PENETAPAN SHALAT
PENETAPAN SHALAT
A. PENETAPAN SHALAT
Diantara sekian banyak bentuk ibadah dalam Islam, shalat adalah yang pertama kali di tetapkan kewajibannya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, dimana Nabi menerima perintah dari Allah tentang shalat pada malam mi'raj (perjalanan ke langit) tanpa perantara.
Abu Dzar radhiallahu anhu mengabarkan, Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa ketika beliau berada di Hatim (dekat Ka'bah), Jibril 'alaihi sallam mendatanginya dan membelah dadanya kemudian membersihkannya dengan air zamzam. Setelah itu Jibril mengambil sebuah bejana emas penuh berisi hikmah dan iman, lalu menuangkannya ke dada beliau. sesudah itu Jibril menutup dada beliau kembali.
Selanjutnya Jibril ‘alaihi sallam memegang tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan membawanya naik ke langit dunia. Sesampai di langit Malaikat Jibril meminta kepada penjaganya agar dibukakan pintu.
"Siapakah itu?" tanya Malaikat penjaga langit. "Aku Jibril."
"Siapakah yang bersama engkau?"
"Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam "
"Apakah dia sudah mendapat panggilan?"
"Ya, dia telah mendapat panggilan."
Setelah mendengar jawaban malaikat Jibril, penjaga langit dunia itu membuka pintu dan mengucapkan sambutan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Di langit pertama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang lelaki yang di sebelah kanan dan kirinya samar-samar tampak wujud-wujud hitam. Apabila lelaki itu melihat ke sebelah kanan, dia tertawa. Sebaliknya jika lelaki itu menengok ke sebelah kirinya, dia menangis.
"Selamat datang, hai Nabi dan anak yang saleh." Sambut lelaki tersebut.
"Siapakah dia, hai Jibril?" tanya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jibril 'alaihi sallam menjelaskan, "Dialah Adam 'alaihi sallam. Yang tampak hitam di kanan kirinya itu ialah ruh umatnya. Yang sebelah kanan calon penduduk surga, sedangkan yang di sebelah kirinya (calon) penduduk neraka. Karena itu jika menengok ke kanan dia tertawa, dan apabila menengok ke kiri dia menangis."
Kemudian Malaikat Jibril 'alaihi sallam membawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke langit kedua, ketiga dan seterusnya. Setiap akan naik ke langit berikutnya, Malaikat Jibril 'alaihi sallam memohon kepada penjaga pintu langit masing-masing untuk membukakan pintunya dan terjadilah dialog sebagaimana ketika akan memasuki langit pertama. Di langit-langit selanjutnya, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bertemu dan diperkenalkan oleh Jibril 'alaihi sallam dengan Nabi Idris 'alaihi sallam, Nabi Isa 'alaihi sallam, Nabi Musa 'alaihi sallam, dan Nabi Ibrahim 'alaihi sallam. Di setiap langit itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam selalu mendapatkan sambutan yang baik dari para Nabi 'alaihi sallam itu sebagaimana sambutan yang telah diberikan oleh Nabi Adam 'alaihi sallam.
Ibnu Syihab mendengar dari Ibnu Hazm bahwa Ibnu Abbas radhiallahu anhu dan Abu Habbah Al Anshori radhiallahu anhu mengungkapkan, Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa selanjutnya beliau dibawa naik ke Mustawa, dimana beliau mendengar goresan kalam. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan atas umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam shalat limapuluh kali sehari semalam. Setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam turun kembali membawa perintah tersebut dan bertemu Nabi Musa 'alaihi sallam.
"Kewajiban apa yang diperintahkan Tuhanmu atas umatmu?" tanya Nabi Musa 'alaihi sallam.
"Allah memerintahkan shalat wajib lima puluh kali," jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Kembalilah menghadap Tuhanmu," saran Nabi Musa 'alaihi sallam. "Sungguh umatmu tidak akan sanggup melakukan shalat sebanyak itu."
Karena itu Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengurangi perintah shalat menjadi separohnya. Kemudian beliau kembali kepada Nabi Musa dan menceritakan kewajiban shalat yang sudah dikurangi setengahnya.
"Kembalilah menghadap Tuhanmu," saran Nabi Musa 'alaihi sallam untuk kedua kalinya. "Sungguh umatmu tidak akan sanggup melakukan shalat sebanyak itu."
Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala (beberapa kali lagi). Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan kewajiban shalat hanya lima waktu namun nilainya sama dengan shalat lima puluh kali. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: "Keputusan ini tidak dapat dirubah lagi."
Sesudah itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menemui Nabi Musa 'alaihi sallam lagi. Dan untuk kesekian kali beliau menyarankan agar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Aku malu terhadap Tuhanku."
Selanjutnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan, "Lalu Jibril 'alaihi sallam membawaku melanjutkan perjalanan sampai di Sidratul Muntaha. Tempat tersebut diselimuti aneka warna yang tidak aku ketahui namanya. Kemudian aku dimasukkan ke surga. Di dalamnya terdapat kubah-kubah dari permata dan tanahnya dari kasturi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Keterangan:
Imam Muslim menerangkan hadits tersebut dalam Shahihnya Kitabul Iman. Bukhari memaparkan dalam Shahihnya Kitabush Shalah. Abu Awanah mengungkapkan dalam Musnadnya. Dan Al-Baghawi dalam Syarhu Sunnah
Diantara sekian banyak bentuk ibadah dalam Islam, shalat adalah yang pertama kali di tetapkan kewajibannya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, dimana Nabi menerima perintah dari Allah tentang shalat pada malam mi'raj (perjalanan ke langit) tanpa perantara.
Abu Dzar radhiallahu anhu mengabarkan, Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa ketika beliau berada di Hatim (dekat Ka'bah), Jibril 'alaihi sallam mendatanginya dan membelah dadanya kemudian membersihkannya dengan air zamzam. Setelah itu Jibril mengambil sebuah bejana emas penuh berisi hikmah dan iman, lalu menuangkannya ke dada beliau. sesudah itu Jibril menutup dada beliau kembali.
Selanjutnya Jibril ‘alaihi sallam memegang tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan membawanya naik ke langit dunia. Sesampai di langit Malaikat Jibril meminta kepada penjaganya agar dibukakan pintu.
"Siapakah itu?" tanya Malaikat penjaga langit. "Aku Jibril."
"Siapakah yang bersama engkau?"
"Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam "
"Apakah dia sudah mendapat panggilan?"
"Ya, dia telah mendapat panggilan."
Setelah mendengar jawaban malaikat Jibril, penjaga langit dunia itu membuka pintu dan mengucapkan sambutan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Di langit pertama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang lelaki yang di sebelah kanan dan kirinya samar-samar tampak wujud-wujud hitam. Apabila lelaki itu melihat ke sebelah kanan, dia tertawa. Sebaliknya jika lelaki itu menengok ke sebelah kirinya, dia menangis.
"Selamat datang, hai Nabi dan anak yang saleh." Sambut lelaki tersebut.
"Siapakah dia, hai Jibril?" tanya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jibril 'alaihi sallam menjelaskan, "Dialah Adam 'alaihi sallam. Yang tampak hitam di kanan kirinya itu ialah ruh umatnya. Yang sebelah kanan calon penduduk surga, sedangkan yang di sebelah kirinya (calon) penduduk neraka. Karena itu jika menengok ke kanan dia tertawa, dan apabila menengok ke kiri dia menangis."
Kemudian Malaikat Jibril 'alaihi sallam membawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke langit kedua, ketiga dan seterusnya. Setiap akan naik ke langit berikutnya, Malaikat Jibril 'alaihi sallam memohon kepada penjaga pintu langit masing-masing untuk membukakan pintunya dan terjadilah dialog sebagaimana ketika akan memasuki langit pertama. Di langit-langit selanjutnya, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bertemu dan diperkenalkan oleh Jibril 'alaihi sallam dengan Nabi Idris 'alaihi sallam, Nabi Isa 'alaihi sallam, Nabi Musa 'alaihi sallam, dan Nabi Ibrahim 'alaihi sallam. Di setiap langit itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam selalu mendapatkan sambutan yang baik dari para Nabi 'alaihi sallam itu sebagaimana sambutan yang telah diberikan oleh Nabi Adam 'alaihi sallam.
Ibnu Syihab mendengar dari Ibnu Hazm bahwa Ibnu Abbas radhiallahu anhu dan Abu Habbah Al Anshori radhiallahu anhu mengungkapkan, Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa selanjutnya beliau dibawa naik ke Mustawa, dimana beliau mendengar goresan kalam. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan atas umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam shalat limapuluh kali sehari semalam. Setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam turun kembali membawa perintah tersebut dan bertemu Nabi Musa 'alaihi sallam.
"Kewajiban apa yang diperintahkan Tuhanmu atas umatmu?" tanya Nabi Musa 'alaihi sallam.
"Allah memerintahkan shalat wajib lima puluh kali," jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Kembalilah menghadap Tuhanmu," saran Nabi Musa 'alaihi sallam. "Sungguh umatmu tidak akan sanggup melakukan shalat sebanyak itu."
Karena itu Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengurangi perintah shalat menjadi separohnya. Kemudian beliau kembali kepada Nabi Musa dan menceritakan kewajiban shalat yang sudah dikurangi setengahnya.
"Kembalilah menghadap Tuhanmu," saran Nabi Musa 'alaihi sallam untuk kedua kalinya. "Sungguh umatmu tidak akan sanggup melakukan shalat sebanyak itu."
Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala (beberapa kali lagi). Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan kewajiban shalat hanya lima waktu namun nilainya sama dengan shalat lima puluh kali. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: "Keputusan ini tidak dapat dirubah lagi."
Sesudah itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menemui Nabi Musa 'alaihi sallam lagi. Dan untuk kesekian kali beliau menyarankan agar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Aku malu terhadap Tuhanku."
Selanjutnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan, "Lalu Jibril 'alaihi sallam membawaku melanjutkan perjalanan sampai di Sidratul Muntaha. Tempat tersebut diselimuti aneka warna yang tidak aku ketahui namanya. Kemudian aku dimasukkan ke surga. Di dalamnya terdapat kubah-kubah dari permata dan tanahnya dari kasturi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Keterangan:
Imam Muslim menerangkan hadits tersebut dalam Shahihnya Kitabul Iman. Bukhari memaparkan dalam Shahihnya Kitabush Shalah. Abu Awanah mengungkapkan dalam Musnadnya. Dan Al-Baghawi dalam Syarhu Sunnah
Post a Comment