Akibat Mengabaikan Amal Sunnah Yaumiyah (bag. ke-1)
Akibat Mengabaikan Amal Sunnah Yaumiyah (bag. ke-1)
Jika kita melihat pada perjalanan hidup para sahabat ra, maka
akan kita lihat bagaimana mereka senantiasa menjaga terhadap hal-hal yang
sunnah, bahkan berhati-hati terhadap hal yang mubah, karena cinta mereka yang
begitu tinggi kepada Allah SWT dan karena takut terjerumus pada hal-hal yang
dimurkai Allah.
Kita membaca seorang sahabat yang mulia Abu Salamah ra, yang
memiliki kebiasaan setiap pulang dari majlis Rasulullah SAW di malam hari,
senantiasa membangunkan istrinya untuk bersegera menceritakan oleh-oleh berupa
cahaya wahyu al-Qur’an yang baru didapatnya. Kita juga melihat bagaimana
shahabat Umar ra menginfakkan
kebunnya yang disayanginya di Madinah hanya karena tertinggal takbiratul-ihram dalam shalat berjama’ah, dll.
kebunnya yang disayanginya di Madinah hanya karena tertinggal takbiratul-ihram dalam shalat berjama’ah, dll.
Sebab-Sebab Terjadinya Pengabaian
1. Terkotori oleh kemaksiatan
-
Kemaksiatan berapapun kecilnya adalah berbahaya, bukankah Nabi SAW bersabda: “Apabila seorang hamba berbuat dosa, maka diberikan noda hitam dalam hatinya.” Maka janganlah melihat kecilnya sebuah maksiat, tapi lihat kepada siapa maksiat itu diarahkan?!
-
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa makna hajrul-qur’an (meninggalkan al-Qur’an) dalam surat al-Furqan bukan hanya berarti tidak membaca, melainkan juga tidak mau menghafal & mengamalkan al-Qur’an. Maka saat ditimpa musibah berat, jangan sedih, mungkin sedemikian banyaklah dosa
kita. -
Tapi kita tak perlu putus asa, karena jika bertaubat insya Allah akan dihapus dosa tersebut oleh Allah SWT, sebagaimana kata para ulama : La Kaba’ir ma’al Istighfar, wala Shagha’ir ma’al Istimrar.
2. Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah
-
Memang mubah adalah boleh, tapi jika berlebihan maka dapat merusak amal, minimal menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.
-
Dalam Kitab at-Tauhid, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa pintu masuk syetan yang terakhir adalah pintu ini, setelah pintu murtad, pintu syirik, pintu bid’ah, pintu kufur, pintu maksiat dan pintu makruh.
3. Tidak sadar akan nilai nikmat Allah
-
Dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 34 [1] disebutkan tentang demikian banyaknya limpahan nikmat-Nya pada diri kita. Juga surat QS al-Kautsar [2]. Maka nikmat RABB-mu yang mana lagi yang akan kamu dustakan (dengan tidak bersyukur/beribadah)?
-
Sampai-sampai kita masuk jannah-pun karena nikmat-Nya dan bukan karena amal kita (HR Bukhari Muslim).
4. Lalai terhadap kebutuhan kita terhadap amal-amal
tersebut.
-
Di antara manfaat istighfar adalah menambah kekuatan fisik, rizki, dsb [3].
-
Jika ingin diingat-Nya maka kita dulu harus ingat pada-Nya (Fadzkuruni adzkurkum…).
-
Fenomena yang ada di antaranya ialah banyak menyia-nyiakan waktu, menunda-nunda atau bahkan sampai tak tahu apa yang akan dikerjakan lagi.
5. Lemahnya pemahaman yang benar tentang hakikat pahala yang
berlipatganda.
-
Di antara amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinyu walau sedikit.
-
Nabi SAW, jika ada waktu istirahat maka istirahat beliau SAW adalah melakukan shalat (Arihna ya Bilal bish Shalat…).
6. Melupakan kematian & apa yang menanti setelahnya.
-
Allah mengingatkan kita untuk senantiasa mempersiapkan bekal untuk setelah mati [4].
-
Kata Ali ra: “Shalatlah kalian seperti shalatnya seorang yang akan meninggalkan dunia.”
-
Pesan Abubakar pada Aisyah ra: “… dan jika aku sudah meninggal, maka kafanilah aku dengan kain yang paling murah, karena ia hanya akan menjadi wadah nanah & darah…”
7. Mengira amalnya sudah cukup
-
Dicela oleh Allah SWT.
-
Nabi SAW saat turun surat Hud, Waqi’ah, An Naba’ & Takwir sampai beruban rambutnya.
8. Terlalu banyak tugas & pekerjaan
-
Maka harus tawazun, ingat kisah Salman & Abu Dzar ra.
-
Nabi SAW membagi waktunya dalam 3 bagian: 1/3 untuk Rabb-nya, 1/3 untuk keluarganya & 1/3 untuk ummatnya.
9. Ditunda-tunda & dinanti-nanti
-
Sabda nabi SAW: “Persiapkanlah yang 5 sebelum datang yang 5: Masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu sebelum masa matimu.”
-
Orang yang kuat menurut Umar ra adalah orang bersegera dalam setiap amal.
10. Menyaksikan sebagian panutan dalam kondisi pengabaian
-
Imam Ghazali menyebutkan bahwa salah satu dosa kecil yang bisa menjadi dosa besar adalah dosa kecil yang dilakukan oleh ulama, karena dapat mengakibatkan ditiru orang lain.
-
Oleh karenanya maka Nabi SAW demikian menekankan disiplin pada keluarganya (Fathimah ra, Ali ra, Hasan & Husein ra) sebelum orang lain.
(Bersambung insya ALLAH..)
Maraji’:
- Kitab Afaatun ‘ala Thariiq ad Dakwah, DR. Muh. Nuh
- Al-Mustakhlash fi Tazkiyyatil Anfus, Syaikh Sa’id Hawwa
- Tadzkiratud Du’at, Syaikh Bahi al-Khauly rahimahumuLLAH.
- Al-Mustakhlash fi Tazkiyyatil Anfus, Syaikh Sa’id Hawwa
- Tadzkiratud Du’at, Syaikh Bahi al-Khauly rahimahumuLLAH.
Catatan Kaki:
[1]
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni’mat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(ni’mat Allah).” (QS. Ibrahim [14]: 34)
[2]
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak. Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang
yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar [108]:
1-3)
[3]
“…maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun (istighfar) kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.” (QS. Nuh [71]: 10-12)
[4]
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al Hasyr [59]: 18)
Post a Comment