Wujudkan Pengorbanan dengan melakukan pembelaan terhadap ummat islam”
Wujudkan Pengorbanan dengan melakukan pembelaan terhadap
ummat islam”
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Hadirin kaum muslimin dan muslimat rahima kumullah
Hari ini takbir berkumandang di seluruh dunia, membesarkan
nama Allah. Gema takbir yang disuarakan oleh lebih dari satu seperempat milyar
manusia di muka bumi ini, menyeruak disetiap sudut. Di lapangan, di surau-surau,
di desa-desa, digunung-gunung, dikampung-kampung di seluruh pelosok negeri
Islam.
Getarkan qalbu mu’min, yang tengah khusyu’ dzikrullah, penuh
mahabbah, penuh ridho, penuh roja’ –harap-harap cemas akan hari perjumpaan
dengan Khaliq, Pencipta.
Pekik suara itu juga kita bangkitkan disini, dibumi tempat
kita bersujud. Iramanya memenuhi ruang antara langit dan bumi, disambut riuh
rendah suara Malaikat nan tengah khusyu’ dalam penghambaan diri mereka kepada
Allah swt.
Di Palestina,
Dimana Yahudi La’natulllah
‘alaihim, tengah bersorak sorai setelah sukses menipu kaum muslimin.
Setelah 400 pemuda Hamas yang berani mati dieksekusi di kota
Jenin, setelah peluru terakhir mereka habis ditembakkan.
Ribuan tentara Yahudi Israel semakin gencar menggilas dan
memporak porandakan tempat tinggal kaum muslimin, kaum lelaki dibunuh,
anak-anak dianiaya dan perempuan-perempuan dinodai.
Masjidil Aqsha yang mereka injak-injak kehormatannya. Di
tanah yang telah diwashiyatkan oleh Umar Ibn Khattab untuk dijaga, negeri yang
telah ditebus oleh Sholahuddin Al-Ayyubi dengan darah para syuhada.
Takbir berkumandang Di Iraq,
Negeri dengan
bangunan-bangunan bersejarah nan telah rata dengan tanah, kekayaan ummat
yang coba dijarah oleh Amerika. Setiap hari kita saksikan pembunuhan demi pembunuhan.
Penangkapan dan penggeledahan rumah-rumah yang kerap disertai dengan
penganiayaan. Dan hati kita sedikit terobati, kala tentara penjajah tersungkur,
dihajar peluru-peluru mujahiddin.
Ketidak adilan dan standar ganda dari sikap yang
dipertontonkan oleh sang adikuasa.
Di Fallujaah, di Sammara, di Baghdad kehancuran dan
mayat-mayat kaum muslimin bergeletakan, setiap hari bahkan setiap jam, ada saja
penduduk yang menjadi korban.
Pemboman yang bertubi-tubi hampir setahun penuh
Kekuatan yang tidak sebanding sama sekali
Takbir berkumandang di Fallujah
Oh Fallujah
Ya ahli Fallujah
Duhai saudara kami muslim Fallujah
Adakah kalian masih dengar suara kami
Saudara engkau yang jauh di belahan bumi
Serangan bom dan roket bertubi-tubi
Di penghujung malam-malam, menyayat-nyayat hati
Kaum muslimin yang sedang berpuasapun mereka tembaki
60 masjid hancur tidak lagi berfungsi
ratusan orang meregang nyawa
Tubuh anak-anak terbaring
Akibat pecahan bom
Kena serpihan mortir
Kaki mereka harus diamputasi
Demam meradang mereka
Sebab tidak ada lagi persediaan obat
Apalagi anti biotic
Rombongan 300.000 pengungsi
Berdesak-desakan
Memohon belas kasihan
Maha terpuji Engkau Ya Allah
Dalam limpahan nikmat yang menyenangkan kami.
Dalam genangan darah yang menyedihkan hati kami
Dalam kobaran api dendam musuh-musuhmu dan
musuh kami yang meluluh lantakkan rumah-rumahMu,
Tempat bernaung hamba-hamba-Mu
Takbir berkumandang Di Afghanistan,
Keping-keping reruntuhan, seolah wilayah yang tak lagi
bertuan. Puas menmborbardir kawasan muslim ini, tentara Amerika pergi
menghindar dan membiarkan penduduknya terlantar.
Takbir berkumandang Di NAD
Adakah takbir masih berkumandang di seluruh pelosok bumi
Aceh?
Adakah takbir masih berkumandang di Ulee Lheue?
Adakah takbir masih terdengar di Lhok Nga?
Adakah suara takbir masih tersisa di Ujung Batee?
Adakah Takbir masih berkumandang di Bireuen, di Sigli?
Allah, Allah, Allahu Akbar
Apakah masih ada suara takbir di pantai Lhokseumawe?
Adakah takbir masih terdengar di kota Calang, Meulaboh, Bireun?
Hanya reruntuhan demi reruntuhan yang terlihat di Ulele
Hanya kepingan-kepingan beton yang tersisa di Ujung Batee
Hanya daratan kosong yang kami saksikan sepanjang Lhok Nga
Kami tidak lihat lagi dimana kota Calang
Bahkan didalam petapun lokasinya mulai menghilang
Kami tak punya jalan lagi menuju Meulaboh
Sebab pinggir pantai telah bergeser ke kaki bukit.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Marilah kita bersyukur kepada Allah, dengan sebenar-benar
bersyukur.
Allah!!, yang setiap saat kita hirup udaranya dengan bebas,
hingga kita mampu bertahan untuk hidup.
Allah!!, Yang air-Nya kita minum setiap kali kita rasakan
dahaga.
Allah!!, Yang telah menurunkan hujan dari langit
Mengeluarkan tunas tumbuh-tumbuhan setelah keringnya dan mengalirkan
airnya pada sungai-sungai yang banyak.
Marilah kita bersyukur kepada Allah, dengan sebenar-benar
bersyukur.
Allah !! Yang telah banyak memberikan rezeki kepada kita
Yang telah melimpahkan nikmat-Nya untuk isteri-isteri dan
anak-anak kita
“Kamilah yang telah
memberi rezeki kepada anak-anak kalian dan juga untuk kalian”
Betapa banyak nikmat-Nya yang telah kita reguk,
Seteguk air yang menghilangkan dahaga, sesuap nasi yang
menyirnakan rasa lapar, kelak pasti kita akan ditanya.
“Kemudian, hari ini sungguh
kalian akan ditanya tentang nikmat-nikmat (yang kalian rasakan)”.
Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa,
Allah !!, Malikiyau middin, Pemilik urusan di
hari kiyamat, dihari seseorang tidak dapat menolong orang lain. Hari dimana
seorang anak manusia lari dari ayah dan ibunya, lari dari kaum dan kerabatnya.
Allah!!, Penguasa Yaumul Mahsyar, Padang yang
maha luas, tempat berkumpul nya manusia minal awwaluun wal
Akhiruun.
Yang akan memperlihatkan kepada kita catatan-catatan,
tentang apa-apa yang pernah kita kerjakan, catatan tentang
apa-apa yang telah kita lalaikan.
Akan dihitung segala perbuatan kita, akan ditimbang segala
kebaikan dan keburukan kita, akan dihisab semua manusia, dihari perhitungan
ini.
Marilah kita berlindung kepada Allah, dengan sebenar-benar
minta perlindungan.
Allah !!, Yang adzab-Nya sangat keras dan pedih,
Kelak akan dipertunjukkan, ketika seorang lelaki mungkar
dihadirkan, lalu dituangkan air rebusan api neraka keatas kepalanya. Hingga
meleleh isi perut dan kulit-kulit mereka. Dan bagi mereka cambuk-cambuk dari
besi. Setiap kali mereka ingin keluar dari siksaan itu, akibat derita dan
sengsaranya, maka dikembalikan ia kepada adzab itu, lalu dikatakan, “Rasakanlah
adzab yang membakar ini”.
Takutlah kepada adzab Allah, dengan sebenar-benar rasa
takut.
Allah !!, pemilik neraka jahannam, Kelak, tempat orang-orang
kafir akan digiring secara berbondong-bondong.
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api
neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan api. Di dalamnya ada
malaikat-malaikat penjaga yang keras dan bengis”.(QS At-Tahrim : 6)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Hadirin Jama’ah ied yang berbahagia,
Pada hari ini, kita berkumpul untuk melaksanakan sholat
iedul Adha, setelah kemarin jutaan ummat Islam telah melaksanakan Wuquf di
Padang Arafah, dan hari ini akan dilanjutkan dengan pelontaran jumrah serta
tahallul ula.
Semoga, seluruh usaha ibadah kita ini menjadi pemberat
timbangan kebaikan kita di yaumul mizan kelak, semakin taqarrub kita
kepada Allah, serta memperoleh buah ibadah yang dijanjikan, yaitu derajat
orang-orang yang bertaqwa.
Sebentar lagi -insya Allah beberapa hewan qurban akan
disembelih, ada sapi, ada kambing, ada kerbau. Para ibu-ibupun telah menyiapkan
hidangan ketupat serta makanan tambahan. Semoga kurban yang kita lakukan hari
ini, meningkatkan ketaqwaan kita disisi Allah swt. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Hadirin/at jama’ah sholat Ied yang berbahagia
Akan tetapi ketahuilah bahwa ibadah haji, bukanlah sekadar
peristiwa ritual belaka, apalagi bersifat ceremonial. Syari’at haji diturunkan
setelah Rasulullah saw. beserta shahabat melalui pengorbanan dan jihad yang
panjang.
Kita tentu tidak mudah melupakan bagaimana jasa-jasa
Rasulullah saw. dan para pejuang Islam dimasa awal penegakan Ad-diin ini.
Mereka berjuang dengan pengorbanan demi pengorbanan baik harta, darah bahkan
nyawa.
Bagaimana perlakuan bengis kaum musyrikin Quraisy terhadap
kaum muslimin dikala itu. Kita tentunya masih ingat, bagaimana Rasulullah saw.
dianiaya oleh ibnu Muith. Ketika leher beliau dicekik dengan usus onta.
Bagaimana Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau
dengan kasar dan kejam.
Bagaimana Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah
sengatan terik matahari siang.
Bagaiman Yasir dibantai,
bagaimana seorang ibu yang bernama Sumayyah,ditusuk kemaluan
beliau dengan sebatang tombak.
Bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah saw.
saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy di Syi’ib Banu Hasyim, hingga beliau
sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit
sepatu bekas. Ooh begitu beratkah derita yang mesti di alami kekasih Allah, si
pembawa risalah?.
Di Makkah ini pulalah, beliau kehilangan isteri beliau
Khadijah, seorang wanita yang sangat beliau cintai. Wanita, dimana beliau
dapatkan seseorang yang mencurahkan cinta dan kasih sayangnya secara tulus dan
ikhlas. Setelah beliau jalani masa-masa kepahitan hidup yang panjang,
tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa kakek, tanpa kerabat yang
membela risalah.
Pada periode Madinahpun, terjadi beberapa peristiwa besar,
dimana pada saat-saat tempat berpijak belum lagi kokoh, dikala derita kepayahan
setelah berhijrah belum lagi sirna.
Allah swt. telah memberikan sebuah proyek besar, yaitu
perang Badar.
Perang ini berlangsung pada bulan Ramadhan, dimana kaum
muslimin berhasil membunuh 70 orang tentara musyrikin, sementara di pihak kaum
muslimin tercatat syahid sebanyak 14 orang shahabat terpilih.
Namun, sebagaimana manusia biasa , terkadang ada jenak-jenak
fithrah beliau sebagai manusia muncul, ketika beliau saw. merasa rindu akan
kampung halaman, Kota Makkah yang telah lama ia ditinggalkan.
Bahkan beliau pernah menangis dihadapan Bilal bin Rabah,
ketika beliau terkenang akan sejumput izkhir yang tumbuh di lembah Makkah.
Aku rindu untuk bermabit di tepi sebuah danau
Sementara disekelilingku izkhir dan jalil
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Hadirin Rahimakumullah,
Selanjutnya dapatkah kita bayangkan, bagaimana suasana haji
pertama kali yang sangat bersejarah itu. Rasulullah saw. berkhutbah dihadapan
kurang lebih 140.000 kaum muslimin saat melaksanakan wuquf di Padang Arafah.
Khutbah ini terasa sangat mendebarkan, karena beliau saw.
mengisyaratkan bahwa tahun depan mungkin umur beliau tidak ada lagi. Apalagi
Rasulullah saw. menyampaikan ayat yang baru saja turun:
“Pada hari ini telah Ku
sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Ku cukupkan atas kalian nikmat-Ku. Dan
Aku ridho Islam sebagai agama kalian”.
Sebuah ayat yang memproklamasikan bahwa Islam telah sampai
ke puncak kejayaan, telah sampai kepuncak kesempurnaan.
Umar ibnul Khattab, yang selama ini dikenal tegar dan
bersikap tegas terhadap seluruh persoalan, menangis tersedu-sedu. Demikian pula
dengan shahabat-shahabat yang lain.
Terbayang tantangan hebat dimasa depan. Terbayang kehidupan
tanpa Rasulullah saw. Terbayang setelah puncak tentu akan ada turunan.
Bagaimana perasaaan Rasulullah dan para shahabatnya kala
melaksanakan haji yang pertama kali ini?
Bagaimanakah perasaan mereka saat melangkahkan kaki menuju
lapangan sembari menggemakan takbir, tahmid dan tahlil?
Dapatkah kita bayangkan, seandainya Khadijah hadir disisi
Rasulullah saw. serta Dapatkah kita bayangkan seandainya Yasir dan Sumayyah
juga turut hadir bertakbir pada hari yang bersejarah ini?
Dapatkah kita bayangkan seandainya 14 shahabat pilihan, yang
syahid di Badr juga menyaksikan puncak kejaan Islam ini bersama-sama
isteri-isteri dan anak-anak mereka?
Lalu bagaimanakah perasaan janda-janda serta para aitam itu?
Semua pertanyaan ini, larut dalam haru biru kegembiraan
hakiki. Hari itu jiwa mereka tenggelam dalam kesyahduan iman, menyatu dengan
hakekat kehendak Allah swt, dan dengan jiwa taqwa mereka.
Kegembiraan mereka dipagi yang cerah itu, lima belas abad
yang silam, tumpah ruah dalam alunan gema takbir, tahmid, tahlil dan tasbih.
Ternyata Haji bukan
sekedar ibadah ritual saja, melainkan dia merupakan puncak perjuangan jihad
Islam sebagaimana sabda nabi saw.:
“Jihad yang paling utama itu adalah haji yang mabrur”
(HR. Bukhari)
Allahu Akbar, Allauhu Akbar, Allahu Akbar
Walillahil hamd
Semangat pengorbanan ini juga sebagaimana telah dicontohkan
oleh nabiyullah Ibrahim as. Semangat
rela berkorban dalam menegakkan kebenaran.
Pada masa mudanya beliau rela dibakar hidup-hidup, setelah
menghancurkan patung berhala Raja Namrud. Allah menyelamatkan Ibrahim as.
dengan firman:
“Wahai api jadilah dingin,
dan Kami selamatkan Ibrahim”.
Bahkan ujian dari Kekasih terhadap kekasih, tidak cukup
sampai disitu. Setelah berusia tua, lama tidak punya anak, begitu lahir putra
pertama beliau –Ismail-, bukan kepalang senang hati beliau.
Namun Allah swt. memerintahkan untuk mengantarkan si buah
hati ke sebuah lembah yang bernama Makkah. Berdua dengan Siti Hajar, ibunda
Ismail, mereka ditinggalkan di sebuah lembah yang tak ada seorangpun dan tidak
ada sesuatu apapun disana.
Lama tak berjumpa, kerinduan akan bersua. Setelah sang anak
beranjak remaja, masa-masa kebanggaan seorang ayah terhadap seorang putra,
kemudian Allah memerintahkan untuk menyembelih buah hati tercinta.
Pisau telah diasah dan ditajamkan. Ismail sudah dibaringkan.
Hati-hati pisau tersebut secepat mungkin diayunkan.
Penyembelihan benar-benar terjadi, darah segar dan hangat
memancar membasahi tangan Ibrahim. Sampai disini, sesungguhnya Ibrahim masih
sangat yakin telah menyembelih Ismail, darah dagingnya.
Akan tetapi Allahu Akbar, walillahil hamd. Allah telah
mengganti kurban tersebut dengan seekor qibas. Ujian serta pengorbanan yang
sangat berat telah dilalui oleh seorang nabi, Khalilullah, kekasih Allah
tersebut.
Sekarang, marilah kita bertanya kepada diri kita
masing-masing!
Bagaimana kwalitas pengorbanan kita serta ibadah kita,
adakah kita telah sungguh-sungguh beruswah kepada Rasulullah saw. teladan kita?
Atau kepada Ibrahim as. – nabi yang telah mencontohkan sikap loyalnya dan
setia.
Apa sikap kita –sebagai
bahagian dari kaum muslimin terhadap pembantaian saudara seaqidah kita di Iraq,
pembantaian saudara seiman kita di Palestina, saudara seagama kita di
Afghanistan.
Kita harus bela mereka,
karena kita telah dipersaudarakan oleh Allah swt dibawah panji-panji kalimah
tauhid Laa ilaaha illallah.
Kita harus berani melawan
segala bentuk kezholiman ini. Kita harus bersatu untuk memperkokoh barisan kaum
muslimin, sehingga ia menjadi seperti bangunan yang kokoh –bunyanun marshus.
Kita harus senantiasa mewaspadai skenario-skenario yang sering menyudutkan umat
Islam.
Bahkan hari ini kaum
muslimin seringkali diidentikkan dengan teroris. Kita yang mayoritas dari
komponen bangsa ini hampir 90% adalah ummat Islam, seolah menjadi bulan-bulanan
media dan pengamat-pengamat yang anti Islam, telah menjadi umat sebagai sasaran
tembak.
Demikian pula dari
statemen-stateme yang tidak bertanggung jawab dari tokoh-tokoh politik, yang
mengumbar wacana akan mengawasi seluruh pesantren. Isu sidik jari yang semakin
membuat runyamnya masalah.
Seolah-olah seluruh
pelajar di pesantren adalah teroris, seolah isi kurikulum inti pesantren adalah
mendidik orang untuk menjadi radikal dan anti sosial? Hal ini sangat membuat
stigma negatif dan mencoreng nama baik pesantren.
Bahkan istilah jihjadpun
disimpangkan sedemikian rupa, seolah-olah jihad itu keji dan kejam, seolah
jihad itu tidak manusiawi. Padahal terminologi jihad didalam Islam adalah
sesuatu yang luhur, sesuatu yang diwajibkan atas setiap muslim, karena jihad
adalah merupakan wujud kesungguhan kita dalam menjalankan ajaran Islam yang
sempurna ini.
Oleh sebab itu kita harus
mau membela umat ini, baik secara perorangan maupun secara kelembagaan. Bahwa
Islam ditirunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin, bahwa tidak ada yang
lebih tinggi dan lebih mulya dari pada pembelaan kita terhadap kalimatullah
hiyal ‘ulya. Inilah wujud pengrobanan kita, yaitu pembelaan terhadap citra
ummat Islam yang sering di serang dan dianggap seolah-olah biang kerusakan dan
kerusuhan di negeri mereka sendiri.
Demikianlah dengan sikap
persaudaraan kita, sikap ukhuwwah kita. Apakah jiwa taqwa kita -benar-benar
telah mengusik –katakanlah- secuil kepedulian kita terhadap nasib ummat Islam
serta kaum papa, faqir miskin, yatim dan para janda?
Apakah gemblengan ruhiyyah ini benar-benar telah menggamit
sanubari kita, agar peduli terhadap penderitaan saudara-saudara muslim kita?
Kaum muslimin yang merupakan bagian dari darah daging kita?
Yang dalam pesan Rasulullah saw., sangat tegas diucapkan:
“Kuunuu ‘ibadallahi ikhwana”
Bagaimana kita mengaplikasikan nilai-nilai luhur yang telah
dicontohkan oleh Nabi saw.
Adakah kebahagiaan yang kita rasakan hari ini, juga
dirasakan oleh mereka?
Adakah mereka sanggup kenakan baju baru, celana baru dan
sepatu baru?, Seperti yang dipunyai anak-anak kita?
Adakah mungkin saudara-saudara muslim kita di Iraq, di
Palestina, di Afghanistan maupun di Aceh
dapat mencicipi hidangan selezat yang telah kita tata di meja-meja makan kita?
Kenang, kenang, kenanglah mereka !
Sumbanglah mereka, agar mereka merasa masih punya saudara.
Bantu mereka, do’akan agar Allah memberikan keberkahan atas
mereka.
Allau Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil hamd.
Hadirin/at Jama’ah Sholat Ied yang berbahagia,
Untuk kejayaan ummat, wujudnya kemenangan syari’at, setiap
kita hendaknya terlibat dalam membangun, memelihara dan membela Ad-diinul Islam
ini. Jika masing-masing kita memegang teguh ajaran ini, jika setiap keluarga
muslim iltizam terhadap Alqur’an dan sunnah, jika masyarakat muslim
mengaplikasikan nilai-nilai luhur dari Alqur’an. Tentu kan jayalah ummat ini,
Zhohirnya Addin, tampil memimpin dunia yang kini tengah centang perenang ini.
Marilah kita tutup khutbah ini dengan do’a:
Post a Comment