Thibbun Nabawwi
Thibbun Nabawwi
|
Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku
Islam sebagai
agama yang Syumul (mencakup berbagai hal) duniawi dan ukhrawi memberi solusi
dalam segala hal, termasuk didalamnya pengobatan. Namun alangkah sayangnya
ilmu yang dulu lahir dari islam diadopsi oleh barat. Sampai akhirnya kita
lengah atau tidak waspada dalam hal yang sangat urgen ini, mereka mendompleng
dan memasukan racikan yang Allah haramkan, hingga sekarang 85 % bisnis
obat-obatan dikuasai oleh mereka. Terasa ataupun tidak, dalam masalah
pengobatan dewasa ini ilmu pengobatan Islam yang telah diadopsi dan
didompleng oleh mereka timbul tenggelam kepermukaan. Padahal kalau kita
cermati apotik-apotik konvesional sekarang ini tidak sedikit kalau tidak
dapat dikatakan semuanya berlambangkan piala dan ular atau tongkat dan ular
merupakan lambang Aesculapus (dewa obat-obatan yang berbentuk ular) yang
hendak minum air kehidupan dalam piala namun tidak sampai atau tanda R, yaitu
lambang yang berasal dari lambang altar dewa Jupiter atau Zeus Pater. Lambang-lambang
itu dianggap sebagai azimat penangkal dan sumber penyembuhan. Bukankah ini
symbol kemusyrikan. Maka sangatlah wajar bila lambang-lambang itu mereka
bubuhkan dalam surat obat yang berarti, " Semoga Dewa Jupiter / dewa
ular segera memberi kesembuhan" demikian dijelaskan dalam buku Jejak
Sejarah Kedokteran Islam yang diedit oleh A.D. el Marzdedeq, DIM. Av. Karena
lambang apotik Islam adalam herba (tanaman yang mengandung obat).
Kelengahan lain kita ialah tentang kehalalan dan kethayiban obat yang kita makan, padahal Rasulullah saw menjelaskan : "Sesungguhnya Allah tidak akan menjadikan kesembuhan dengan sesuatu yang Ia haramkan atasmu". Memang di negri kita ini hak-hak konsumen belum semuanya berlaku, kita tidak pernah bertanya kepada dokter yang memberikan resep apakah obatnya dijamin halalan thayyiban ? Karena disinyalir ada beberapa obat kapsul pembungkusnya dicampur dengan gelatin babi. Oleh sebab itu Imam As Suyuthi dalam kitabnya Ath Thib An Nabawi (Pengobatan cara Nabi) menuqil pendapat Imam Ahmad yang mentidak bolehkan seorang muslim menerima racikan obat yang diberikan oleh kafir Dzimmi, karena dikhawatirkan ada satu ramuan yang diharamkan Allah. Thibbun Nabawi, ialah pengobatan cara Nabi. Pengobatan yang mulai dilupakan orang hari ini. Maka wajar bila eksistensinya timbul tenggelam. Kalah oleh pengobatan konvensional yang jelas-jelas mengandung banyak efek samping. Nabi kita memang tidak diturunkan sebagai seorang tabib, namun kita yakin bahwa yang disabdakan Rasul ialah merupakan wahyu. Ciri khas dari pengobatan ini bersifat ilahiah dan alamiah. Sesuai dengan konsep Islam yang bersifat fitrah, dari mulai aqidah, ibadah, muamalah demikian juga dalam pengobatannya. Seperti yang disebutkan oleh DR. Ja'far Khadem Yamani, Syari'ah Islam yang dibawa Nabi SAW terkandung nilai-nilai ath thib (kedokteran) yang murni dan tinggi. Karena prinsip dari syaria'ah Islam ialah membawa maslahat umat manusia pada masa sekarang dan yang akan datang. Bila kita perhatikan ternyata ulama-ulama pendahulu seperti As Suyuthi, Ibn Qayyim selain faqih mereka juga dikenal sebagai tabib yang professional. Bahkan Imam Bukhari, Imamul Muhadditsin dikenal sebagai ahli hadits yang pertama kali menyusun kitab Ath Thibun Nabiy, didalamnya terdapat lebih dari 80 hadits yang bekaitan dengan kedokteran. Terapi yang beliau sukai ialah terapi madu (herba) dan bekam (Al Hijamah). Hal ini termaktub dalam kitab Shohih Bukhari dalam Kitab Ath Thib : "Dari Ibn 'Abbas ra. Dari Nabi SAW telah bersabda : Kesembuhan (Obat) itu ada pada tiga perkara yaitu minum madu, berbekam dan berkay dengan api, dan aku melarang umatku berkay dengan api itu". (HR. Bukhari) |
Post a Comment