Sepucuk Surat buat Akhi
Sepucuk Surat buat Akhi
Assalammualaikum
Warahmatulah hiwabarokatuh,
Akhi, untuk kesekian
kalinya kita bercakap-cakap. Walaupun tidak saling bertatap muka, walaupun isi
pembicaraannya tidak melewati batas2 kewajaran,
tapi hati merasakan sesuatu.
Sejujurnya, dihati ini ana
menolak. Ana takut dibalik niat baik kita tsb
(Insya Allah), syeitan selalu menanti kelengahan
kita. Ana takut, yang semula niat suci hanya
untuk minta keridhoan Allah SWT, tercemari oleh nafsu-nafsu
dunia. Dibalik percakapan-percakapan tsb, timbul rasa senang.
Syeitan sudah memasang
perangkapnya di hati ini. Ana takut hati yang
semula ikhlas, menjadi timbul penyakit-penyakit hati.
Sedangkan Allah telah berfirman:
"Dan janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu yang buruk."
(Al-Isra:32)
Dulu, hati ini pernah
mengalami hal seperti itu. Sekarang ana ingin
menata hati ini yang telah terpecah-pecah hanya untuk
mengharap ridhoNya.
Mungkin antum bisa menjaga
hati antum. Tapi ana? Ana butuh perjuangan keras agar jangan sampai terjatuh untuk ke dua kalinya.
Padahal ana sudah meminta antum agar bisa
membicarakan persoalan melalui email. Dengan email,
hanya pokok persoalan saja yang tertuang, Tidak ada senda gurau, kalaupun ada mungkin hanya sebuah simbol senyum. Awalnya,
antum terima saran ana ini. Selanjutnya
mungkin antum lupa pesan ana tsb. Ana hanya bisa
bersuudzan, karena hanya alternatif 'lupa' itu saja yang bisa ana temukan. Karena ana teringat akan sepotong kalimat:
"Berikan penafsiran terbaik ttg apa yang engkau dengar, dan apa yang diucapkan saudaramu, sampai engkau menghabiskan semua
kemungkinan dalam arah itu."
Akhi, kalau memang sudah
ditakdirkanNYa, saat-saat itu hanya beberapa bulan lagi. Insya ALlah. Bersabaralah akh, janganlah antum torehkan
sebersit garis hitam selama penantian itu. Ana yakin,
antum tidak bermaksud untuk menorehkan noda
itu.
Kelak, bila masa tsb telah
tiba, semuanya milik antum. Yang dulunya diharamkan oleh Allah, menjadi halal bagi antum. Tetapi
tunggulah untuk beberapa saat. Sebentar lagi.
Selama menunggu, ada kesempatan untuk menata
hati. Melalui suatu ikatan, Allah memberikan banyak keindahan & kemuliaan.
Akhi, semula ana menerima
antum karena dien yang antum miliki. Bukan karena harta atau keluarga antum . Ana ingin kelak antum
bisa membimbing ana untuk selalu bisa berjalan
dijalanNya. Ana ingin kelak bisa berdakwah bersama
antum. Ana ingin.. ingin... dan semua keinginan muncul, setelah antum meminta kesediaan ana untuk menemani antum dalam
menempuh kehidupan ini. Ana khawatir, semuanya
akan kandas ditengah jalan sebelum masa tsb
telah tiba. Tentu antum tidak mengharapkan hal itu terjadi.
Bantu ana akh, bantu untuk
tidak terlalu sering berhubungan. Hati ini masih rapuh sekali, retakan2 hati ini masih basah, belum
merekat dengan erat. Jangan sampai
retakan-retakan itu kembali menjadi puing-puing.
Sungguh, sulit sekali bagi
ana untuk menatanya lagi.
Akhi, ana mohon periksalah
hati ini. Sudahkan niat diikhlaskan hanya untuk mendapatkan ridho Allah? Atau karena ada yang lain?
Karena kekecewaan terhadap seseorang atau
lingkungan yang tidak sesuai dengan harapan?
Allah Maha Pengampun akh, menangislah mohon ampunan apabila niat tsb sudah berubah kejalannya syeitan. Istighfar akhi.
Ana juga berkaca di diri
ini, mungkin tindakan ana selama ini salah. Membantu antum merasa yakin atas tindakan antum
sendiri.
Afwan akhi, bukan maksud ana
menjerumuskan antum ke jalan syeitan. Ana juga ber-istighfar
dan mohon ampun ke Yang Maha Besar AmpunanNya dan Maha Pedih siksaanNya atas kesalahan yang tidak ana sadari ini.
Malam ini, ana bermunajat
kepadaNya. Mohon diluruskan jalan yang akan ana
tempuh. Mohon ampun atas segala kekhilafan yang telah
ana lakukan sebagai makhluk yang tidak luput
dari segala kealpaan. Ya Rabbi, bersihkan hati ini
dari kotoran-kotoran yang membuat hamba lalai dalam beribadah. Dari kejahatan-kejahatan yang terselubung yang tiada hamba
sadari. Ampuni hamba ya Allah. Amin.
Akhi, semoga ini mewakili
ana yang tidak berani untuk menghubungi antum. Dan semoga antum mengerti alasan mengapa selama ini
ana jarang sekali untuk memulai suatu
pembicaraan. Sekali lagi afwan, bila hal ini menganggu
antum, ini semata2 ana lakukan buat kemaslahatan kita bersama.
Jazakummullah khairan
katsira.
Wassalamu'alaikum
warohmatulah hiwabarokatuh,
Post a Comment