timur dengan kebangkitan pemuda yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, memuliakan Nabi Muhammad Saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Yang ketiga adalah orang yang hatinya selalu terikat pada masjid. Hatinya cinta masjid walaupun tidak sellau berada di masjid. Masjid tempat yang ia jadikan sebagai tempat yang nikmat. Tempat yang dijadikan tempat ketenangan adalah masjid.
Hadirin, sifat seperti ini sirna diantara muslimin khususnya pemuda. Kalau sedang datang gundah, para pemuda kita khususnya tentunya mencari tempat hiburan (café, diskotik barangkali) tapi kita tentunya coba dan coba cari ketenangan itu di masjid. Gundah saya ini mau cari ketenangan, coba masuk ke masjid. Kau akan dapatkan ketenangan yang jauh lebih daripada di pasar – pasar, di tempat – tempat café, atau direstoran atau tempat lainnya. Enak ini makan dipinggir jalan sambil menenangkan diri kita, Wallahi kesejukkan yang ada di masjid akan kau dapatkan lebih dari itu. Untuk apa? untuk mendapatkan ilmu.
Tadi yang pertama Imam yang adil dinaungi nanti oleh Allah di yaumal qiyamah, yang kedua pemuda yang tumbuh didalam taat pada Allah Swt (semoga kita dalam kelompok ini, amin). Yang ketiga orang yang hatinya terikat dengan masjid, senang dengan masjid, asyik dengan masjid.
Sekarang dimasa ini, orang lewat masjid itu tidak ada bergetar hatinya. Di zaman dulu, Sayyidina Umar bin Khattab radiyallahu anhum ada 2 orang mengangkat suara agak keras di masjid nabawiy, dipanggil oleh Sayyidina Umar. Riwayat Shahih Bukhari. “sini kalian”, “min ayna antumaa?”orang mana kalian ini?, “orang tha’if”, maka berkata Sayyidina Umar ra : “law kuntuma min ahli hadzal balad La awja’tukuma, tarfa’aan ashwaatakumaa fi masjidil Rasulillah saw” untung kalian orang ba’da tha’if (dari luar Madinah) kalau kalian orang sini, kata Sayyidina Umar “akan aku hukum kalian karena berani mengeraskan suara di masjidnya Rasulullah saw”. Demikian adabnya Sayyidina Umar bin Khattab ke masjidnya Rasul saw. Mengangkat suara tidak boleh padahal ayatnya untuk Sang Nabi saw bukan untuk masjid nabawiy.
Ayat turun “..laa tarfa’u ashwatakum fauqashawtinnabiy wala tajharuu lahuu bilqauli kajahriba’dhikum liba’dhin antahbatha a’malukum wa antum laa tasy’urun” QS. Al Hujurat : 2. Didalam surat Al Hujurat, ayat itu dilarang mengeraskan suara dihadapan Rasulullah bukan di masjid tetapi setelah Rasul saw wafat pun Sayyidina Umar menjaga itu di masjid nabawiy.
Hadirin, masjid adalah tempat Baitullah (rumah keridhoan Allah, istana keridhoan Allah) yang di pintu – pintunya berdiri para malaikat yang mencatat mereka yang masuk kedalamnya. Catat yang masuk kesini, kalau kita masuk ke istana kan ada penjaganya. Kalau dimasjid ada juga malaikat yang menyaksikan mereka yang hadir di masjid dan mereka berkata “Allahumma firlahum allahumma warhamhum” Wahai Allah ampuni dia, Wahai Allah sayangi dia, sepanjang kalian duduk di masjid. Hadirin, cari ketenangan di masjid, ikat hati kita dengan masjid, makmurkan masjid niscaya kau akan dinaungi Allah Swt disaat tiada naungan kecuali naungan Allah Swt.
Yang keempat adalah “rajulan tahaabbaa fillah”, 2 orang teman atau orang yang berteman karena Allah. Bukan karena bisnis, bukan karena teman sekolah, bukan karena tetangga tapi karena Allah. Maksudnya seperti bagaimana? Seperti kita disini. Yang satu dari Bekasi, yang satu dari Depok, yang satu dari Jakarta Timur, Jakarta Selatan bertemu disini, kenalan disini. Ini bukan untuk dagang, bukan untuk apa – apa tapi karena Allah, karena majelis taklim, majelis dzikir seperti ini. Saling sms kalau tidak saling ketemuan dimana, majelis malam ahad yang akan datang, malam senin dimana, malam kamis. Hal seperti ini dihargai oleh Allah Swt dan mereka tidak berpisah itu juga terkecuali oleh karena Allah. Maksudnya apa? ketika temannya keluar pindah agama maka ia berubah pula kepada temannya tidak seperti dahulu. Kenapa? temannya tidak lagi taat kepada Allah Swt.
Beda antara cinta dan perduli, kalau perduli semua kafir yang paling jahat pun Rasulullah perduli dan mendoakan untuk mereka tapi bukan cinta. Karena Allah Swt berfirman “laqad jaa akum rasulun min anfusikum a’ziizun a’laihi maa a’nittum hariishun a’laikum bil mu’miniina raufurrahiim” QS. At Taubah : 128. Sayangnya untuk orang – orang muslimin, untuk yang diluar islam beliau peduli. Agar apa?, agar mereka masuk kedalam Islam. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari ketika seorang anak yahudi ada yang mau berkhidmah kepada Nabi saw tapi belum mau masuk Islam, diterima oleh Rasul saw. Masuk ke rumahnya Rasul, khidmah kepada Rasul, bawakan sandalnya, bawakan airnya sampai suatu hari ia sakit dan sakit yang membawa kematian. Rasul menjenguk yahudi (non muslim), ayahnya yahudi juga. Ketika sakit Rasul melihat ini anak sudah dekat dengan sakaratul maut maka Rasul berkata “qul laailahailallah” katakan laailahailallah wahai anak. Pemuda itu tidak berani menyebut “laailahailallah” terkecuali melirik ayahnya dulu. Ayahnya ijinkan tidak, ayahnya yahudi juga. Maka ayahnya berkata “athi’ abal qasim” taati abal qasim. Ayahnya tidak mau mengakui Rasulullah saw tapi ayahnya tahu ia orang baik, yaitu Nabi Muhammad saw, maka ayahnya berkata “taati abal qasim” maka anak itu mengucapkan “laailahailallah” wafat. Keluar Rasul dari rumahnya, sahabat melihat wajahnya rasul cerah gembira. “Ya Rasulullah apa yang membuat engkau sedemikian gembira hingga cerahnya wajahmu”, Rasul berkata “Alhamdulillahiladzi qad hadaah” Alhamdulillah yang telah memberi ia hidayah. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah.
Beda dengan kafir harbi. Ada orang – orang non muslim yang memerangi muslimin, disebut kafir harby,. Demikian kelompok – kelompok kafir, kelompok kafir itu ada 2 ada zimmi dan ada harbi. Zimmi adalag kafir yang baik dan Harbi adalah kafir yang memerangi. Beda hukumnya, sebagaimana ada dalam riwayat yang tsigah ketika salah seorang yahudi hidup bertetangga dengan Rasul di Madinah. Orang yahudi hidup di Madinah juga bersama 1 kota dengan Rasul. Tapi sewaktu – waktu ketika seorang wanita muslimah (tentunya memakai hijab, memakai jilbab) seorang yahudi usil. Diikatlah jilbabnya itu dengan salah satu kaki meja dan saat ia berjalan terbuka hijabnya, ia berteriak (wanita muslimah ini). Muslimin berdiri bangkit, orang yahudi juga berdiri membela. Terjadi perpecahan disitu, Rasul saw segera membelah perpecahan dan menahan daripada perpecahan dan mengusir semua yahudi dari Madinah Al Munawwarah. Kalau damai diijinkan hidup bersama, kalau tidak damai maka lain halnya. Hadirin – hadirat demikian di Palestina, demikian di Poso, demikian di Kasymir dan lain – lain.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Inilah 2 orang yang saling menyayangi karena Allah Swt, saling mengenal karena Allah Swt. Allah Swt memuliakan kita dengan kemuliaan terindah dengan perkumpulan mulia ini. Masih ada 3 penjelasan lagi tentang kelompoknya, Insya Allah saya teruskan di malam selasa yang akan datang.
Dan kita bermunajat kepada Allah Swt dan semakin bangkitlah untuk memperdulikan keadaan muslimin – muslimat.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita sudah lihat tanda – tanda kebangkitan muslimin sudah mulai dimunculkan oleh Allah Swt. Sebagaimana Allah sudah menghancurkan Negara Adikuasa Uni Sovyet dipecah belahkan oleh Allah Swt. Dan sekarang (Allah) telah menjadikan Negara Amerika Serikat ini jatuh miskin dan demikian Allah Swt dalam waktu dekat ini semakin kesini semakin berlanjut. Allah mulai mendesak daripada kekuatan – kekuatan kuffar dan semoga Allah segera membalikkan kemakmuran kepada muslimin – muslimat dipermukaan bumi..
Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram, kami telah dengar sabdamu Nabi Muhammad Saw yang menjelaskan bahwa kelak setelah aku wafat akan kalian lihat perpecahan, akan kalian lihat gempa bumi, akan kalian lihat musibah –musibah, akan kalian lihat banyak yang mengaku sebagai Nabi dan akan kalian lihat banyak terjadi pembunuhan dan setelah itu akan muncul kemakmuran yang menyeluruh di seluruh penduduk bumi bagi muslimin – muslimat dan disaat itu sabahat berkata “bagaimana keadaan mereka saat itu muslimin muslimat ya Rasulullah..?”, Rasul berkata “bagi mereka sujud sekali lebih baik dari dunia dan segala isinya”. Menunjukkan muslimin muslimat yang mencintai sujud, yang mencintai ibadah, yang mencintai kemuliaan – kemuliaan yang dibawa oleh Allah. Mereka itulah yang akan dlimpahi kemakmuran dan jika muslimin sudah bangkit untuk meninggalkan dosa – dosa menuju taubat, menuju keluhuran, menuju kemuliaan, itu tanda kemakmuran akan segera dibangkitkan oleh Allah untuk muslimin muslimat.
Kita lihat sekarang Negara super power ini dihancur leburkan dengan kemiskinan oleh Allah Swt dan akan semakin dahsyat kehancuran daripada Amerika, kehancuran Inggris, kehancuran Perancis, kehancuran Negara – Negara musuh Islam. Akan kita lihat Insya Allah dalam waktu dekat dan Allah akan makmurkan Negara muslimin muslimat. Rabbiy bangkitkan pemuda - pemudi muslimin muslimat untuk mencintai Nabimu Muhammad Saw, Rabbiy makmurkan majelis dzikir, majelis – majelis shalawat dan Rabbiy Ya Rahman Ya Rahim telah makmur panggung – panggung orang – orang yang bermaksiat, puluhan ribu yang hadir membayar dengan uang puluhan bahkan ratusan ribu demi memandang wajah orang yang tidak sujud padamu maka Rabbiy gantikan keadaan muslimin muslimat, makmurkan majelis yang mengagungkan Namamu, yang menggemuruhkan Namamu, yang memuliakan Namamu, yang mencintai Nabimu Muhammad Saw.
Ya Rahman Ya Rahim gantikan pemuda – pemuda muslimin muslimat dengan pemuda yang mencintai Allah dan Rasul, yang bangga memegang bendera Rasulullah, yang bangga dengan pakaian sunnah Rasulullah, yang bangga dengan sunnah Rasulullah. Ya Rahman Ya Rahim makmurkan bumi Jakarta, makmurkan seluruh wilayah muslimin muslimat dan tolong saudara – saudara kami di Palestine, saudara kami di Khasmir, saudara kami di seluruh wilayah Barat dan Timur yang sedang dalam kesulitan. Pecah belahkan kekuatan musuh – musuh muslimin, hancur leburkan mereka. Ya Rahman Ya Rahim inilah doa dan munajat.
Ya Dzaljalali wal ikram benahi keadaan kami, keadaan rumah tangga kami, bangkitkan keinginan kami untuk bertaubat, bangkitkan keinginan kami untuk meninggalkan kemunkaran Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah…
Post a Comment