Karunia Hidayah
Karunia
Hidayah
Siapapun di dunia ini
hanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga dan
membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin
bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula
dijaganya.
Ada yang sibuk menjaga hartanya karena dia menganggap hartanyalah yang
paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar awet muda, karena awet
muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada juga yang mati-matian menjaga
kedudukan dan jabatannya, karena kedudukan dan jabatan itulah yang dianggap
membuatnya berharga.
Tapi ada pula orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya
karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan
hidayah dan taufik dari ALLOH yang Mahaagung. Inilah sebenarnya harta benda
paling mahal yang perlu kita jaga mati-matian. Betapa nikmat iman yang
bersemayam di dalam kalbu melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.
Karenanya, sudah sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap
dalam rambu-rambu supaya hidayah itu tidak hilang. Misal, ketika mencari uang
untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi keringat
mencarinya, tapi tetap berupaya dengan sekuat tenaga agar dalam mencari uang
ini hidayah sebagai sebuah barang berharga tidak hilang dan taufik tidak sampai
sirna.
Begitupula ketika menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi
tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah tidak sampai sirna. Bahkan seharusnya
acara mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan
dengan sumber hidayah dari ALLOH SWT.
Ada sebuah doa yang ALLOH SWT ajarkan kepada kita melalui firman-Nya, "Robbanaa,
laa tuziquluu banaa ba’da ijhhadaitana wahablana milladunkarahmatan innaka
antal wahhaab…" (Q.S. Ali Imran [3]: 8). (Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini
condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada
kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia).
Demikianlah ALLOH Azza
wa Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar
senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah
dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus
senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita, di setiap getar-getar doa
yang meluncur dari bibir kita.
***
Suatu waktu ada seorang wanita yang belum beberapa lama masuk Islam
(muallaf). Dan ternyata keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini, sehingga
ibunya mengusirnya dari rumah. Kejadiannya ketika menjelang jam lima sore
telepon berdering, suara diujung sana bicara dengan terbata-bata, "Aa, aa
tolong a tolong…!" Belum selesai bicara hubungan telepon terputus. Dari
nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi
membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui dimana menelponnya? Keadaannya
bagaimana? Cuma yang diketahui pasti adalah ALLOH Maha Melihat, Maha
Menyaksikan segala kejadian, dan Mahakokoh dalam melindungi siapapun. Tidak
akan terjadi musibah, "illabiidznillah" tanpa ijin ALLOH, dan
tidak akan teraniaya kecuali dengan ijin ALLOH pula.
Usai hubungan telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa dilakukan!? Karena
yang terbayang di benak saat itu adalah justru si anak dianiaya, teleponnya
direbut atau kabelnya diputuskan. Terbayang pula andai si anak ini dipaksa
kembali ke agama semula oleh orang tuanya atau minimal dianiaya. Tapi sejenak
kemudian ingat pula akan Kemahakuasaan ALLOH bahwa hanya dengan karunia-Nya
saja hidayah bisa sampai kepada si anak itu. Betapapun orang memaksa untuk
melepas hidayah keyakinan di jalan-Nya, tapi kalau ALLOH Azza wa Jalla,
Dzat yang Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di kalbunya,
kita lihat bagaimana Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW yang mulia,
dijemur diterik matahari, dibawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit
batu yang berat, tapi bibirnya yang mulia tetap mengucapkan, "ALLOH,
ALLOH, ALLOH".
Demikianlah jikalau ALLOH telah menghunjamkan karunia hidayahnya, tidak ada
seorangpun yang bisa melepaskannya. Begitupun dengan si anak dalam kejadian
ini, setelah teleponnya diputus oleh ibunya, ternyata benar ia dianiaya,
dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya. Hanya kemudian dengan ijin ALLOH, dia
dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati pilu si anak pun ikut bersama
bibinya. Hanya ALLOH-lah yang melepaskan dari setiap kesempitan.
Mudah-mudahan kejadian diatas dapat menambah keyakinan akan kokohnya
perlindungan ALLOH Azza wa Jalla. Betapapun tidak ada yang menolong,
yakinlah bahwa ALLOH-lah satu-satunya penolong. Begitupun ketika ada yang
menganiaya, maka si penganiaya pun adalah makhluk dalam genggaman ALLOH. Tidak
ada satupun ayunan dan pukulan tangan, atau bahkan tendangan kakinya, kecuali
tenaganya karunia dari ALLOH. Tidak ada satupun darah yang menetes, kecuali
dengan ijin ALLOH.
Karenanya mudah-mudahan saja apa yang menimpa si anak dalam peristiwa
diatas adalah salah satu cara bagaimana ALLOH menanamkan keyakinan kepadanya. Karenanya
walaupun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah yang Mahakuasa
memberikan pertolongan. Memang, terkadang kita ditingkatkan keyakinan, dinaikan
peringkat kedudukan disisi ALLOH, salah satunya dengan diuji dengan bala dan
kesempitan terlebih dulu.
***
ALLOH SWT dalam hal ini berfirman, "Dan orang yang dipimpin ALLOH,
maka tiadalah orang yang akan menyesatkannya" (Q.S. Az Zumar
[39]:37).
"Dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak ada yang dapat
menujukinya" (Q.S. Ar Ra’du [13]:33).
"Siapa yang diberi petunjuk (hidayah) oleh ALLOH maka ialah yang
mendapat petunjuk hidayah, dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak
akan engkau dapatkan pelindung atau pemimpin untuknya" (Q.S. .
"Sesungguhnya ALLOH membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipimpin-Nya siapa yang dikehendaki-Nya." (Q.S. Al Fathir [35]: 8).
Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya yang
terkenal Al Hikam memaparkan, "Nur (cahaya-cahaya) iman,
keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke
hadirat ALLOH serta menerima segala rahasia daripada-Nya.
Nur (cahaya terang) itu sebagai tentara yang
membantu hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka
apabila ALLOH akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur
Illahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan"
Nur cahaya terang berupa tauhiid, iman dan
keyakinan itu sebagai tentara pembela pembantu hati, sebaliknya kegelapan,
syirik, dan ragu itu sebagai tentara pembantu hawa nafsu, sedang perang yang
terjadi antara keduanya tidak kunjung berhenti, dan selalu menang dan kalah.
Lebih lanjut beliau berujar, "Nur itulah yang menerangi
(membuka) dan bashirah (matahati) itulah yang menentukan hukum, dan hati
yang melaksanakan atau meninggalkan nur itulah yang menerangi baik dan
buruk, lalu dengan matahatinya ditetapkan hukum, dan setelah itu maka
matahatinya yang melaksanakan atau menggagalkannya." Semoga ALLOH Azza
wa Jalla mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah
sehingga menjadi terang jalan hidup ini, subhanallah. ***
Post a Comment