Potret Sains Sekuler
Potret Sains Sekuler
Dalam Seri 005 yang lalu telah dibicarakan tentang sains yang tidak
otonom, karena sains itu dalam kenyataannya telah memihak kepada golongan yang
tidak mau tentang Tuhan, sehingga pada hakekatnya sains itu tidaklah bebas
nilai. Dan dalam Seri 006 sains itu didefinisikan atau diartikan di atas
paradigma tawhid (monotheisme yang percaya akan wahyu), maka dalam seri ini
sains sekuler yang bertumpu di atas faham filsafat positivisme akan disajikan
potretnya.
Pertama-tama sains atau ilmu pengetahuan eksperimental itu, walaupun
diberi predikat eksperimental, tidaklah mampu untuk memberikan informasi berupa
realitas. Ambillah misalnya Ilmu falak/astronomi, fisika, ilmu kimia, biologi,
kesemuanya itu tidaklah memberikan informasi tentang realitas. Semua
TaqdiruLlah, atau istilah sekulernya hukum alam, yang dapat diungkapkan melalui
ilmu-ilmu tersebut di atas hanyalah generalisasi yang dibatasi oleh aproksimasi.
(Perlu dijelaskan mengenai istilah ini, oleh karena dalam bahasa Indonesia
istilah "pendekatan" mempunyai dua arti: approach dan approximation, maka untuk
pengertian approach dipakai istilah pendekatan, sedangkan untuk pengertian
approximation dipakai istilah aproksimasi).
Lintasan bumi mengelilingi matahari adalah elips. Namun karena jarak di
antara kedua titik api elips itu kecil dibandingkan dengan ukuran lintasan, maka
dianggap saja satu titik Dengan anggapan ini maka elips itu sudah menjadi
lingkaran. Jadi lintasan bumi mengelilingi matahari suatu lingkaran, itu adalah
aproksimasi, yaitu mengabaikan beberapa kondisi tertentu. Contoh lain yang
paling mudah, di dalam ilmu permesinan, ataupun juga sipil, harga percepatan
gravitasi di ambil harga aproksimasi, yaitu g = 9,8 m/det2. Aproksimasi yang
terjadi di sini ada dua jenis, yaitu kwantitas dan kwalitas. Kwantitas berupa
pembulatan angka dan kwalitas berupa anggapan bahwa bumi ini bulat sebagai bola.
Artinya bentuk bumi yang sebenarnya yang bukan bola diabaikan.
Contoh yang lain ialah TaqdiruLlah yang diungkapkan oleh Newton, yaitu
gaya tarik menarik di antara dua benda berbanding lurus dengan massa kedua benda
itu dan berbanding terbalik dengan kwadrat dari jarak kedua benda itu. Ini
generalisasi yang dibatasi oleh aproksimasi. Yaitu Rumus Newton itu tidak
berlaku bagi kedua benda Mercurius dan matahari. Sebenarnya di bumi kita ini
Rumus Newton itu ada juga penyimpangan tetapi sangat kecil, jadi diabaikan. Maka
para pakar di bidang mesin dan sipil dan juga elektro dapat berbesar hati dengan
masih dapat mempergunakan Rumus Newton yang sederhana itu dalam fasal hitung
menghitung, mendisain (merancang-bangun), merekayasa. Lebih lanjut, Teori
Relativitas Umum Einstein sebagai koreksi atau penghalusan Rumus Newton, juga
generalisasi yang dibatasi oleh aproksimasi. Dalam kalkulasi tensor Einstein,
space-time continum (ruang waktu yang kontinu), ia mengambil model bola
berdimensi empat. Mengapa bola, bukan elipsoide, atau pelana kuda, ya, karena
bola itu lebih sederhana ketimbang dengan elipsoide ataupun pelana kuda yang
ruwet/complicated. Dalam batas yang sangat kecil permukaan elipsoide ataupun
permukaan pelana kuda dapat dianggap sama dengan permukaan bola.
Yang
kedua, setiap ilmu pengetahuan, jadi bukan hanya sains, yang ilmu pengetahuan
eksperimental itu, potretnya seperti berikut: Orde/taraf yang lebih rendah
menjelaskan fenomena yang lebih tinggi ordenya. Etika diangkat dari pertanyaan
kemanfaatan dan tabiat. Kita semua tahu bahwa kemanfaatan dan tabiat itu lebih
rendah ordenya dari etika. Politik ekonomi mengabaikan permasalahan tentang
keadilan, solidaritas, dan dibangun di atas landasan yang jauh lebih rendah
ordenya, yaitu kebutuhan individu. Dalam biologi, ilmu tentang hidup,
dikesampingkan sama sekali hal yang sangat esensial bagi hidup dan kehidupan,
yaitu kepribadian, kesadaran. Ilmu biologi, ilmu tentang hidup ini hanya dan
juga dibangun atas landasan yang rendah ordenya, seperti gerak reflex, ikatan
kimiawi sampai kepada protoplasma dan osmose. Demikian pula fisika dan kimia
dibangun di atas landasan yang lebih rendah ordenya, yaitu molekul, atom,
nukleon, elektron dll. Ilmu falak di reduksi menjadi gerak benda-benda langit
dan hukum-hukum mekanika. Semua contoh yang diberikan itu menunjukkan orde lebih
rendah menjelaskan orde lebih tinggi, bahkan ada orde lebih tinggi yang
dikesampingkan.
Alhasil, kesimpulan yang dapat ditarik dari potret itu adalah demikian:
Generalisasi, aproksimasi kwantitatif dan kwalitatif, orde lebih rendah
menjelaskan orde lebih tinggi tidak mampu untuk menjelasakan realitas. Kebenaran
ataupun realitas tidak mampu dicapai atas usaha manusia. Kebenaran ataupun
realitas itu diturunkan dari Allah oleh Allah kepada manusia melalui wahyu
dengan perantaraan para Rasul. Al Haqqu min Rabbika (S.Ali 'Imran 60), kebenaran
itu dari Tuhanmu Yang Maha Pengatur.
Ini
adalah sekadar sumbangan pemikiran yang perlu direnungkan dalam menyambut
Pameran Riset dan Teknologi. Sekadar kesimpulan dari suatu potret. WaLlahu
a'lamu bishshawab.
Post a Comment