Asmaul Husna: Meneladani Allah Sebagai Al-Haadi' (Hidayah Allah)
Asmaul Husna: Meneladani Allah Sebagai Al-Haadi'
(Hidayah Allah)
Kita jangan bangga memiliki anak, suami, atau orangtua yang
cerdas, kalau mereka tidak memiliki hidayah agama. Karena, hidayah inilah yang
akan membuat akal memuliakan kita. Hati akan cemas ketika kita berjalan di
lorong gua yang gelap. Hati pun akan cemas ketika kita berjalan di belantara
yang masih asing. Begitupula kalau tersesat, hati kita akan cemas, walau
tersesatnya di Masjidil Haram.
Namun, akan beda rasanya bila kita berjalan di gulitanya malam dan ada yang menuntun, terlebih bila yang menuntun tersebut sangat tahu medan dan ingin menyelamatkan kita, hati akan tenang. Ketika kita masuk ke sebuah kota dengan disertai seorang pemandu ahli, maka hati kita pun akan tenang. Apa yang dimaksud dengan petunjuk jalan? Ia adalah yang tampil ke depan memberi petunjuk. Mereka ini disebut haadi. Salah satu asma' Allah adalah Al-Haadi atau Allah Yang Maha Memberi Petunjuk.
Namun, akan beda rasanya bila kita berjalan di gulitanya malam dan ada yang menuntun, terlebih bila yang menuntun tersebut sangat tahu medan dan ingin menyelamatkan kita, hati akan tenang. Ketika kita masuk ke sebuah kota dengan disertai seorang pemandu ahli, maka hati kita pun akan tenang. Apa yang dimaksud dengan petunjuk jalan? Ia adalah yang tampil ke depan memberi petunjuk. Mereka ini disebut haadi. Salah satu asma' Allah adalah Al-Haadi atau Allah Yang Maha Memberi Petunjuk.
Kata yang terdiri dari huruf "ha", "dal", dan "ya", memiliki
makna "tampil ke depan memberi petunjuk". Tongkat disebut haadi karena
tongkat biasanya lebih depan daripada kaki. Arti kedua adalah "menyampaikan
dengan lemah lembut". Dari sini lahirlah kata "hadiah", karena hadiah
disampaikan dengan lemah lembut. Pengantin wanita disebut juga
al-haadiyu', karena ia menjadi "hadiah" yang lembut bagi suaminya. Jadi,
kalau dikaitkan dengan Allah Al-Haadi; Allah Yang Maha Memberi Petunjuk bermakna
bahwa Allah bisa memberi petunjuk dengan sangat lemah lembut sehingga tidak
dirasakan oleh orang yang mendapatkan petunjuk tersebut.
Hidayah Allah
Hidayah (petunjuk) yang diberikan Allah kepada manusia bermacam dan bertingkat-tingkat bentuknya. Hidayah tingkat pertama disebut insting atau naluri. Contohnya seorang bayi akan langsung menangis ketika dilahirkan. Ia bisa menangis bukan kerena belajar, tapi refleks hingga ia mendapatkan air susu yang dibutuhkannya. Namun, naluri tidak didesain untuk memecahkan persoalan.
Hidayah (petunjuk) yang diberikan Allah kepada manusia bermacam dan bertingkat-tingkat bentuknya. Hidayah tingkat pertama disebut insting atau naluri. Contohnya seorang bayi akan langsung menangis ketika dilahirkan. Ia bisa menangis bukan kerena belajar, tapi refleks hingga ia mendapatkan air susu yang dibutuhkannya. Namun, naluri tidak didesain untuk memecahkan persoalan.
Oleh karena itu, Allah SWT memberi hidayah tingkat kedua, yaitu
panca indra. Inilah hidayah Allah yang membuat kita bisa melihat, mendengar,
merasa, dan mendapatkan banyak informasi. Panca indra membuat kita mampu
mengambil sikap dengan baik. Sayangnya, indra ini tidak selamanya benar dan
akurat. Misal, kayu yang lurus akan kelihatan bengkok di air, rel kereta api
ujungnya seperti bersatu, pelupuk mata yang paling dekat dengan mata tidak mampu
kita lihat. Sangat dekat tidak terlihat, demikian pula kalau jauh tidak
terlihat. Intinya, indra tidak selalu mampu memberitahukan informasi yang paling
benar.
Di atas panca indra, ada hidayah tingkat ketiga yaitu akal.
Akal adalah hidayah istimewa yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia yang
tidak diberikan pada binatang. Rel kereta api terlihat bersatu dengan panca
indra, tapi tidak bersatu menurut akal. Dengan akal kita bisa menganalisis
dengan baik, melihat dengan cermat, dan mengambil keputusan dengan lebih
tepat.
Walaupun demikian, akal sering disalahgunakan. Orang bisa
"efektif" melakukan kejahatan karena menggunakan akal. Karena itu, kita jangan
bangga memiliki anak, suami, atau orangtua yang cerdas, kalau mereka tidak
memiliki hidayah keempat, yaitu hidayah agama. Hidayah inilah yang menjadikan
akal memuliakan manusia. Yang pintar banyak, tapi yang pintar sekaligus benar
adalah hidayah paling mahal. Hidayah agama pun bertingkat-tingkat bentuknya.
Dari mulai hidayah berupa pengetahuan tentang Islam, lalu hidayah berupa
kemampuan untuk mengamalkan Islam, dan hidayah yang menjadikan hati kita selalu
terpaut kepada Allah ketika beramal (keikhlasan). Inilah hidayah yang paling
tinggi dan paling mahal hargaanya.
Hidayah adalah hak prerogatif Allah. Tidak seorangpun yang
memiliki hak memberi hidayah pada orang lain, tanpa seizin Allah. Mungkin timbul
pertanyaan, untuk apa kita berdakwah? Dakwah berfungsi untuk fadzakkir innama
anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan. Karena itu, jalan hidayah bisa
bermacam-macam bentuknya, ada yang lewat ceramah, ada yang lewat VCD, SMS, acara
televisi, dan lainnya. Dengan demikian kita jangan menganggap diri hebat karena
telah mampu menyadarkan orang lain. Kita hanya sekadar perantara, hakikatnya
Allah-lah yang memberi hidayah.
Bagi kita, masalahnya bukan bagaimana agar orang lain bisa
mendapatkan hidayah, tapi sejauh mana kualitas kebenaran yang disampaikan dan
sejauh mana keikhlasan kita dalam menyampaikan kebenaran tersebut. Kedua hal
tersebut adalah syarat utama bagi dalam meneladani Allah sebagai Al-Haadi'; Dzat
Yang Maha Memberi Petunjuk. Kita pun tidak akan mampu memberi petunjuk pada
orang lain, bila kita tidak memiliki pengetahuan. Karena itu, meneladani
Al-Haadi mengharuskan kita menjadi orang-orang yang berilmu dan gemar menjadi
pengamal ilmu. Wallahua'lam bish-shawab.
Post a Comment