Tiga Kenikmatan Hidup
Tiga Kenikmatan Hidup 
Kaum muslimin rahimakumullah!
Setiap manusia, apalagi sebagai muslim, tentu mendambakan kehidupan yang menyenangkan di dunia ini, bahkan kalau perlu seolah-olah dunia ini menjadi milik kita. Untuk bisa merasakan kehikmatan hidup di dunia ini, ada tiga perkara yang harus dicapai oleh seorang muslim, hal ini disebutkan dalam hadis Nabi, "Barangsiapa yang di pagi hari sehat badannya, tenang jiwanya, dan dia mempunyai makanan di hari itu, maka seolah-olah dunia ini dikaruniakan kepadanya." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Setiap manusia, apalagi sebagai muslim, tentu mendambakan kehidupan yang menyenangkan di dunia ini, bahkan kalau perlu seolah-olah dunia ini menjadi milik kita. Untuk bisa merasakan kehikmatan hidup di dunia ini, ada tiga perkara yang harus dicapai oleh seorang muslim, hal ini disebutkan dalam hadis Nabi, "Barangsiapa yang di pagi hari sehat badannya, tenang jiwanya, dan dia mempunyai makanan di hari itu, maka seolah-olah dunia ini dikaruniakan kepadanya." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Untuk memahami lebih dalam tentang apa yang dimaksud oleh 
Rasulullah saw, hadis di atas perlu kita pahami dengan baik.
Badan yang Sehat 
Badan yang sehat merupakan suatu kenikmatan tersendiri bagi 
manusia yang tidak ternilai harganya, rasanya tidak ada artinya segala sesuatu 
yang kita miliki bila kita tidak memiliki kesehatan jasmani. Apa artinya harta 
yang berlimpah dengan mobil yang mahal harganya, rumah yang besar dan bagus, 
kedudukan yang tinggi dan segala sesuatu yang sebenarnya menyenangkan untuk 
hidup di dunia ini bila kita tidak sehat. Oleh karena kesehatan bukan hanya 
harus dibanggakan dihadapan orang lain, tetapi yang lebih penting lagi adalah 
harus disyukuri kepada yang menganugerahkannya, yakni Allah SWT. 
Kesehatan badan bisa diraih dengan mencegah dari segala 
penyakit yang akan menyerang tubuh dan mengatur segala keseimbangan yang 
diperlukannya. Oleh karena itu, tubuh manusia punya hak-hak yang harus dipenuhi, 
di antara hak-hak itu adalah bersihkan jasmani bila kotor, makan bila lapar, 
minum bila haus, istirahat bila lelah, berlindung dari panas dan dingin, berobat 
bila terserang penyakit, dll. Ini merupakan salah satu bentuk dari rasa syukur 
kepada Allah yang harus kita tunjukkan. Bentuk syukur yang lain adalah 
memanfaatkan kesehatan jasmani dengan segala kesegaran dan kekuatannya untuk 
melakukan berbagai aktivitas yang menggambarkan pengabdian kita kepada Allah 
SWT. 
Namun, yang amat disayangkan dan ini diingatkan betul oleh 
Rasulullah saw adalah banyak manusia yang lupa dengan kondisi kesehatannya. Saat 
sehat ia tidak mencegah kemungkinan datangnya penyakit, tidak memenuhi hak-hak 
jasmani dan tidak menggunakan kesehatannya itu untuk melakukan aktivitas 
pengabdian kepada Allah sehingga pada saat sakit, barulah ia menyesal dengan 
penyesalan yang sangat dalam.
Rasulullah saw bersabda, "Ada dua nikmat yang sering dilalaikan 
oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang." (HR Bukhari).
Jiwa yang Tenang 
Hal yang tidak kalah pentingnya dari badan yang sehat adalah 
jiwa yang tenang, sebab apa artinya manusia memiliki jiwa yang sehat bila 
jiwanya tidak tenang, bahkan badan yang sakit sekalipun tidak menjadi persoalan 
yang terlalu memberatkan bila dihadapi dengan jiwa yang tenang, apalagi 
ketenangan jiwa bila menjadi modal yang besar untuk bisa sembuh dari berbagai 
penyakit.
Jiwa yang tenang adalah jiwa yang selalu berorientasi kepada 
Allah SWT, karena itu, orang yang ingin meraih ketenangan hidup dijalani 
kehidupan dengan segala aktivitasnya karena Allah, dengan ketentuan yang telah 
digariskan Allah dan untuk meraih ridha dari Allah SWT. Dengan demikian, sumber 
ketenangan hidup bagi seorang muslim adalah keimanan kepada Allah SWT dan ia 
selalu berzikir kepada Allah dengan segala aplikasinya.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Orang-orang yang beriman dan 
hati mereka menjadi tentram (tenang) dengan mengingat Allah, hanya dengan 
mengingat Allah-lah hati menjadi tenang." (13: 28).
Oleh karena itu, keimanan kepada Allah yang merupakan sumber 
ketenangan akan membuat seorang muslim merasa senang untuk mendapatkan 
beban-beban berat dan tidak ada kegelisahan sedikit pun di dalam hatinya dalam 
menjalankan tugas-tugas yang berat itu. Abu Na?im dan Ibnu Hibban meriwayatkan 
bahwa para sahabat Nabi bahu-membahu membawa satu persatu batu bata yang besar 
untuk membangun masjid. Tetapi, Ammar bin Yasir justru membawa dua tumpukan batu 
bata besar. Ketika Nabi melihatnya, beliau membersihkan debu dari kepala Ammar 
sambil bersabda, "Wahai Ammar, tidakkah cukup bagimu untuk membawa seperti yang 
dilakukan para sahabatmu?" Ammar menjawab, "Saya mengharapkan pahala dari 
Allah." Lalu Nabi bersabda, "Sesungguhnya Ammar memiliki keimanan yang penuh 
dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya atau tulangnya."
Disamping itu, seandainya kematian akan menjemput dirinya, 
keimanan kepada Allah dengan segala aplikasinya tidak akan membuat seorang 
muslim takut kepada mati, bahkan ia akan menyambut kematian itu dengan jiwa yang 
tenang, Allah pun memanggilnya dengan panggilan yang menyenangkan, "Hai jiwa 
yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 
Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam 
surga-Ku." (89: 27 -- 30).
Dengan demikian, jiwa yang tenang membuat kehidupan manusia 
bisa dijalani dengan sebai-baiknya dan memberi manfaat yang besar, tidak hanya 
bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain, sedangkan kematiannya justru akan 
menjadi kenangan manis bagi orang yang hidup dan ia akan mendapatkan kebahagiaan 
yang hakiki dengan masuk ke dalam surga dengan segala kenikmatan yang tiada 
terbayangkan.
Makanan yang Cukup
Makanan, termasuk di dalamnya adalah minuman, merupakan 
kebutuhan yang sangat pokok dalam kehidupan manusia. Kesehatan manusia tidak 
bisa dipertahankan bila ia tidak makan dan tidak minum, bahkan tidak sedikit 
orang yang semula memiliki kekuatan iman tidak bisa lagi dipertahankan 
keimanannya karena lapar, sedangkan bila situasinya sangat darurat, seorang 
muslim pun terpaksa harus memakan sesuatu yang pada dasarnya haram untuk 
dimakan, namun apakah seorang muslim bisa untuk berlama-lama dalam situasi 
darurat?
Oleh karena itu, memiliki makanan yang cukup atau perekonomian 
yang memadai merupakan suatu kenikmatan tersendiri dalam hidup ini, sedangkan 
bila kondisi kehidupan seseorang dalam keadaan lapar, dan ia tidur dalam keadaan 
yang demikian, maka hal itu merupakan sesuatu yang sangat jelek, karenanya 
Rasulullah saw selalu berdoa sebagaimana terdapat dalam hadits:
"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari lapar, karena ia 
adalah teman tidur yang paling jelek." (HR Abu Daud, Nasa?I, dan Ibnu Majah 
dari Abu Hurairah).
Untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan, seorang muslim sangat 
dituntut untuk mencari nafkah, baik untuk diri maupun keluarganya, apalagi bila 
ia bisa membantu orang lain seperti anak yatim, fakir miskin, dan sebagainya. 
Itu sebabnya, orang yang mencari nafkah secara halal dan terhormat (bukan dengan 
cara mengemis atau meminta-minta) sangat dimuliakan oleh Allah SWT. Karenanya 
setiap muslim harus bersungguh-sungguh dalam mencari nafkah guna memenuhi 
kebutuhannya. Bila sudah terpenuhi dan selalu bisa dipenuhi kebutuhan nafkah 
diri dan keluarganya, maka hal ini merupakan suatu kenikmatan dalam kehidupan 
dan iman bila dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya pada masa-masa 
mendatang. Paling tidak, salah satu faktor yang membuat seseorang bisa menjadi 
kufur telah teratasi.
Kaum muslimin rahimakumullah!
Demikian tiga faktor penting yang membuat manusia bisa dikatakan memperoleh kenikmatan dalam hidupnya di dunia yang sangat berpengaruh pada upaya memperoleh kenikmatan di akhirat kelak.
Demikian tiga faktor penting yang membuat manusia bisa dikatakan memperoleh kenikmatan dalam hidupnya di dunia yang sangat berpengaruh pada upaya memperoleh kenikmatan di akhirat kelak.
Post a Comment