KEPADA PARA PEMUDA DAN SECARA KHUSUS KEPADA PARA MAHASISWA
KEPADA PARA PEMUDA DAN SECARA KHUSUS KEPADA PARA MAHASISWA
[ Hasan Al-Banna ]
Bismillahirrahmanirrahim
"Katakanlah,
'Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu supaya
kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian
kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada
kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum
(menghadapi) adzab yang keras.' Katakanlah,
'Upah apapun yang aku m inta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah.
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.' Katakanlah,
'Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yang
ghaib.' Katakanlah, `Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan
memulai dan tidak pula akan mengulangi.' Katakanlah, 'Jika aku sesat maka
sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri, dan jika aku
mendapatkan petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku
kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat." (Saba': 46-50)
Wahai
pemuda! Saya
panjatkan puji ke hadirat Allah, yang tiada Tuhan melainkan Dia. Semoga
shalawat dan salam tetap tercurah kepada Muhammad, imam para pembaru dan
penghulu para mujahid; keluarga; sahabat; dan para tabi'in.
Wahai
pemuda!
Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa
keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat
dalam merealiasasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam
mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan
amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya
dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati
yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal
adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para
pemuda.
Oleh
karena itu,
sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap
kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuataannya. Dalam setiap fikrah, pemuda
adalah pengibar panji-panjinya.
"Sesungguhnya
mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami
tambahkan kepada mereka petunjuk." (AI-Kahfi: 13)
Beranjak
dari sini,
sesungguhnya banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab kalian, semakin
berlipat hak-hak umat yang harus kalian tunaikan, dan semakin berat amanat yang
terpikul di pundak kalian. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak
dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat; dan hendaklah kalian
mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna.
Ada
di antara pemuda yang tumbuh dalam situasi bangsa yang dingin dan tenang, di mana kekuasaan
pemerintah telah tertanam kuat dan kemakmuran telah dirasakan oleh warganya.
Sehingga
pemuda yang
tumbuh dalam suasana ini aktifitasnya lebih banyak tertuju kepada dirinya
sendiri daripada untuk umatnya. Dia pun kemudian cenderung main-main dan
berhura-hura karena merasa tenang jiwanya dan lega hatinya.
Ada
juga pemuda
yang tumbuh dalam suasana bangsa yang keras dan bergolak, di mana bangsa itu
sedang dikuasai oleh lawannya dan dalam semua urusan diperbudak oleh musuhnya. Bangsa
ini berjuang semampunya untuk mengembalikan hak yang dirampas, tanah air yang
terjajah, dan kebebasan, kemuliaan, serta nilai-nilai agung yang hilang. Saat
itulah kewajiban mendasar bagi pemuda yang tumbuh dalam situasi seperti ini
adalah berbuat untuk bangsanya lebih banyak dari pada berbuat untuk dirinya
sendiri. Jika ia lakukan hal itu, ia akan beruntung dengan mendapatkan kebaikan
segera di medan kemenangari dan kebaikan -yang tertunda- berupa pahala dari
Allah swt.
Barangkali, merupakan suatu
keberuntungan bagi kita bahwa kita termasuk pemuda kelompok kedua (yang
dibesarkan dalam situasi keras dan bergolak). Oleh karena itu, kedua mata kita
pun terbuka di hadapan sebuah umat yang terus berjihad dan berjuang untuk
mendapatkan hak dan kebebasannya. Bersiapsiaplah wahai para tokoh! Sungguh,
alangkah dekatnya kemenangan bagi kaum mukminin dan alangkah besarnya
keberuntungan bagi para aktifis yang tak henti berjuang.
Wahai
pemuda!
Barangkali ancaman yang cukup berbahaya pada bangsa yang mau bangkit -dan kita
sekarang berada di fajar kebangkitan adalah munculnya beragam isme, banyaknya
seruan-seruan, warna-warninya manhaj, perbedaan dalam penetapan strategi dan
sarana perjuangan, dan tidak sedikitnya orang yang berambisi untuk menjadi
pemimpin dan penguasa.
Berawal
dari sini,
maka studi perbandingan terhadap isme-isme menjadi amat penting bagi siapa saja
yang menginginkan perbaikan: Dari sini pula, maka kewajiban saya adalah
menerangkan kepada kalian dengan ringkas dan jelas tentang dakwah Islam pada
abad keempat belas hijriyah.
DAKWAH
IKHWANUL MUSLIMIN, DAKWAH ABAD EMPAT BELAS HIJRIYAH
Wahai
pemuda! Kita
telah beriman dengan keimanan yang tidak perlu diperdebatkan dan tidak ada
keraguan di dalamnya. Kita juga telah yakin dengan sebuah keyakinan yang lebih
tangguh dari gunung dan lebih dalam dari rahasia-rahasia yang ada di dalam
benak, bahwa sesungguhnya tidak ada fikrah yang benar kecuali satu saja. Dialah
fikrah yang bisa menyelamatkan dunia dari penindasan, membimbing manusia yang
bimbang dan menunjukkannya ke jalan yang lurus. Oleh karena itu, rasanya hanya
fikrah inilah yang pantas untuk berkorban dengan jiwa dan harta, dengan yang
murah ataupun yang mahal, demi deklarasi dan penyebaran kebenarannya, serta
membawa manusia ke dalam naungannya.
Fikrah
itu adalah Islam yang hanif, tiada cacat di dalamnya, tiada setitik noda
menyelimutinya, dan tidak akan sesat bagi yang mengikutinya.
Allah menyatakan bahwasanya tidak
ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
"Tiada
Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana" (Ali Imran: 18)
"Pada
hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu." (AI-Maidah: 3)
Oleh
karena itu,
Fikrah kami adalah Islam; di atas Islam fikrah itu tegak, kepada Islam fikrah
itu bersandar, demi Islam fikrah itu berjihad, dan karena meninggikan
kalimatnya fikrah itu beramal. Kita tidak mungkin akan mengganti Islam sebagai
sistem, tidak rela menjadikan selainnya sebagai imam, dan tidak akan taat
kepada yang lain dalam pengambilan hukum.
"Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekalikali tidak akan diterima (agama
itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Ali Imran: 85)
Telah
datang kepada Islam dan kaum muslimin suatu masa yang di dalamnya terjadi peristiwa demi
peristiwa dan bergilir bencana demi bencana. Musuh-musuh mereka berusaha
memadamkan lentera Islam, menyembunyikan keagungannya, menyesatkan para
pengikutnya, melenyapkan hukum-hukumnya, melemahkan bala tentaranya, dan
menyelewengkan ajarannya -dengan cara mengurangi, menambahi, atau
men-ta'wil-kan dengan interpretasi yang tidak semestinya. Situasi itu masih
berlanjut dengan lenyapnya Islam dari pentas politik, terbengkalainya
kedaulatan Islam pada skala internasional, tercabik-cabiknya tentara Muhammad,
dan jatuhnya bangsa ini ke dalam genggaman kaum kafir dalam keadaan hina dan
tidak berdaya.
Oleh
karenanya,
kewajiban pertama bagi kita sebagai aktifis Ikhwan adalah menyampaikan kepada
manusia tentang batas-batas Islam ini secara jelas dan sempurna, tanpa ditambah
dan dikurangi, dan tidak pula membuat rancu ajarannya. Hal yang demikian itu
merupakan aspek teoritis dari fikrah kami. Kemudian, pada saat yang bersamaan
kami menuntut dan mengkondisikan mereka untuk mewujudkannya dalam amal nyata. Hal
yang kedua inilah merupakan aspek amali dari fikrah kami. Tiang penyangga kami
dalam melaksanakan itu semua adalah Kitab Allah yang tiada kebatilan di depan
dan di belakangnya, Sunah Rasul yang shahih, dan sirah kaum salaf dari umat
ini. Di balik itu, kami tidak menghendaki apa-apa kecuali ridha Allah,
melaksanakan kewajiban, membimbing manusia, dan menunjuki mereka. Kami akan
berjuang untuk terwujudnya fikrah kami, kami akan berjuang atas apa yang telah
kami yakini, kami akan mengajak manusia ke sana, dan akan kami kerahkan segala
sesuatu demi keberhasilannya. Dengan demikian, kami akan hidup mulia atau mati
terhormat: Syi'ar abadi kami adalah: Allah tujuan kami Rasul pemimpin kami;
Al-Qur'an undang-undang kami; jihad jalan kami; dan mati di jalan Allah adalah
cita-cita kami yang tertinggi.
Wahai
pemuda!
Sesungguhnya, Allah telah memuliakan kalian dengan menisbatkan diri kepada-Nya,
beriman terhadap keberadaan-Nya, dan tumbuh dalam naungan agama-Nya. Dengan
agama itu pula, Allah menetapkan atas kalian derajat yang tinggi di dunia,
amanah kepemimpinan atas sekalian alam; dan kemuliaan seorang ustadz di hadapan
murid-muridnya.
"Kamu
adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada AIlah." (Ali Imran: 110)
"Dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adi) dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan} manusia dan agar Rasul menjadi
saksi atas perbuatan kamu." (AI-Baqarah: 143}
Oleh
karenanya,
yang pertama kali Allah serukan kepada kalian adalah hendaklah kalian yakin
akan eksistensi kalian, mengetahui posisi kalian, dan percaya bahwa kalian
adalah para pewaris kekuasaan dunia, meski musuh-musuh kalian menghendaki agar
kaliait tetap terhina. Kalian adalah para guru bagi dunia, meski pihak-pihak
selain kalian berusaha untuk mengungguli dengan gebyar kehidupan dunia.
Sesungguhnya, kesudahan terbaik adalah
bagi orang-orang yang bertaqwa. Oleh karena itu, (wahai pemuda) perbaruilah
iman, kemudian tentukan sasaran dan tujuan langkah kalian: Sesungguhnya,
kekuatan pertama adalah iman, buah dari iman ini adalah kesatuan, dan
konsekuensi logis dari kesatuan adalah kemenangan yang gilang-gemilang. Oleh
karenanya, berimanlah kalian, eratkanlah ukhuwah, sadartlah, dan kemudian
tunggulah (setelah itu) datangnya kemenangan. "Berikan kabar gembira
kepada orang-orang yang beriman." Dunia ini sedang dalam kandisi gundah
gulana. Semua sistem yang ada telah gagal melakukan perbaikan. Sesungguhnya,
tidak ada jalan keluar dari permasalahan itu kecuali Islam.
Oleh
karenanya,
majulah -dengan asma Allah- untuk menyelamatkannya. Semua orang tengah menunggu
datangnya seorangjuru selamat, dan juru selamat itu tiada lain kecuali risalah
islamiyah, di mana kalian yang membawa lenteranya dan memberikan kabar gembira
kepada manusia dengan keberadaannya.
Wahai
pemuda! Sesungguhnya,
manhaj Ikhwanul Muslimin itu telah jelas tahapan dan langkah-langkahnya. Kalian
tahu benar apa yang kami inginkan dan kami paham benar sarana apa saja yang
dipergunakan untuk mewujudkan keinginan itu.
- Pertama-tama, kami menginginkan seorang yang muslim dalam pola pikir dan akidahnya, dalam moralitas dan perasaannya, serta dalam amal dan perilakunya. Ini merupakan salah satu upaya pembentukari individu mukmin dalam dakwah kami.
- Setelah itu, kami menginginkan terbangunnya rumah tangga yang islami dalam pola pikir dan akidahnya, dalam moralitas dan perasaannya, serta dalam amal dan perilakunya. Untuk itu, kami juga memperhatikan kaum wanita sebagaimana perhatian kami kepada kaum pria. Kami juga memperhatikan anak-anak sebagimana perhatian kami kepada pemuda.
- Setelah itu, kami juga menginginkan bangsa yang muslim. Untuk'itulah, kami berusaha agar dakwah kami sampai ke setiap pelosok, suara kami bisa didengarkan di setiap tempat, fikrah kami bisa dipahami dengan mudah, serta bisa menerobos ke seluruh penjuru desa, kota, dan pusat-pusat kegiatan. Untuk itu, kami tidak akan menyia-nyiakan potensi dan sarana yang ada.
- Setelah itu, kami menginginkan sebuah pemerintahan Islam yang bisa memimpin bangsa menuju masjid dan membimbing manusia kepada hidayah Islam, sebagaimana pemerintahan Islam sebelumnya yang telah berhasil membawa mereka ke jalan itu dengan bimbingan para sahabat Rasul, seperti Abu Bakar dan Umar ra. Dari sinilah kami tidak mengakui sistem pemerintahan apa pun yang tidak menekankan dan tidak bertumpu pada asas Islam. Kami juga tidak mengakui partai-partai politik yangada dan berbagai bentuk pemerintahan konservatif yang dipaksakan oleh orang kafir dan musuh-musuh islam untuk menerapkan dan mengamalkannya. Kami akan berusaha untuk menghidupkan sistem hukum Islam dalam setiap aspeknya dan membangun pemerintahan yang islami dengan berasaskan sistem ini.
- Setelah itu, kami menginginkan' agar setiap jengkal dari negeri-negeri kami yang muslim bergabung bersama kami. Negeri-negeri itulah yang dahulu dijajah dan dipecah belah oleh sistem politik Barat dan diporak-porandakan kesatuannya oleh ambisi bangsa-bangsa Eropa. Oleh karena itu, kami tidak mengakui adanya pembagian-pembagian teritorial yang bersifat politis dan berbagai kesepakatan internasional yang ada setelahnya, karena hal itu semualah yang telah menjadikan negara Islam yang besar ini terpecah menjadi negaranegara kecil yang lemah, sehingga mudah dikuasai oleh penjajah. Kami tidak akan tinggal diam terhadap proyek pemberangusan kemerdekaan bangsa dan membiarkan meraka menjadi budak bagi bangsa lainnya. Mesir, Syiria, Irak, Hijaz, Libya, Tunis, Aljazair, Mauritania, dan setiap jengkal tanah yang di dalamnya terdapat seorang muslim yang berseru "Lailaaha Illallah ", semua itu adalah Negara Islam Raya. Kami berusaha untuk memerdekakan, menyelamatkan, membebaskan, dan mempersatukan antara yang satu dengan lainnya. Kalau penguasa Jerman memaksakan kehendaknya untuk melindungi setiap orang yang mengalir di tubuhnya darah Aria, maka sesungguhnya ajaran Islam mewajibkan kepada setiap muslim agar menjadikan dirinya sebagai pelindung bag'i siapa saja yang relung jiwanya terisi oleh ajaran-ajaran Al-Qur'an. Oleh karenanya, dalam tradisi Islam, faktor kesukuan tidak boleh lebih dominan daripada faktor iman. Dalam Islam, akidah adalah segalanya. Bukankah hakekat iman seseorang itu tercermin dari pengungkapan cinta dan bencinya?
- Setelah itu, kami menginginkan agar panji Islam kembali berkibar memenuhijagad raya. Dahulu, pada beberapa kurun iktu wilayah-wilayah itu pernah sejahtera dalam naungan Islam. Bergema di dalamnya suara muadzin dengan takbir dan tahlilnya. Kemudian, datanglah masa di saat para penah berupaya memadamkan cahayanya, maka kembalilah wilayah-wilayah itu kepada kekufuran. Andalusia, Cicilia, Balkan, negeri-negeri Italia bagian selatan dan Cyprus, semua itu (dulu) merupakan wilayah Islam, dan di waktu mendatang harus kembali ke pangkuan Islam. Laut Tengah dan Laut Merah yang merupakan dua laut Islam juga harus kembali perti sedia kala. Jika Jendral Musolini berpendapat bahwa imperium Romawi dan negara-negara yang tergabung dalam imperium itu dahulu harus kembali ke dalam rengkuhannya -yang itu hanya didasarkan atas ambisi dan desakan hawa nafsu- maka tentunya kita lebih berhak untuk mengembalikan kejayaan imperium Islam, yang pernah tegak di atasnya kebenaran dan keadilan, dan yang telah menebarkan cahaya hidayah kepada sekalian manusia. setelah itu, dengan berkibarnya panji Islam tadi kami bermaksud mendeklarasikan dakwah kami kepada seluruh alam, menyampaikannya kepada sekalian manusia, memenuhi seatero bumi dengan ajarannya, dan memaksa setiap penguasa yang diktator untuk tunduk kepadanya. Sampai akhirnya tidak ada lagi Fitnah dan agama ini semuanya milik Allah. taat itulah, kaum muslimin bergembira dengan pertolongan Allah.
Allah menolong siapa saja yang
dikehendaki-Nya dan Dia Mahaperkasa lagi Mahapemurah. Pada setiap tahapan yang
telah kita paparkan di atas terdapat langkah, rincian, dan sarana-sarananya. Namun,
di sini kami hanya memaparkan dengan tidak memperpanjang uraian dan tidak pula
membuat rincian.
Allah adalah Dzat tempat memohon
pertolongan. Cukuplah Dia bagi kami, Dia adalah sebaik-baik pelindung. Mungkin
mereka yang picik dan pengecut akan mengatakan bahwa itu semua adalah
angan-angan dan ilusi yang sedang menyelimuti jiwa manusia. Sungguh, perkataan
ini adalah sebuah kekerdilan yang kami tidak pernah mengenalnya dan Islam pun
tidak mengakuinya. Dia adalah sifat wahn yang bersemayam dalam hati umat ini.
Sifat itulah yang menjadikan musuh-musuh Islam semakin menancapkan kuku-kuku
pengaruhnya dalam tubuh umat ini. Itu semua adalah wujud kegersangan hati dari
nilai-nilai keimanan, dan keberadaannya menjadi sebab utama terpuruknya kaum
muslimin. Kami akan mendeklarasikan dengan lantang bahwa setiap muslim tidak
percaya dengan manhaj seperti ini, tidak akan berbuat untuk merealisasikannya,
dan yang demikian itu memang tidak mendapat tempat dalam Islam. Oleh karenanya,
hendaklah mereka mencari fikrah lain yang bisa menjamin dan mengamalkannya.
Wahai
pemuda!
Kalian tidak lebih lemah dari generasi sebelum kalian; yang dengan perantaraan
mereka Allah membuktikan kebenaran manhaj ini. Oleh karenanya, janganlah merasa
resah dan jangan merasa lemah. Pampangkan di depan mata kalian firman Allah,
"(Yaitu)
orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan
untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,' maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah menjadi penolong
kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung." (Ali Imran: 173)
Kita
akan menempa diri, sehingga setiap kita menjadi seorang muslim sejati. Kita akan membina
rumah tangga-rumah tangga kaum muslimin menuju terbangunnya rumah tangga yang
islami. Setelah itu, kita akan menempa bangsa kita menjadi bangsa yang muslim,
yang tertegak di dalamnya kehidupan masyarakat yang islami.
Kita
akan meniti
langkah-langkah yang sudah pasti, dari awal hingga akhir perjalanan. Kita akan
mencapai sasaran yang telah digariskan Allah bagi kita, bukan yang kita
paksakan untuk diri kita. Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan
cahaya-Nya, meski orang-orang kafir tidak menyukainya.
Untuk
itu, kita
telah mempersiapkan keimanan yang tidak mungkin goyah, amal yang berkelanjutan,
tsiqah (kepercayaan) kepada Allah yang tidak akan melemah, dan jiwa-jiwa yang
merindukan pertemuan dengan Allah dalam keadaan syahid di jalan-Nya. Jadikanlah
itu semua sebagai landasan dan hakekat dari politik internal dan eksternal
kita, karena sesungguhnya dengan begitu kita akan bertumpu kepada Islam. Kita
pun akan mengetahui bahwa sesungguhnya memisahkan agama dari politik itu bukan
dari ajaran Islam. Pemisahan itu tidak pernah dikenal oleh kaum muslimin yang
jujur dalam beragama dan paham akan ruh ajarannya. Oleh karena itu, hendaklah
berlalu dari kami siapa saja yang ingin memalingkan kami dari manhaj ini,
karena sesungguhnya mereka adalah musuh Islam, atau orang-orang Islam yang
bodoh terhadapp ajarannya. Tidak ada yang ingin memalingkan kami darinya
kecuali salah satu di antara keduanya.
Wahai
pemuda!
Adalah kesalahan besar bagi mereka yang menduga bahwa jamaah Ikhwanul Muslimin
adalah Jamaah Darwis, di mana para pengikutnya membatasi diri dalam wilayah
sempit dari pemahaman masalah ibadah. Seluruh konsentrasi gerak mereka adalah
shalar, shaum, dzikir, dan tasbih. Kaum muslimin pada periode awal tidak pernah
mengenal dan mengimani Islam dengan pemahaman seperti ini. Akan tetapi, mereka
meyakini Islam sebagai akidah dan ibadah, negara dan kewarganegaraan, akhlak
dan materi, budaya dan undangundang, serta toleransi dan kekuatan. Mereka
meyakini Islam sebagai sistem paripurna yang melingkupi seluruh aspek
kehidupan, mengatur perkara dunia sebagaimana dia mengatur perkara akhirat. Mereka
yakin bahwa Islam adalah sistem operasional sekaligus spiritual. Islam menurut
mereka adalah agama dan daulah, mushaf dan pedang. Dengan pemaharnan seperti
itu, mereka tidak melupakan perkara ibadah dan tidak alpa dari menjalankan
kewajibankewajiban terhadab Rabb-nya. Mereka berusaha untuk ihsandalam shalat,
tilawah Al-Qur'an, dan berdzikir kepada-Nya sebagaimana yang telah diajarkan
kepada mereka tanpa ditambah atau dikurangi, tidak dibuat-buat, dan tidak pula
dipersulit. Mereka adalah orang-orang yang paling tahu tentang sabda Rasulullah
saw.,
"Sesungguhnya
agama ini kokoh, maka masukilah ia dengan lemah lembut..."
Namun
demikian,
mereka tetap bisa mengambil bagian dari dunia dengan tidak mempengaruhi
pencapaian keberhasilan akhiratnya. Mereka memahami Firman Allah,
"Katakanlah,
'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya
urituk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang
baik?" (AI-A'raf:
32)
Ikhwan
memahami
bahwa sebaik-baik identitas untuk sebuah jamaah adalah identitas yang disandang
oleh sahabat Rasulullah saw., yakni, "Layaknya pendeta di malam hari dan
seperti penunggang kuda di siang hari ".
Salah
juga jika ada
yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin apatis terhadap masalah kenegaraan dan
Nasionalisme. Kaum muslimin adalah orang-orang yang paling ikhlas berkorban
bagi negara, mau berkhidmat kepadanya, dan menghormati siapa saja yang mau
berjuang dengan ikhlas dalam membelanya. Anda tahu sampai sebatas mana mereka
paham tentang Nasionalime mereka dan kemuliaan macam apakah yang mereka
inginkan untuk umatnya. Namun, perbedaan prinsip antara kaum muslimin dengan
kaum yang lainnya dari para penyeru Nasionalisme murni adalah bahwa asas
Nasionalisme Islam itu akidah islamiyah. Oleh karenanya, mereka pun
beraktivitas untuk negara seperti Mesir, berjuang dan berkorban demi
eksistensinya, dan bahkan banyak dari mereka yang gugur dalam perjuangan ini,
karena bagi mereka Mesir adaiah bumi Islam dan tanah air bagi umatnya.
Perasaan
(anggapan)
seperti ini tidak hanya terhadap Mesir saja, tapi juga untuk seluruh bumi
Islam, untuk seluruh negeri kaum muslimin. Sementara penyeru Nasionalisme murni
berhenti hanya sebatas negaranya saja. Ia tidak pernah merasakan adanya
kewajiban membela negara kecuali sekedar taklid kepada pendahulu, atau ambisi
ingin meraih popularitas, atau ingin mengejar prestise, atau kepentingan
tertentu yang lain. Mereka berbuat bukan karena kewajiban yang telah ditetapkan
oleh Allah atas hamba-hambaNya. Adapun pemahaman Ihkwanul Muslimin terhadap
Nasionalisme, maka cukuplah anda mengetahuinya dengan membaca kalimat berikut. Mereka
yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa mengabaikan sejengkal tanah milik seorang
muslim yang terjajah itu adalah tindak kriminal yang tidak akan terampuni,
sampai kita mau berbuat dan bisa mengembalikan kemerdekaanya, atau menghancurkan
para perampasnya. Tidak ada keselamatan dari siksa Allah kecuali dengan cara
ini. Salah besar jika ada yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin adalah para
dai yang menyeru manusia kepada kemalasan dan keterlenaan.
Ikhwan
selau menyerukan di setiap kesempatan bahwa seozang muslim harus menjadi pelopor dalam
segala sesuatu. Ikhwan tidak rela hidup tanpa qiyadah, tanpa amal, dan tanpa
keunggulan dalam segala hal, baik dalam ilmu, kekuatan, kesehatan, maupun
finansial, karena keterbelakangan dalam suatu sisi dari berbagai sisi yang ada
itu akan membahayakan Fikrah kami dan -lebih dari itu- bertentangan dengan
ajaran Islam. Kendati demikian, kami juga tidak mengingkari adanya watak
materialis pada manusia, yang menjadikan mereka egois dan individualis. Mereka
mencurahkan keahlian, waktu, dan potensinya untuk kepentingan dirinya sendiri. Maka
masing-masing mereka tidak pernah berpikir untuk beramal bagi yang lainnya, dan
sama sekali tidak memperhatikan kepentingan umatnya. Padahal Rasulullah saw.
pernah bersabda,
"Barangsiapa
yang tidak memperhatikan perkara kaum muslimin, maka dia bukan golongan
mereka."
Sebagaimana beliau juga bersabda,
"Sesungguhnya
Allah menggariskan (untuk berbuat) Ihsan dalam segala hal."
Tidak
benar jika
ada yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kumpulan para propagandis
rasialisme yang membeda-bedakan status sosial di antara anggota masyarakat. Kami
menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sangat menekankan kepada pemeluknya
untuk menghormati kesatuan kemanusiaan secara umum. Sebagaimana termaktub dalam
firman Allah,
"Hai
Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu
saling kenal mengenal." (AI-Hujurat: 13)
Islam
datang untuk
mewujudkan kebaikan bagi sekalian manusia dan sebagai rahmatan lil alamin. Dan
agama yang demikian itu tentunya jauh dari membeda-bedakan hati dan
membelah-belah dada. Dari sinilah Al-Qur'an datang untuk menegaskan kesatuan
ini, sebagaimana dalam firman-Nya,
"Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorang pun dari rasulrasul-Nya." (AI-Baqarah: 285)
Islam
telah mengharamkan permusuhan, sampai-sampai dalam keadaan marah dan benci sekalipun. Maka
Allah swt. berfirman,
"Dan
jangan sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa." ( AI-Maidah: 8)
Islam
juga memerintahkan untuk berbuat baik (ihsan) antara sesama warga negara, meski
berbeda ideologi dan agama.
"Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari
negerimu." (AI-Mumtahanah: 8)
Islam juga memerintahkan kepada
kita untuk berbuat dan bermuamalah secara baik kepada orang-orang kafir dzimmi.
Kami memahami ini semua, maka kami tidak pernah mengajak kepada perselisihan
antar kelompok ataupun fanatisme golongan. Namun demikian kami juga tidak akan
membeli kesatuan ini dengan iman kami, tidak akan melakukan tawar-menawar dalam
masalah akidah untuk merealisasikannya, dan kami juga tidak akan pernah
mengorbankan kemaslahatan kaum muslimin demi terwujudnya kesatuan yang semu. Kami
hanya akan membeli kesatuan itu dengan kebenaran dan keadilan, dan cukuplah itu
bagi kami. Maka barangsiapa yang berusaha dengan yang selain itu, niscaya kami
akan menghentikannya dan akan kami jelaskan mengenai kesalahan yang
dilakukannya. Sungguh kemuliaan itu bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman.
Salah
juga jika ada yang menduga bahwa Ikhwanul Muslimin itu bekerja untuk kepentingan salah
satu lembaga atau sebagai underbouw dari salah satu jamaah yang ada. Para
aktifis Ikhwan berbuat untuk meraih tujuan yang telah mereka yakini sesuai
petunjuk dari Tuhannya. Dan petunjuk itu adalah Islam. Sementara pengikutnya
ada di setiap waktu dan tempat. Mereka membelanjakan apa yang telah dirizkikan
Allah kepada mereka, semata-mata untuk mencari ridha-Nya. Mereka bangga bahwa
hingga saat ini mereka tidak pernah menadahkan tangan untuk meminta bantuan
kepada orang lain, dan tidak pernah memohon pertolongan kepada pihak luar, baik
individu ataupun lembaga.
Wahai
pemuda! Di
atas kaidah-kaidah yang kokoh dan kepada nilai-nilai ajaran yang tinggi inilah
kami mengajak kalian semua. Jika kalian yakin dengan kebenaran fikrah kami, mau
mengikuti langkah-langkah kami, bersedia meniti jalan Islam yang hanif bersama
kami, rela melepaskan segala jenis fikrah yang selainnya, serta mau
memperjuangkan keyakinan dengan semua potensi yang kalian miliki, maka cukuplah
hal itu menjadi kebaikan kalian di dunia dan di akhirat. Dan insya Allah dengan
perantaraan kalian, Allah akan mewujudkan sesuatu yang pernah diwujudkan pada
masa generasi pendahulu kalian, pada periode awal dari perjalanan umat ini. Setiap
aktifis dari kalian yang jujur di medan Islam akan mendapati apa yang membuat
ia rela akan cita-citanya dan mau sibuk dengan aktifitasnya, jika ia adalah
orang-orang yang jujur Adapun jika kalian menolak, bersikap plin-plan,
meragukan, dan bimbang di antara isme-isme yang penuh syubhat dan sistemsistem
yang telah nyata-nyata gagal, maka sesungguhnya barisan Allah akan tetap
berlalu tanpa harus dipusingkan oleh sedikit atau banyaknya jumlah. "Dan
tiadalah kemenangan itu kecuali dari sisi Allah yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana."
IKHWANUL
MUSLIMIN DI BAWAH NAUNGAN PANJI AL- QUR'AN
Kepada
para pemuda
yang merindukan lahirnya kejayaan...
Kepada umat yang tengah kebingungan di persimpangan jalan...
Kepada para pewaris peradaban yang kaya raya, yang telah menggoreskan catatan membanggakan di lembar sejarah umat manusia...
Kepada setiap muslim yang yakin akan masa depan dirinya sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan di kampung akhirat...
Kepada mereka semua kami persembahkan risalah ini.
Kepada umat yang tengah kebingungan di persimpangan jalan...
Kepada para pewaris peradaban yang kaya raya, yang telah menggoreskan catatan membanggakan di lembar sejarah umat manusia...
Kepada setiap muslim yang yakin akan masa depan dirinya sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan di kampung akhirat...
Kepada mereka semua kami persembahkan risalah ini.
RISALAH
IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA
Adalah
sebuah risalah masa lalu yang penuh kobaran semangat jihad, untuk generasi hari ini yang tengah
bergejolak dan dilanda kegelisahan...
Sebuah
bekal hari ini yang sarat tuntutan, untuk masa depan yang penuh cahaya...
Wahai para pemuda, wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur untuk membangun kehidupan...
Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah...
Wahai semua yang turun ke medan, demi mempersembahkan nyawa di hadapan Tuhannya...
Di sinilah petunjuk itu, di sinilah bimbingan...
Di sinilah hikmah itu, di sinilah kebenaran...
Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan dan kenikmatan jihad...
Bersegeralah bergabung dengan parade bisu...
Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi...
Untuk menyatu dengan pasukan Ikhwanul Muslimin...
"Sehingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi dan agama seluruhnya milik Allah."
Wahai para pemuda, wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur untuk membangun kehidupan...
Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah...
Wahai semua yang turun ke medan, demi mempersembahkan nyawa di hadapan Tuhannya...
Di sinilah petunjuk itu, di sinilah bimbingan...
Di sinilah hikmah itu, di sinilah kebenaran...
Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan dan kenikmatan jihad...
Bersegeralah bergabung dengan parade bisu...
Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi...
Untuk menyatu dengan pasukan Ikhwanul Muslimin...
"Sehingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi dan agama seluruhnya milik Allah."
Ikhwanul Muslimin Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, dan para
shahabatnya. Kami ucapkan salam Islam, salam dari sisi Allah yang penuh berkah
dan kebaikan, "Assalaamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh."
Wahai Ikhwanul Muslimin! Wahai umat manusia seluruhnya. Suara jeritan ini; yang
berkumandang dari relung tragedi kemanusiaan yang getir dan memilukan; yang
lahir dari rahim kegelapan zaman ini, di arus kehidupan yang memancar dari
teriakan prihatin seluruh alam; yang dibawa oleh gelombamg lembut menyelusup ke
berbagai penjuru kehidupan; yang dapat mematikan secara mengejutkan segala
impian, janji-janji, dan fenomena yang menipu serta penuh kepalsuan; Mendorong
kita untuk terjun dengan dakwah ini dakwah yang tenang, namun lebih gemuruh
dari tiupan angin topan yang menderu... dakwah yang rendah hati, namun lebih
perkasa dari keangkuhan gunung yang menjulang... dakwah yang terbatas, namun
jangkauannya lebih luas dari belahan bumi seluruhnya... Ia sepi dari perilaku yang menipu, dan
gemerlap yang penuh dusta. Sebaliknya, ia dikemas oleh keagungan hakikat, keindahan
wahyu, dan pemeliharaan Allah. Ia bersih dari berbagai kerakusan nafsu dan
kepentingan pribadi. Oleh karenanya, ia mampu melahirkan putra-putra generasi
yang percaya padanya dan tulus bekerja untuknya; yang memandu tertegaknya
bangunan di bawah naungan dakwah yang pertama...
Wahai Ikhwanul Muslimin! Wahai
manusia seluruhnya. Dengarlah suaranya
yang bergemuruh, yang disambut oleh seruan para da'i setelahnya sebagaimana
teriakan dakwah sebelumnya:
"Wahai
yang berselimut, bangun dan berilah peringatan. Dan Tuhanmu maka
agungkanlah." Bersamaan dengan itu berkumandang pula firman-Nya,
"Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (AI-Hijr: 94)
Dan
wahyu senantiasa menyeru seluruh umat manusia dengan seruan,
"Katakanlah,
'Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah
yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; Tidak ada Tuhan selain Dia, Yang
menghidupkan dan mematikan,' maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi
yang ummi, yang beriman kepada Allah dan kepada kalimatkalimat-Nya
(Kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." (AI-A'raf: 158)
Di mana
posisi kita berhadapan pesan-pesan Islam ini?
Wahai Ikhwanul Muslimin! Wahai
manusia seluruhnya. Sesungguhnya Allah
swt. telah membangkitkan untukmu seorang pemimpin, telah menggariskan bagimu
aturan, telah menjelaskan kepadamu hukum-hukum, menurunkan untukmu sebuah
Kitab, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, membimbingmu menuju
kebaikan dan kebahagiaan, serta menunjukimu ke jalan yang lurus. Adakah kamu
telah mengikuti pemimpin itu, kamu hormati aturannya, kamu praktekkan
hukum-hukumnya, dan kamu sakralkan Kitab yang dibawanya? Sudahkah kamu halalkan yang ia
halalkan dan kamu haramkan yang ia haramkan? Berterus teranglah dalam menjawab
pertanyaan tersebut, niscaya akan kamu jumpai hakekat yang jelas di hadapanmu. Seluruh
aturan yang engkau jadikan pijakan dalam setiap urusan hidupmu adalah aturan
buatan manusia belaka; yang tidak ada hubungannya dengan Islam; tidak digali
dari sumber nilai Islam dan tidak pula disandarkan kepadanya. Undang-undang
yang mengatur urusan dalam negerimu, peraturan yang mengatur hubungan negaramu
dengan negara lain (baik bilateral maupun multilateral), undang-undang
peradilan, undang-undang pertahanan keamanan dan militer, sistem ekonomi (baik
menyangkut ekonomi negara maupun personal), sistem pendidikan, bahkan
undang-undang perkawinan dan kerumahtanggaan serta sistem perilaku personal,
juga mentalitas umum para pejabat dan rakyat serta berbagai fenomena kehidupan
yang dilahirkannya, semua itu adalah sistem dan undang-undang yang jauh dari
nilai-nilai Islam.
Apa
Lagi yang Masih Tersisa
Lihatlah masjid-masjid itu, yang megah dan indah, dia dipenuhi oleh orang-orang lemah dan renta, yang menunaikan rakaat shalatnya tanpa muatan ruh dan kekhusyukan, kecuali sedikit dari padanya yang mendapat hidayah Allah.
Lihatlah masjid-masjid itu, yang megah dan indah, dia dipenuhi oleh orang-orang lemah dan renta, yang menunaikan rakaat shalatnya tanpa muatan ruh dan kekhusyukan, kecuali sedikit dari padanya yang mendapat hidayah Allah.
Sedangkan
hari-hari puasa mereka setiap tahun tidak lebih dari sekedar saat-saat bermalasan dan berhari
libur, serta saat untuk memanjakan makan dan minum di malam harinya. Sedikit
sekali dari mereka yang memperoleh pembaharuan ruh iman dan penyucian hati
dengan puasanya.
"Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan amat sedikitlah
mereka itu..." (Shaad: 24)
Lalu
berbagai penampilan yang menipu seperti pakaian, kopyah, tasbih dengan berbagai asesorisnya,
jenggot yang menjuntai panjang, sorban yang membalut sekujur badan, kata-kata
agamis yang diucapkan.... Apakah hanya sebatas itu hakekat Islam yang
diinginkan Allah. Hanya sebatas itukah Islam yang diturunkan sebagai rahmat
yang agung dan anugerah yang besar bagi seluruh alam?
Apakah
seperti ini
hidayah yang dibawa oleh Muhammad saw., yang dengannya hendak dikeluarkan
manusia dari kegelapan menuju cahaya? Itukah hakekat syari'at Al-Qur'an yang
akan mengobati penyakit umat manusia dan menyelesaikan persoalan mereka, yang
telah meletakkan sistem nilai yang cermat dengan akarnya yang kokoh- untuk
melakukan perbaikan?
Gelombang
Taklid Kepada Barat
Wahai
Ikhwanul Muslimin! Wahai umat manusia seluruhnya. Kita harus memahami bahwa sebuah
gelombang peradaban yang siap menghempaskan dan arus pemikiran yang siap
melemparkan telah mengharu-biru akal pikiran manusia, yang membuatnya lalai dan
terpedaya, hingga jatuh tersungkur dalam kubangan kenikmatan semu.
Berbagai
faham dan aliran bangkit dengan seruannya, beragam filsafat pemikiran dan
sistem nilai dimunculkan, berbagai bangunan peradaban ditegakkan, semua ini
bersatu dalam rangka menghadapi arus Islam yang telah mengaliri jiwa
putra-putranya.
Mereka
bersatu untuk
memperdayakan umat di tempat tinggalnya sendiri, mengepung mereka dari segala
penjuru, merasuki negeri dan rumah-rumah mereka, bahkan menguasai hati, nalar,
dan perasaan mereka. Mereka menyiapkan segala daya dan upaya yang dapat
memperdaya umat dengan kekuatan dan kekuasaannya, dengan suatu upaya yang belum
pernah dilakukan sebelumnya. Ia hancur luluhkan umat Islam hingga akar-akarnya,
dan ia pecundangi berbagai negeri yang dahulu pernah cemerlang di bawah panji
Daulah Islam. Dan ini semua memberi pengaruh yang amat nyata, sehingga lahirlah
generasi yang gersang dan papa, yang lebih akrab dengan nilai-nilai di luar
Islam daripada dengan miliknya sendiri.
Mereka
lalu menempati
posisi-posisi penting sebagai pengendali urusan umat, mereka menduduki posisi
terhormat dalam urusan pemikiran dan politik, maupun moral dan agama. Bahkan
banyak diantaranya yang menduduki lembaga eksekutif. Lalu mereka mendorong umat
untuk bekerja memenuhi apa yang menjadi ambisi dan obsesinya, padahal dirinya
tidak tahu persis apa yang dimauinya dan apa pula yang menjadi orientasi
hidupnya. Akhirnya, berkumandanglah suara propagandis yang menyeru kepada
pemikiran toghut: Jika kalian melepaskan sisa-sisa semangat Islam kalian,
kalian terima dengan lapang dada tawaran untuk merengkuh nikmat hidup ini
dengan segala harga, pola pikir dan fenomenanya, kalian lemparkan jauh-jauh
pola pikir kuno yang ada di kepala dan benak kalian dengan tulus hati, tidak
munafik dan menipu, maka hakikatnya kalian telah berperilaku sebagaimana
orang-orang barat namun mulut kalian tetap bersuara sebagaimana orang-orang
muslim.
Sesungguhnya
kita
mengetahui bahwa kita telah jauh dari hidayah dan akar pemikiran Islam. Sebenarnya
Islam tidak menolak untuk memetik kemanfaatan dan hikmah dari mana pun
datangnya, namun ia menolak tegas jika harus menyerupakan segala sesuatunya
dengan hal yang di luar Islam, atau melemparkan aqidah, kaidah-kaidah hukum,
serta pemikiran Islam, untuk kemudian membeo di belakang masyarakat yang telah
terperdaya oleh dunia dan terperangkap oleh tipu daya syetan.
Sungguh, ilmu pengetahuan telah maju,
ketrampilan telah canggih, pemikiran telah berkembang, harta berceceran dan
dunia gemerlapan dan umat manusia pun tenggelam dalam lautan kenikmatan. Namun
demikian, apakah ini semua mendatangkan kebahagiaan hakiki bagi mereka?
Apakah
itu semua
menciptakan rasa aman pada hidup mereka?
Atau, apakah ini semua membawa jiwa mereka menuju ketenangan dan kedamaian yang sejati? Apakah setiap orang telah menikmati saat tidurnya?
Apakah air mata derita manusia benar-benar tiada lagi menetes?
Apakah kejahatan telah diperangi sehingga masyarakat telah aman daripadanya?
Apakah berjuta fakir miskin telah benar-benar dapat mencukupi kebutuhan perutnya yang dililit rasa lapar?
Apakah berbagai tempat hiburan dan kesenangan yang telah memenuhi setiap tempat benar-benar telah menghibur mereka yang didera derita hidup terus-menerus?
Apakah masyarakat telah benar-benar mencicipi hidangan ketenangan dan kedamaian, dan telah aman dari perilaku orang-orang aniaya?
Atau, apakah ini semua membawa jiwa mereka menuju ketenangan dan kedamaian yang sejati? Apakah setiap orang telah menikmati saat tidurnya?
Apakah air mata derita manusia benar-benar tiada lagi menetes?
Apakah kejahatan telah diperangi sehingga masyarakat telah aman daripadanya?
Apakah berjuta fakir miskin telah benar-benar dapat mencukupi kebutuhan perutnya yang dililit rasa lapar?
Apakah berbagai tempat hiburan dan kesenangan yang telah memenuhi setiap tempat benar-benar telah menghibur mereka yang didera derita hidup terus-menerus?
Apakah masyarakat telah benar-benar mencicipi hidangan ketenangan dan kedamaian, dan telah aman dari perilaku orang-orang aniaya?
Wahai
manusia,
sedikit pun tidak mereka dapatkan semua itu. Jika demikian, lalu apa
keistimewaan peradaban ini dibanding dengan peradaban yang lain? Dan bukan itu
saja. Tidakkah kita melihat bahwa sistem hukum, sistem pendidikan, dan akar
filsafat mereka, bahkan paradigma ilmu pengetahuan yang mereka bangun serta
angka-angka yang mereka ciptakan terdapat sesuatu yang paradoks antara satu
bagian dengan bagian lainnya. Dan tidakkah kita mengamati bahwa berbagai
eksperimen yang telah meminta korban yang besar dan waktu yang panjang berujung
pada kegagalan yang pahit, keputusasaan dan penderitaan?
URGENSI
KEBERADAAN KITA
Lantas
apa urgensi keberadaan kita wahai Ikhwanul Muslimin? Secara umum dapat dikatakan
bahwa kita berhadapan dengan gelombang materialisme, yang berupa kebangkitan
sektor materi dan peradaban kelezatan serta syahwat, yang mana ia telah
memerosotkan moral bangsa-bangsa Islam, menjauhkan mereka dari kepemimpinan
Nabi saw. dan hidayah Qur'an, menghalangi dunia dari bimbingannya, menarik
mundur peradabannya ke masa ratusan'tahun silam sehingga kita terbelenggu di
negeri sendiri dan membiarkan masyarakat bergulat dengan derita.
Kita
tidak boleh tinggal diam di hadapan ini semua, namun harus kita hadapi mereka di tempatnya dan siap
bertempur di bumi mana ia bercokol, hingga dunia seluruhnya menyuarakan dakwah
atas nama Nabi saw. dan menanamkan keyakinan kepada semua bangsa terhadap
nilai-nilai Islam. Dengan demikian, terkembanglah payung Islam mengayomi
seluruh bumi. Ketika itulah impian setiap muslim terwujud. Tidak ada lagi
fitnah dan agama seluruhnya hanya milik Allah.
"Bagi
Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari kemenangan
itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia
menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Mahaperkasa lagi Ma~ha
Penyayang." (Ar-Ruum: 30)
Itulah
urgensi keberadaan kita secara umum. Adapun dalam tataran praktis, kita ingin menegakkan
nilai-nilai Islam di negeri Mesir terlebih dahulu, karena ia berada di barisan
depan di antara berbagai bangsa Islam dan masyarakatnya. Setelah itu baru ditegakkan di negara-negara lainnya.
- Menegakkan
sistem perundangan dalam negeri, sebagai perwujudan firman Allah,
"Dan hendaklah kamu meutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu..." (Al-Maidah: 49) - Menegakkan
sistem perundangan yang mengatur hubungan negara dengan berbagai bangsa di
dunia, untuk mewujudkan firman Allah,
"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) . umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.." (Al-Baqarah: 143) - Menegakkan hukum peradilan yang
berpijak pada ayat Qur'an,
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak berimaw hingga mereka menjadikan kami hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa daiam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisa: 65) - Menegakkan
sistem perundangan pertahanan dan keamanan serta militer, untuk
merealisasi anjuran sikap siaga menghadapi perintah yang tertuang dalam
Qur'an,
"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah" (At-Taubah: 41 ) - Menegakkan
sistem ekonomi yang mandiri untuk mengatur kekayaan alam dan harta benda,
baik bagi negara maupun pribadi warganya. Hal ini berpijak pada firman
Allah,
"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang tidak sempurna akalnya harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.." (An-Nisa: 5) - Menegakkan
sistem pendidikan dan pengajaran dalam rangka memberantas kebodohan,
sesuai dengan pesan Ilahi dalam Qur'an,
"Bacalah dengan menyebut Nama Tuhanmu yang menciptakan." (Al-'Alaq: 1) - Menegakkan undang-undang
keluarga dan kerumahtanggaan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi
pendidikan anak di rumah, baik putra maupun putri. Hal ini
sebagai realisasi firman Allah,
"Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." (At-Tahrim: 6) - Menegakkan sistem perundangan
yang mengatur perilaku individu untuk mewujudkan keberhasilan hidup yang
dicitacitakan, sesuai dengan isyarat Qur'an,
"Telah beruntung orang yang mensucikan dirinya." (Asy-Syams) - Menegakkan iklim positif secara
umum untuk melindungi setiap pribadi masyarakat, baik pejabat maupun
rakyat, dengan berpijak pada firman-Nya,
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kehidupan duniawi, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini.." (Al-Qashash: 77)
Dengan
tegaknya itu semua, kita menginginkan terwujudnya:
Pribadi muslim ..
Rumah tangga muslim ..
Masyarakat muslim ..
Pemerintah muslim ..
Pribadi muslim ..
Rumah tangga muslim ..
Masyarakat muslim ..
Pemerintah muslim ..
Dan
suatu negara
yang mengayomi negeri-negeri Islam, menghimpun berbagai keanekaragaman kaum
muslimin, menyiapkan kejayaan masa depan mereka, mengembalikan buminya yang
hilang dan berjuang mendapatkan kembali tanah air mereka yang terampas.
Lalu
ia panggul panji jihad dan bendera dakwah ilallah hingga dunia seluruhnya damai di bawah naungan
Islam. Banyak orang akan mengatakan ungkapan yang serupa ini. Yang demikian itu
bisa dimaklumi, karena mereka telah putus asa akan nasib dirinya dan telah
putus asa akan terjalinnya hubungan dengan Yang Mahakuat dan Maha Menentukan. Akan
halnya kami, tidaklah demikian
BEKAL
KAMI
Wahai
sekalian manusia! Inilah tujuan kami, dan inilah manhaj kami. Lantas apa bekal kami untuk
mewujudkan manhaj ini?
Bekal
kami adalah
bekal yang juga dimiliki para pendahulu kami. Dia adalah senjata yang pernah
dipakai untuk memerangi dunia oleh pemimpin dan teladan kami: Muhammad
Rasulullah saw. dan para shahabatnya. Dengan kelangkaan bilangan dan sedikitnya
bekal namun ditopang oleh kesungguhan yang agung. Itu pula senjata yarig akari
kami pergunakan untuk memerangi dunia ini kembali. Mereka telah beriman dengan
sedalam-dalamnya, sekuatkuatnya, sesuci-sucinya dan seabadi-abadinya iman.
- Iman
kepada Allah, pertolongan, dan dukungan-Nya.
"Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu..." (Ali Imran: 160) - Iman
kepada panglimanya, beserta ketulusan hati, dan kepemimpinannya.
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu..." (Al-Ahzab: 21 ) - Iman
kepada sistem dengan keistimewaan dan keunggulannya.
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan..." (Al-Maidah: 16) - Iman
kepada pesaudaraan dengan hak dan kewajiban serta kesuciannya.
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara..." (Al-Hujurat: 49) - Iman
kepada balasan akhirat dengan keagungan dan kelipatannya.
"...Yang demikian itu adalah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak pula menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orangorang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (At-Taubah: 120) - Iman kepada keberadaan diri mereka sendiri, yakni sebagai jamaah yang dipilih oleh takdir untuk berperan menyelamatkan alam semesta ini, yang telah mendapatkan keutamaan dengan perannya ini dan jadilah mereka sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia seluruhnya. Mereka telah mendengar panggilan iman, lalu mereka pun beriman. Kita berharap bahwa Allah swt. berkenan menanamkan rasa cinta kepada iman ini dan menjadikannya sebagai hiasan di hati, sebagaimana Ia telah menganugerahkan hal yang sama kepada para pendahulu kita.
Iman Adalah Bekal Utama Kami
Mereka telah mengetahui dengan pengetahuan yang sebenar-benarnya dan
sekuat-kuatnya bahwa dakwah mereka tidak akan memperoleh kemenangan kecuali
dengan jihad, kesungguhan, dan pengorbanan jiwa raga. Maka mereka pun persembahkan jiwa dan
raganya. Mereka berjihad dengan sebenar-benar jihad dan menyambut seruan Dzat
Yang Maha Rahman kepada mereka,
"Katakanlah,
'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cinati
daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya.."' (At-taubah:
24)
Maka
begitu mereka
mendengar peringatan, mereka lari meninggalkan segalanya dengan jiwa yang
bersih dan kalbu yang ridha. Mereka bersuka cita dengan janji setia yang telah
mereka ikrarkan kepada Allah. Salah satu dari mereka memeluk akrab kematian
sambil bergumam, "...Menuju keharibaan Allah tanpa bekal." Salah satu
dari mereka mempersembahkan seluruh hartanya sembari berkata, "Untuk
keluarga saya sisakan Allah dan Rasul-Nya." Satu lagi dari mereka bahkan
bersenandung tatkala pedang musuh telah menempel di lehernya, Dan aku pun tiada
peduli tatkala terbunuh sebagi muslim Dalam keadaan bagaimana jua pangkuan
Allah lah tempat robohku Demikianlah, mereka adalah orang-orang yang gigih
perjuangannya, besar pengorbanannya, dan luas persembahannya. Demikian juga
yang kita inginkan. jihad Adalah Bekal Kami Juga Setelah itu semua kami
persembahkan, kami percaya sepenuhnya akan pertolongan Allah, dan kami yakin
atas dukungan-Nya.
"Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah
Mahakuat lagi Mahaperkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar, dan kepada
Allah-lah kembali segala urusan." (AI-Hajj: 40)
Antara
Hayalan dan Kenyataan
Orang-orang
yang mendengar uraian ini akan berkata bahwa itu adalah hayalan dan impian belaka. Bagaimana
mungkin orang-orang yang tidak memiliki kekuatan apapun kecuali iman dan
semangat jihad dapat mengalahkan kekuatan raksasa yang memiliki senjata
beranekaragam? Bagaimana mungkin mereka dapat menembus jantung pertahanan
musuhnya padahal ia berada di antara dua taring harimau?
Banyak
orang akan
mengatakan ungkapan yang serupa ini. Yang demikian itu bisa dimaklumi, karena
mereka telah putus asa akan nasib dirinya dan telah putus asa akan terjalinnya
hubungan dengan Yang Mahakuat dan Maha Menentukan. Akan halnya kami, tidaklah
demikian keadaannya. Kami tegaskan bahwa ia adalah kenyataan yang kami yakini
wujudnya dan tengah kami perjuangkan tegaknya. Kami merenungi firman Allah
swt.,
"Janganlah
kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita
kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan sebagaimana kamu
menderitanya, sedangkan kamu berharap dari Allah apa yang tidak mereka
harapkan.." (An-Nisa: 104)
Sesungguhnya
para pendahulu kami, yang telah membebaskan berbagai wilayah bumi dan telah Allah swt.
kokohkan kedudukanriya, tidaklah besar bilangan personilnya dan tidak pula
melimpah bekal persiapannya, namun mereka beriman dengan sungguh-sungguh dan
berjihad. Dan hari ini kami akan kalkulasi diri dengan penuh optimisme
sebagaimana Rasulullah saw. mengkalkulasi pada suatu hari, tatkala beliau
bersabda,
"Berilah
Khubbaib kabar gembira akan munculnya kemenangan ini sehingga seorang
pengembara berjalan dari Adn ke Amman tidak merasa takut kecuali kepada Allah,
dan domba pun aman di hadapan serigala."
Padahal
ketika itu
mereka masih bersembunyi. Sebagaimana suatu hari beliau menjanjikan kemenangan
kepada Suraqah bin Malik, mahkota salah seorang petinggi Kisra. Padahal beliau
ketika itu berhijrah dengan agamanya tanpa bekal sesuatu pun kecuali Allah dan
sahabatnya (Abu Bakar). Dan sebagaimana beliau berteriak suatu hari tatkala
menyaksikan istana putih Romawi, padahal ketika itu ia dikepung pasukan
musyrikin di Madinah dengan tentaranya dari segala penjuru,
"...Dan
tatkala tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke
tenggorokan.." (Al-Ahzab: 10)
Lalu
Apa Lagi Setelah Itu?
Setelah
itu semua,
kita menyaksikan telinga zaman dengan khusyuknya mendengarkan dakwah Rasulullah
saw., lisan sejarah pun menggemakan suara ayat-ayat suci Al-Qur'an, maka
menyemburatlah mentari hidayah dari kalbu para sahabat dan pengikutnya di
setiap tempat, besinarlah cahayanya menerangi alam, semerbaklah harum bunga
kedamaian menghiasi dunia, dan manusia pun dapat menikmati manisnya kebahagiaan
lan taran keadilan hukum. Rakyat merasakan aman sentausa bernaung di bawah
payung generasi awal ini, yakni murid-murid Muhammad saw., maka direbutlah
kemudian istana Romawi, tunduk pula bersamanya kota-kota di Persia. Lalu bumi
dipenuhi dengan bentangan ajarannya. Tunduklah ia untuk menerima petunjuk yang
menyelamatkan. Nafas kenabian mengalirinya berpadu dengan wahyu Ilahi yang
suci, sehingga Rahmat Allah meliputinya dari segala penjuru.
"Dan
Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah
menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Mahakuat
lagi Mahaperkasa. Dan la menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraidhah)
yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan
Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh
dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu
tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang
belum kamu injak. Dan adalah Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu." (Al-Ahzab: 26)
Wahai
manusia, kami
akan mempersiapkan diri dengan bekal ini, dan kami akan memperoleh kemenarigan
sebagaimana yang diperoleh para pendahulu kami di saat yang lalu. Tiada
kemenangan kecuali dari sisi Allah Yang Perkasa lagi Bijaksana. Dan Allah akan
mewujudkan janji-janji-Nya kepada kami:
"Dan
Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang tertindas di bumi itu dan hendak
menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi
(bumi)." (Al-Qashash: 5)
"Maka
bersabarlah kamu, sesungguhnyajanji Allah adalah benar dan sekali-kali
jariganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu
menggelisahkan kamu." (Ar-Ruum: 30)
Seandainya
Kita Memiliki Pemerintahan
Seandainya
kita memiliki
pemerintahan Islam yang sebenarnya, yang dilandasi kebenaran iman, yang mandiri
pola pikir dan aplikasinya, yang menghargai kebenaran ilmu dan melimpah ruahnya
harta kekayaan yang dimiliki, yang menghargai keagungan sistem nilai Islam yang
diwarisi, dan yang percaya bahwa ia merupakan obat bagi derita masyarakatnya
dan petunjuk bagi manusia seluruhnya, niscaya kita dapat menuntutnya untuk
menegakkan dunia ini atas nama Islam.
Kemudian
kita
mempersilakan berbagai bangsa untuk melakukan studi dan observasi atasnya, kita
tunjukkan bangunan umat kepada mereka dengan dakwah yang terus menerus, dengan
pembicaraan yang argumentatif serta pengiriman duta-duta terbaiknya secara
berkala, juga cara-cara lainnya.
Dengan
demikian jadilah
wilayah ini titik sentral di tengah berbagai bangsa, baik secara politik,
moralitas maupun aktivitas sosial lainnya. Ia pun dapat melakukan pembaharuan
terhadap dinamika masyarakat, memberi dorongan kepada mereka untuk meraih
kejayaan dan menggapai sinar terang di masa datang, dan menanamkan semangat
serta kesungguhan dalam bekerja. Adalah sangat mengherankan, sebuah faham
seperti Komunisme memiliki negara yang melindunginya, yang mendahwahkan
ajarannya, yang menegakkan prinsip-prinsipnya, dan menggiring masyarakat menuju
ke sana.
Demikian
juga Fasisme
dan Nazi. Keduanya memiliki bangsa yang mensucikan ajarannya, berjuang untuk
menegakkannya, menanamkan kebanggaan kepada para pengikutnya, menundukkan
seluruh ideologi bangsa-bangsa untuk mengekor kepadanya. Dan lebih mengherankan
lagi kita dapati berbagai ragam ideologi sosial dan politik di dunia ini
bersatu untuk menjadi pendukung setianya. Mereka perjuangkan tegaknya dengan
jiwa, pikiran, pena, harta benda, dan kesungguhan yang paripurna; hidup dan mati
dipersembahkan untuknya.
Namun
sebaliknya,
kita tidak mendapatkan tegaknya suatu pemerintah Islam yang bekerja untuk
menegakkan kewajiban dakwah kepada Islam, yang menghimpun berbagai sisi positif
yang ada di seluruh aliran ideologi dan membuang sisi negatifnya. Lalu ia
persembahkan itu kepada seluruh bangsa sebagai ideologi alternatif dunia yang
memberi solusi yang benar dan jelas bagi seluruh persoalan umat manusia. Padahal
syari'at Islam menetapkan bahwa dakwah adalah kewajiban mutlak, wajib atas seluruh
kaum muslimin, baik sebagai bangsa maupun sebagai kelompok kecil, jauh sebelum
semua ideologi tadi diciptakan dan sebelum diketahui bahwa di sana ada sistem
dakwahnya.
"Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang
beruntung." (Ali Imran: 104)
Akan
tetapi, di
mana gerangan para pemimpin negeri kita ini? Mereka semua telah dididik di
sarang pendidikan asing, mereka telah tunduk kepada pola pikirnya, mereka
demikian antusias rriengikuti jalan hidupnya, dan mereka berlomba menjilat
untuk mendapatkan keridhaannya.
Tidaklah
berlebihan
kiranya jika kami katakan bahwa gagasan-gagasan mandiri dalam mengurus berbagai
persoalan dan aktivitas, tidak lahir dari benak mereka sendiri, apalagi lahir
dari sistem nilainya. Sebenarnya telah kami tawarkan keinginan ini kepada
banyak pemimpin di Mesir. Namun sebagaimana biasa, mereka tidak menyambutnya
dengan antusias dan tidak memberi pengaruh sedikitpun pada aktivitas mereka.
Orang-orang
yang jiwanya,
rumah tangganya serta urusan hidupnya, baikyang pribadi maupun sosial telah
kehilangan ruh Islamnya, tentu tidak mampu mengalirkannya kepada orang lain,
tidak kuasa untuk menyerukan nilai-nilai dakwah yang bertentangan dengan
sasaran yang diseru. Sebuah ungkapan mengatakan, "Orang yang tidak
memiliki sesuatu tidak dapat memberikannya." Memang bukan itu urgensi
keberadaan mereka, wahai Ikhwan. Suatu eksperimen telah membuktikan bahwa
mereka tidak berdaya sama sekali dalam mengemban tugas ini. Oleh karenanya, ini
menjadi tugas generasi baru. Perbaikilah aktivitas dakwahmu kepada mereka,
bersungguhsungguhlah dalam melakukan pembinaan, ajarilah mereka akan
kemandirian jiwa dan hati, kemandirian pemikiran dan penalaran, dan kemandirian
kerja dan jihad. Penuhilah-jiwa mereka yang enerjik dengan keagungan Islam dan
keindahan Qur'an, dan gemblenglah mereka di bawah kibaran panji Muhammad saw
Niscaya tidak lama lagi kalian akan menyaksikan munculnya seorang pemimpin
Islam, yang siap berjuang memerangi aib dirinya dan siap menciptakan
kebahagiaan bagi orang lain.
Karakter
Pola Pikir Kami
Wahai
Ikhwanul Muslimin! Wahai manusia seluruhnya. Kami bukan partai politik, meskipun
politik sebagai salah satu pilar Islam adalah prinsip kami. Kami bukan yayasan
sosial dan perbaikan, meskipun kerja sosial dan perbaikan adalah bagian dari
maksud besar kami. Kami bukan klub olah raga, meskipun olah raga dan olah
rohani menjadi salah satu perangkat terpenting kami. Kami bukan
kelompok-kelompok macam itu semua, karena itu semua diciptakan untuk tujuan
parsial dan terbatas, untuk masa yang terbatas pula. Bahkan terkadang tidak
dibuat kecuali sekedar menuruti perasaan sesaat; ingin membuat organisasi, lalu
dihias dengan berbagai slogan dan sebutan kelembagaan yang muluk-muluk. Namun
wahai sekalian manusia, kami adalah pemikiran dan akidah, hukum dan sistem,
yang tidak dibatasi oleh tema, tidak diikat oleh jenis suku bangsa, dan tidak
berdiri berhadapan dengan batas geografis. Perjalanan kami tidak pernah
berhenti sehingga Allah swt. mewariskan bumi ini dengan segala isinya kepada
kami, karena ia adalah sistem milik Rabb, Penguasa alam semesta, dan ajaran
milik rasul-Nya yang terpercaya. Bukan sombong, kami inilah, wahai sekalian manusia,
pemegang tongkat estafet panji Islam sesudahnya. Kami angkat benderanya
tinggi-tinggi sebagaimana para shahabat mengangkatnya, kami kibarkan dan kami
sebar luaskan ia sebagaimana mereka menyebar luaskannya, kami jaga Qur'annya
sebagaimana mereka menjaganya, dan kami diberi janji kemenangan sebagaimana
mereka diberinya. Kami inilah rahmat Allah urituk seluruh alam. "Dan
sungguh engkau pasti mengetahui beritanya beberapa saat lagi."
Wahai
Ikhwanul Muslimin .. Itulah posisi kalian, janganlah kalian kecilkan arti dirimu, dengan
membanding-bandingkan diri dengan orang lain, janganlah kalian tempuh jalan
bukan Islam dalam dakwahmu, janganlah kalian ukur dakwahmu, yang cahayanya
diambil dari cahaya Allah dan sistemnya dari sistem yang dibawa Rasulullah, dengan
dakwah lain yang munculnya lantaran kebutuhan sesaat dan lalu sirna ditelari
masa dan berbagai peristiwa. Kalian telah berdakwah dan telah pula berjihad.
Dan kalian telah menyaksikan buah dari kesungguhan kalian yang besar ini. Dengarlah,
suara dakwah menggema, menyeru kepada kepemimpinan Rasulullah saw. dan
keunggulan undang-undang Qur'an, menyeru kepada kebangkitan untuk berkarya dan
memurnikan tujuan hanya untuk Allah swt. semata. Lihatlah, darah telah mengalir
di jalan Allah dari para pemuda yang suci dan mulia, dan lihatlah pula semangat
untuk meraih syahadah (mati syahid) di jalan Allah telah berkobar. Ini semua
adalah keberhasilan. Sebuah keberhasilan yang lebih besar dari sekedar apa-apa
yang kalian nantikan. Maka teruskan perjuanganmu, berkaryalah secara nyata,
Allah selalu bersamamu, sedangkan amalmu sekali-kali tidaklah sia-sia.
Barang
siapa
bergabung bersama kami hari ini, ia telah beruntung sebagai pendahulu. Dan
barang siapa masih enggan bersama kami hari ini, padahal ia seorang yang berhati
ikhlas, ia akan bersama kami esok hari. Yang lebih dahulu tentu lebih utama.
Sedangkan barangsiapa yang berpaling dari dakwah kami, baik karena tidak punya
perhatian, atau karena sombong, atau karena meremehkan, atau karena tidak yakin
dengan kemenangannya, maka hari-hari mendatang akan membuktikan bahwa dirinya
salah besar, dan Allah swt. akan melempar kebatilannya dengan kebenaran kami
lalu Dia hancurkan kebatilan itu dan lenyaplah akhirnya. Marilah bersama kami,
marilah bersama kami, wahai para aktifis dakwah dan para mujahid yang ikhlas. Di
sinilah jalan lurus itu, di sini pula arah yang Iempang, maka janganlah kau
bagi-bagi kekuatan dan kesungguhanmu hingga tercecer.
"Dan
sesungguhnya, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu
ikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalanjalan itu mencerai-beraikan kamu
dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah agar kamu
bertaqwa." (Al-An'am: 153)
Post a Comment