Mencapai Hati yang Istiqamah
Mencapai Hati yang Istiqamah
Ma'asyiral muslimin rakhimahullah!
Hati adalah sumber kebaikan dan keburukan seseorang. Bila hati penuh dengan ketaatan kepada Allah, maka perilaku seseorang akan penuh dengan kebaikan. Sebaliknya, bila hati penuh dengan syahwat dan hawa nafsu, maka yang akan muncul dalam perilaku adalah keburukan dan kemaksiatan.
Hati adalah sumber kebaikan dan keburukan seseorang. Bila hati penuh dengan ketaatan kepada Allah, maka perilaku seseorang akan penuh dengan kebaikan. Sebaliknya, bila hati penuh dengan syahwat dan hawa nafsu, maka yang akan muncul dalam perilaku adalah keburukan dan kemaksiatan.
Keburukan dan kemaksiatan ini bisa datang karena hati seseorang
dalam keadaan lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim al-Jauziyah berkata,
"Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan
serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat
keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat
daripada masuknya angin ke dalam sebuah ruangan."
Oleh karena itu, hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga
dari pengaruh setan ini. Yaitu, dengan senantiasa berada dalam sikap taat kepada
Allah SWT. Upaya inilah yang disebut dengan Istiqamah.
Imam al-Qurtubi berkata, "Hati yang istiqamah adalah hati yang
senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan,
maupun perbuatan." Lebih lanjut beliau mengatakan, "Hati yang istiqamah adalah
jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang
istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan
dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang
istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan
serta ketenangan dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang istiqamah akan
membuat amal diterima dan menghapus dosa."
Ma'asyiral muslimin rakhimahullah!
Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di antaranya: pertama, meletakkan cinta kepada Allah SWT di atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.
Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di antaranya: pertama, meletakkan cinta kepada Allah SWT di atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.
Padahal, Allah SWT telah menegaskan bahwa siapa yang lebih
mencintai sesuatu selain Allah, maka ia justru akan tersiksa dengan rasa
cintanya itu. Siapa yang takut karena selain Allah, maka ia justru akan dikuasai
oleh rasa takutnya itu. Siapa yang sibuk dengan selain Allah, maka ia akan
mengalami kebosonan dan siapa yang mendahulukan yang lain daripada Allah, maka
ia tidak akan mendapatkan keberkahan dari-Nya.
Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah. Membesarkan
perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan dan mengagungkan
pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah SWT. Allah SWT berfirman
yang artinya, "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah." Ulama
dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, "Mengapa kalian tidak takut akan
kebesaran Allah."
Membesarkan perintah Allah di antaranya adalah dengan menjaga
waktu salat, melakukannya dengan khusyu, memeriksa rukun dan kesempurnaannya
serta melakukannya secara berjamaah.
Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah. Zikir adalah wasiat
Allah kepada hamba-hamba-Nya dan wasiat Rasulullah kepada ummatnya. Dalam sebuah
hadis qudsi Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang mengingat-Ku di dalam
dirinya, maka Aku akan mengingat-Nya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang
mengingat-Ku dalam kesibukan, maka Aku akan mengingat-Nya dalam kesibukan yang
lebih baik darinya." (HR Bukhari).
Keempat, Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Hal ini
diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana kesabaran
mereka ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam bersikap, dan
keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan.
Allah SWT berfirman, "Sungguh dalam kisah-kisah mereka
terdapat ibrah (pelajaran) bagi orang yang memiliki akal, ...."
Kelima, senantiasa berpikir tentang kebesaran ciptaan Allah.
Allah SWT memiliki ciptaan yang indah dan besar. Dengan memikirkan ciptaannya
diharapkan bisa menyadari betapa besar kekuasaan Allah terhadap ciptaan-Nya itu.
Allah SWT berfirman, "Wahai manusia, telah diberikan kepada kalian beberapa
permisalan, maka dengarkanlah (perhatikanlah) permisalan itu. Sesungguhnya
orang-orang yang engkau seru selain Allah, mereka tidak akan mampu untuk
menciptakan lalat, meskipun untuk melakukannya itu mereka berkumpul
bersama?."
Demikianlah beberapa hal yang akan mengantarkan kita kepada
hati yang istiqamah. Dan mudah-mudahan saja kita bisa mendapatkannya.
Post a Comment