17 Ramadhan Nuzulu lQur^an?
17 Ramadhan Nuzulu lQur^an?
Hari
ini 17 Ramadhan yang dianggap sebagai hari diturunkannya Al Quran, Nuzulu
lQur^an. Judul di atas ditutup dengan tanda tanya, yang tentu bermakna: Benarkah
Al Qur^an itu diturunkan Allah pada 17 Ramadhan?
Pendekatan Ilmiyah, yang sumber informasinya adalah alam, pada zaman
Yunani Kuno mempunyai kelemahan. Seperti diketahui, para pakar Yunani Kuno
memperkembang tradisi keilmuan orang Mesir Kuno dan Sumaria yang hanya
berasaskan intizhar (observasi), dengan penambahan unsur penafsiran terhadap
hasil observasi itu. Ini melahirkan teori-teori ilmiyah yang spekulatif. Mengapa
spekulatif, oleh karena teori-teori hasil penafsiran itu tidak diuji-coba. Dalam
seri 020 telah dijelaskan bahwa para pakar Yunani Kuno di bidang fisika tidak
mungkin dapat melakukan uji-coba teori hasil penafsiran itu, oleh karena
matematika di zaman Yunani Kuno belum mampu untuk dapat dipakai sebagai ilmu
penunjang untuk kebutuhan uji-coba itu. Jadi kelemahan Pendekatan Ilmiyah di
zaman Yunani Kuno ialah teori-teori yang ditelurkan oleh para pakar itu
spekulatif sifatnya karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui uji-coba.
Maka terjadilah keadaan status quo yang berwujud: Menurut pendapat Anaxagoras
demikian, menurut pendapat Socrates demikian, dan seterusnya. Itulah sebabnya
sains di zaman Yunani Kuno tidak dapat diaplikasikan dalam teknologi, sehingga
teknologi tidak mungkin dapat berkembang.
Apa
yang terjadi sampai sekarang ini dalam Pendekatan Kitabiyah (Scriptural
Approach), yang sumber informasinya adalah wahyu, keadaannya sama betul dengan
Pendekatan Ilmiyah dalam zaman Yunani Kuno. Yakni hanya sampai dalam tahap
penafsiran saja. Hanya berhenti dalam keadaan status quo, menurut qaul
(pendapat) si fulan begini dan menurut qaul si fulan yang lain begitu. Tidak ada
lanjutannya berupa uji-coba. Jangan salah faham, yang diuji-coba bukan tentang
kebenaran ayat Al Qur^an. Al Qur^an adalah sumber informasi wahyu, yang
bersumber dari Sumber dari segala sumber, Yang Maha Mutlak. Kebenaran Al Qur^an,
yang bersumber dari Yang Maha Mutlak tidak membutuhkan uji-coba karena
kebenarannya adalah mutlak. Yang mebutuhkan uji-coba adalah hasil penafsiran
orang terhadap Al Qur^an, dan inilah yang diabaikan dalam Pendekatan Kitabiyah,
termasuk antara lain hasil penafsiran bahwa Nuzulu lQur^an itu adalah pada 17
Ramadhan, yang menjadi topik dalam seri 023 ini.
***
Al
Quran tidak membedakan pengertian ayat, baik yang dimaksud dengan alam, yang
disebut ayat kawniyah, maupun yang dimaksud dengan isi Al Qur^an, yaitu ayat
qawliyah. (kawniyah dari kaana = jadi dan qawliyah dari qaala = sabda). Dalam
kedua ayat di bawah ini jelas Al Quran tidak membedakan pengertian ayat, baik
sebagai ayat kawniyah maupun ayat qawliyah:
....... wa laa tasytaruw bia-ya-tiy tsamanan qaliylan ....... artinya:
...... Dan janganlah engkau menjual ayat-ayatKu dengan harga murah .....(S.Al
Baqarah, 41) ....wa yunzilu mina ssamaai ma-an fa yuhyiy bihi l.ardha ba'da
mawtihaa inna fiy dza-lika la.a-ya-tin liqaumin ya'qiluwn, artinya:
diturunkanNya hujan dari langit, dan dengan itu dihidupkanNya bumi sesudah
matinya, sesungguhnya dalam hal ini adalah ayat-ayat bagi kaum yang
mempergunakan akalnya (Ar Rum 24).
Oleh
karena Al Qur^an tidak membedakan antara ayat Al Quran dengan ayat alam, maka
tidak ada alasan untuk tidak mengaplikasikan metode uji-coba dalam Pendekatan
Kitabiyah yang sumber informasinya wahyu, sebagaimana halnya dengan
pengaplikasian metode uji-coba dalam Pendekatan Ilmiyah, yang sumber
informasinya adalah alam. Namun perlu ditekankan di sini, bahwa tentu tidak
semua penafsiran itu dapat diuji-coba, baik itu penafsiran terhadap sumber
informasi wahyu, maupun penafsiran terhadap sumber informasi alam.
Marilah kita mulai dengan menjelaskan hasil penafsiran S. Al Anfal, ayat
41 yang membuahkan sebuah teori bahwa Nuzulu lQur^an itu terjadi pada 17
Ramadhan. Wa in kuntum amantum biLla-hi wa maa anzalnaa 'ala- 'abdinaa yawma
lfurqaana yawma ltaqa ljam'an, artinya: Jika kamu beriman kepada Allah dan
(beriman kepada) apa yang kuturunkan kepada hambaku (Muhammad) pada Hari Al
Furqaan, hari bertemunya dua pasukan.
Pada
umumnya ditafsirkan, bahwa yang diturunkan Allah itu adalah Al Qur^an, dan Hari
Al Furqan, hari bertemunya dua pasukan adalah Perang Badar. Dan menurut catatan
sejarah, Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan. Jadi Nuzulu lQur^an adalah pada
17 Ramadhan.
Dalam penafsiran ini ada 3 tahap pemikiran/perbuatan manusia. Tahap
pertama berupa pemikiran, bahwa maa/apa diartikan sebagai Al Quran. Tahap kedua
adalah juga pemikiran, yaitu bertemunya dua pasukan adalah Perang Badar. Tahap
ketiga adalah perbuatan, yaitu pencatatan/ingatan sejarah, bahwa Perang Badar
itu adalah pada 17 Ramadhan. Penafsiran inilah, yang berupa tiga tahap pendapat
manusia itu yang perlu diuji-coba, yang dirujukkan kepada Al Qur^an dan Al
Hadits yang Shahih.
Bahwa Al Qur^an diturunkan dalam bulan Ramadhan itu benar, sebab hal itu
dibenarkan oleh S. Al Baqarah, ayat 185: Syahru Ramadhaana lladziy unzila fiyhi
lQur^an .... artinya: Bulan Ramadhan yaitu diturunkan di dalamnya Al Qur^an ...
Sekarang mengenai tanggal. Ini tidak disebutkan secara langsung dalam Al
Qur^an, melainkan berupa isyarat, yaitu dalam S. Al Qadar ayat 1: Innaa
anzalnaahu fiy laylati lqadri, artinya: Sesungguhnya Kami turunkan dia pada
Malam Qadar. Isyarat Al Qur^an itu diperjelas oleh sabda Rasulullah SAW:
taharraw laylata lqadri fi l'asyri l.awaakhir min ramadhaan, artinya: Carilah
olehmu Malam Qadar pada sepuluh malam terakhir dalam bulan Ramadhan. Hadits di
atas itu adalah hadits shahih, yaitu Shahih Bukhari.
Bilangan 17 tidak termasuk dalam daerah antara 21 dengan 30, kalau jumlah
hari bulan Ramadhan 30 hari, atau di antara 20 dengan 29, kalau bulan Ramadhan
itu hanya terdiri dari 29 hari. Hasil uji-coba menolak penafsiran tanggal 17 di
atas itu.
Mungkin ada yang bertanya, buat apa dipermasalahkan tanggal 17 atau
bukan. Yang perlu diperhatikan adalah isi Al Qur^an itu dan pengamalannya.
Memang memperhatikan isi Al Qur^an dan mengamalkannya itu sangat perlu. Namun
kemurnian aqiedah itu adalah hal yang tidak kurang pentingnya. Dengan metode
uji-coba ini berhasil diungkapkan, bahwa penafsiran tanggal 17 ini bertentangan
dengan hadits shahih. Kalau kita ngotot mengatakan bahwa Nuzulu lQur^an itu 17
Ramadhan, itu berarti kita lebih percaya kepada pencatat tanggal kejadian perang
Badar yang kita tidak tahu siapa dia ketimbang sabda Rasulullah SAW. Lalu
rusaklah syahadat kita, karena hanya Asyhadu alla ilaha illaLlah, tanpa asyhadu
anna MuhammadarRasululLah, dan apakah itu tidak termasuk penganut Inkar Sunnah?
Lalu, tanggal berapakah Nuzulu lQur^an itu? Jawabnya adalah itu merupakan
rahasia Allah SWT. Pokoknya terletak salah satu malam di antara 10 malam
terakhir dalam bulan Ramadhan, seperti Shahih Bukahri itu. Rahasia Allah ini ada
hikmahnya. Kita lebih intensif beribadah pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan,
karena salah satu malam di antara 10 malam itu adalah Laylatu lQadri, yang kalau
kita beribadat pada waktu itu nilainya lebih dari 1000 bulan, khairun min alfi
syahrin. Bayangkan, satu malam dinilai 1000 bulan, 1000:12 = 83,3 tahun. Inilah
hikmahnya, yaitu meningkatkan kwalitas nilai ibadah kita, seakan-akan umur kita
diperpanjang menjadi 83,3 tahun setiap bulan Ramadhan, apabila kesempatan itu
dapat kita pergunakan. WaLlahu a'lamu bishshawab.
Post a Comment