Berbuat Baik Kepada Mayit
Amalan Kesebelas
Memberi pengharum pada badan jenazah
serta kain kafannya
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata: 'Rasulallah
shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله r : «إذا أجمرتم الميت فأجمروه ثلاثًا». أخرجه أحمد في المسند
والبيهقي في السنن، انظر: صحيح الجامع (1/113) (278).
Masih
dalam riwayat beliau, dia mengatakan: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قال رسول الله r : «إذا أجمرتم الميت, فأوتروا». صحيح موارد الظمآن إلى
زوائد ابن حبان (1/332) (624).
"Jika kalian memberi wewangian
pada jenazah, maka lakukanlah dengan bilangan ganjil".[2]
Amalan Kedua Belas
Membawa Jenazah dan bersegera, dengan
berjalan kaki
Di riwayatkan dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, ia berkata: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قال رسول
الله r : «أسرعوا بالجنازة, فإن تك صالحة فخير تقدمونها إليه, وإن تكن غير ذلك فشر تضعونه عن رقابكم» [ رواه البخاري ] .
"Bersegeralah kalian di dalam
memanggul jenazah, karena, jika sekiranya dia orang yang sholeh, maka itu
adalah kebaikan yang kalian segerakan baginya, namun, bila dia orang yang
buruk, maka setidaknya kalian telah meletakan kejelekan dari
pundak-pundakmu".[3]
Di
kisahkan dari Abdurahman bin Jusyan, beliau mengatakan: 'Aku pernah menghadiri
jenazahnya Abdurahman bin Samurah, dan para pengiring berjalan disisi kiri
kanan keranda, adapun para lelaki dari anggota keluarga Abdurahman, serta para
pelayannya bergantian membawa keranda tersebut, lalu berjalan dibelakang
mereka. Sambil sesekali mengatakan: 'Pelan-pelan, barokallahu fiikum'. Sehingga akhirnya mereka berjalan dengan
pelan, sampai ketika kami sampai disebuah jalan, kami bertemu dengan Abu Bakar
radhiyallahu 'anhu yang sedang naik di atas seekor bighal.
Tatkala
melihat orang-orang yang sedang membawa jenazah pelan seperti itu, maka beliau
mendekati kami. Lalu mengatakan: 'Demi Allah, sungguh kami pernah membawa
jenazah bersama Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam, dan kami berjalan
sangat cepat, sampai-sampai seperti berlari kecil'. Setelah mendengar hal
tersebut, maka orang-orang berjalan dengan cepat.[4]
Amalan Ketiga Belas
Mengiringi jenazah muslim
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam baersabda:
قال رسول
الله r : «حق المسلم على المسلم ست». قيل: ما هن يا رسول الله! قال: «إذا لقيته فسلم عليه, وإذا دعاك فأجبه, وإذا استنصحك فانصح له, وإذا عطس فحمد الله فشمته, وإذا مرض فعده, وإذا مات فاتبعه». رواه مسلم.
"Hak seorang muslim terhadap
muslim lainnya ada enam perkara'. Di katakan pada beliau, apa saja wahai
Rasulallah? Beliau menjawab: 'Apabila engkau bertemu memberi salam padanya,
bila diundang engkau memenuhinya, jika diminta nasehat engkau menasehatinya,
bila ia bersin dan mengucapkan alhamdulillah engkau mendo'akannya, jika sakit
engkau menjenguknya, dan bila meninggal engkau mengiringi jenazahnya".[5]
Dalam
riwayat lain, dari Bara bin Azib radhiyallahu 'anhu, beliau mengatakan:
'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «من تبع جنازة حتى يصلى عليها, كان له من الأجر قيراط, ومن مشى مع الجنازة حتى تدفن, كان له من الأجر قيراطان. والقيراط مثل أحد» [ رواه النسائي ]
"Barangsiapa yang mengikuti jenazah sampai
menyolatinya, baginya akan mendapat pahala satu qiroth, dan barangsiapa yang
berjalan mengiringi jenazahnya sampai dikubur, baginya akan mendapat pahala dua
qiroth, dan satu qiroth itu (besarnya) seperti gunung Uhud".[6]
Dalam
riwayatnya Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, ia mengatakan: 'Rasulallah shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «عودوا
المرضى,
واتبعوا الجنائز, تذكركم الآخرة» رواه
أبو يعلى في مسنده والبخاري في الأدب المفرد، انظر: السلسلة الصحيحة (4/636)
(1981).
"(Seringlah)
kalian menjenguk orang sakit, dan banyaklah mengiringi jenazah, sesungguhnya
hal tersebut bisa mengingatkan kalian pada akhirat".[7]
Amalan Keempat Belas
Mensholati Mayit
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: 'Bersabda
Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam:
قال رسول الله r : «لا يموت أحد من المسلمين, فيصلي عليه أمة
من المسلمين يبلغوا أن يكونوا مائة فيشفعوا له إلا شفعوا فيه» [رواه
الترمذي]
"Tidaklah
seorang muslim yang meninggal, lalu ada yang menyolatinya dari kalangan kaum
muslimin sejumlah seratus orang, yang mereka memintakan syafa'at padanya,
melainkan pasti jenazah tersebut akan mendapatkan syafa'at".[8]
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau mengatakan: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «ما
من مسلم يموت فيقوم على جنازته أربعون رجلا لا يشركون بالله شيئا إلا شفعوا فيه».[ رواه مسلم ] .
"Tidaklah seorang muslim
meninggal, lalu ada yang ikut menyolati jenazahnya sebanyak empat puluh orang,
yang mereka tidak menyekutukan Allah sedikitpun, melainkan mereka pasti bisa
memberi syafa'at padanya".[9]
Sedangkan riwayat Abu Hurairah, beliau mengatakan dari
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «من صلى عليه مائة من المسلمين غفر له». [ رواه ابن ماجه ] .
"Barangsiapa yang jenazahnya di
sholati sebanyak seratus orang dari kaum muslimin, (pasti) dia akan diampuni
dosa-dosanya".[10]
Masih
dalam riwayatnya Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dia mengatakan: 'Rasulallah
shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «ما من رجل مسلم يموت فيقوم على جنازته
أربعون رجلا لا يشركون بالله شيئا إلا شفعهم الله فيه» [ رواه مسلم ] .
"Tidaklah seseorang yang
meninggal dari kalangan kaum muslimin, lalu ada empat puluh orang yang ikut
mensholati jenazahnya, yang mereka tidak menyekutukan Allah sedikitpun,
melainkan Allah pasti akan memberi syafa'at melalui mereka pada jenazah
tersebut".[11]
Masih dari beliau, ia mengatakan: 'Rasulallah shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «ما من أربعين من مؤمن يشفعون لمؤمن إلا
شفعهم الله». رواه ابن ماجه.
"Tidaklah empat puluh orang dari
kalangan orang yang beriman, yang memintakan syafa'at kepada mukmin lainnya,
melainkan pasti Allah akan memberi permintaan syafa'atnya tersebut".[12]
Amalan Kelima Belas
Mendo'akan Mayit ketika sholat
jenazah
Di
riwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: 'Rasulallah
shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «إذا
صليتم على الجنائز, فأخلصوا لها الدعاء». صحيح
موارد الظمآن لزوائد ابن حبان (1/333) (626).
"Apabila
kalian mensholati jenazah, ikhlaslah kalian di dalam mendo'akan jenazah
itu".[13]
Dari Auf
bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata: 'Aku mendengar Rasulallah shalallahu
'alaihi wa sallam ketika beliau sholat pada jenazah, beliau berdo'a dengan
mengatakan:
«اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه وأكرم نزله ووسع
مدخله واغسله بالماء والثلج والبرد ونقه من الخطايا كما نقيت الثوب الأبيض من
الدنس. وأبدله دارا خيرا من داره, وأهلا خيرا من أهله, وزوجا خيرا من زوجه. وأدخله الجنة, وأعذه من عذاب القبر» [ رواه مسلم ] .
"Ya Allah, ampunilah dirinya,
berikan rahmatMu kepadanya, selamatkan dirinya dan ampuni dosa-dosanya,
muliakan dirinya dan luaskanlah kuburnya. Cucilah dirinya dengan air, es, dan
embun, lalu bersihkanlah dirinya dari segala kesalahan sebagaimana pakaian
putih dibersihkan dari noda. Berikanlah kepadanya tempat tinggal (pengganti)
yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari
keluarganya, istri yang lebih baik dari istrinya, masukan dirinya kedalam
surga, dan peliharalah dirinya dari siksa kubur".[14]
Sedangkan
dalam riwayat Abu Ibrahim al-Anshari dari bapaknya radhiyallahu 'anhuma, beliau
mendengar Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berdo'a ketika sholat jenazah:
«اللهم اغفر لحينا وميتنا وشاهدنا وغائبنا وذكرنا وأنثانا
وصغيرنا وكبيرنا» [رواه
النسائي] .
"Ya Allah, ampunilah orang yang
hidup dan yang mati diantara kami, yang hadir disini dan yang tidak hadir, yang
besar dan yang kecil, yang laki-laki dan perempuan".[15]
Dan ada lagi do'a yang biasa dibaca oleh
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam ketika menyolati jenazah. Diriwayatkan dari
Watsilah bin al-Asqa' radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan bahwa Rasulallah
pernah mengimami sholat jenazah, dan aku mendengar beliau membaca do'a:
«اللهم إن
فلان بن فلان في ذمتك وحبل جوارك فقه من فتنة القبر وعذاب النار وأنت أهل الوفاء
والحمد.
اللهم فاغفر له وارحمه إنك أنت الغفور الرحيم»
[ رواه
أبو داود ]
"Ya Allah, sesungguhnya Fulan
bin Fulan berada dalam tanggunganMu, berada dalam pendampingMu, maka
peliharalah dirinya dari siksa kubur dan siksa neraka. Engkau selalu menunaikan
janji dan Dzat yang layak di puji. Ampunilah dirinya dan berikanlah rahmatMu
kepadanya, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".[16]
Amalan Keenam Belas
Sholat jenazah diatas kubur, bagi
siapa yang tidak menjumpai sholat jenazahnya, dengan catatan waktunya tidak
terlalu lama
Di
riwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulallah shalallahu
'alaihi wa sallam pernah melewati sebuah kubur yang baru saja dimakamkan jenazahnya
semalam. Maka beliau bertanya: 'Kapan jenazahnya dikubur? Semalam, jawab para
sahabat. Beliau mengatakan: 'Kenapa kalian tidak mengabariku? Mereka mengemukan
alasannya: 'Karena kami mengubur pada waktu malam yang gelap gulita, dan kami
tidak senang kalau sampai membangunkan tidurmu.
Maka kemudian beliau berdiri dan kami membikin barisan
shof dibelakangnya untuk menyolati jenazah tersebut.
Ibnu Abbas
mengatakan: 'Dan aku salah seorang yang ada diantara mereka pada saat itu, lalu
kami sholat pada jenazah yang telah dikubur tersebut".[17]
وعن يزيد
بن ثابت وكان أكبر من زيد. قال: خرجنا مع النبي r فلما ورد البقيع. فإذا هو بقبر جديد. فسأل عنه. فقالوا: فلانة.
قال: فعرفها. وقال: «ألا آذنتموني بها» قالوا: كنت قائلا صائما, فكرهنا أن نؤذيك.
قال: «فلا تفعلوا, لا أعرفن ما مات منكم ميت ما
كنت بين أظهركم إلا آذنتموني به, فإن صلاتي عليه له رحمة» ثم أتى القبر, فصفَّنا خلفه, فكبر عليه
أربعا. [رواه ابن ماجه]
Dari Yazid bin Tsabit, dan dia lebih
tua umurnya dari Zaid, dia menceritakan: 'Pada suatu hari kami pernah keluar
bersama Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, manakala sampai di Baqi, kami
melihat ada sebuah makam yang masih baru, maka beliau bertanya siapa
penghuninya. Para sahabat menjawab: 'Fulanah'. Dan beliau mengenalinya, beliau
bertanya: 'Kenapa kalian tidak memberitahuku? Mereka menjawab: 'Pada waktu itu
engkau sedang berpuasa, maka kami tidak senang kalau menganggumu'. Beliau
bersabda: 'Jangan kalian lakukan lagi. Kalau sekiranya ada orang yang meninggal
diantara kalian sedangkan diriku kenal dan ada ditengah-tengah kalian, maka
kabarilah diriku. Sesungguhnya sholatku padanya bisa memberi rahmat".
Kemudian
beliau mendatangi kuburannya, lalu menyuruh kami membikin shof di belakangnya,
lantas beliau sholat dengan empat takbir'.[18]
Dan dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu,
beliau menceritakan: 'Ada seorang perempuan hitam yang biasa membersihkan
masjid Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, kemudian dia meninggal pada malam
hari. Pada keesokan harinya kami mengabarkan kepada Nabi tentang kematiannya.
Maka beliau bertanya: 'Kenapa kalian tidak memberitahuku?
Kemudian
kami keluar bersamanya memberi tahu kubur, lalu berdiri diatas kuburnya, beliau
kemudian bertakbir menyolati dan mendo'akannya, sedangkan para sahabat ikut
sholat dibelakangnya'.[19]
Dan dalam
riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, ia mengatakan: 'Sesungguhnya Nabi
shalallahu 'alaihi wa sallam pernah menyolati jenazah yang telah dikubur
setelah lewat kematiannya tiga hari".[20]
Amalan Ketujuh Belas
Sholat gho'ib terhadap jenazah yang
sama sekali belum disholati
عن أبي
هريرة -رضي الله عنه- قال: نعى لنا رسول الله r النجاشي صاحب
الحبشة اليوم الذي مات فيه. فقال: «استغفروا لأخيكم» [ رواه البخاري ]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: 'Suatu hari Rasulallah
shalallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan pada kami berita tentang kematian
Najasi, penguasa Habasyah pada hari kematiaanya. Maka beliau bersabda kepada
kami: "Mintakanlah ampun kepada Allah terhadap saudara kalian".
Abu
Hurairah menjelaskan bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kami
membikin shof untuk sholat, lalu beliau sholat (ghoib) dengan empat takbir'.[21]
Sedangkan
dalam riwayat Hudzaifah bin Asid radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan, bahwa
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam keluar bersama mereka menuju tempat sholat,
lalu mengatakan pada para sahabatnya: "Sholatlah pada saudara kalian yang
telah meninggal jauh dari negerimu ini". Maka para sahabat bertanya:
'Siapakah dia, wahai Rasulallah? Beliau menjawab: 'Najasi".[22]
Amalan Kedelapan Belas
Menggali kubur untuk mayit serta
berbuat baik padanya
Di
riwayatkan dari Abu Rafi radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulallah shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «من
غسل مسلما فكتم عليه غفر الله له أربعين مرة. ومن حفر له فأجنه أجرى عليه كأجر مسكن
أسكنه إياه إلى يوم القيامة. ومن كفنه كساه الله يوم القيامة من سندس وإستبرق الجنة». أخرجه الحاكم والبيهقي. انظر: أحكام الجنائز،
للألباني ـ ص (51) رقم (30).
"Barangsiapa
yang memandikan jenazah muslim lalu menyembunyikan aibnya, maka Allah akan
mengampuni dirinya sebanyak empat puluh kali. Dan barangsiapa yang menggali
kubur untuk jenazah lalu memakamkannya, maka dia akan diberi pahala seperti
orang yang memberi rumah pada jenazah tersebut kelak pada hari kiamat. Dan
barangsiapa yang mengkafani mayit maka Allah akan memberinya pakaian dari
sundus dan istabarak disurga kelak".[23]
Sedangkan
bentuk perbuatan baik ketika kita mengubur jenazah, bisa dengan beberapa
perkara, diantaranya:
- Hendaknya membikin liang lahat baginya.
Hal itu
berdasarkan sebuah riwayat dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma yang
mengatakan; 'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول
الله r : «اللحد لنا والشق لغيرنا».[ رواه ابن ماجه ].
"Liang
lahat adalah untuk mayit dikalangan kita sedangkan melubangi begitu saja maka
itu untuk selain kita".[24]
Dan yang
dimaksud dengan liang lahat ialah galian yang condong kedalam sebelah kanan
sebagai tempat mayit ketika dimasukan kedalam kubur.[25] Dan didalam hadits ini
menujukan tentang keutamaan untuk membikin liang lahat, dan bukan sebagai
larangan untuk galian yang tidak ada liang lahatnya.[26]
- Hendaknya kubur tersebut dalam dan tidak terlalu sempit.
Seperti
keterangan yang ada dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan dari Hisyam bin Amir
radhiyallahu 'anhu, ia berkata: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قال رسول
الله r : «احفروا وأوسعوا وأحسنوا». [ رواه ابن ماجه ].
"Galilah
kubur (untuk mayat kalian), jangan terlalu sempit dan berbuat baiklah
padanya".[27]
Dan dalam
riwayat yang lain, masih dari beliau, ia mengatakan: 'Rasulallah shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «احفروا, وأعمقوا, وأحسنوا» [ رواه النسائي ].
"Galilah
kubur (untuk mayat kalian), yang dalam dan berbuat baiklah padanya".[28]
- Tidak meninggikan makamnya terlalu berlebihan.
Sebagaimana adanya larangan untuk mendirikan bangunan diatas kubur.
Berdasarkan sebuah hadits dari Abul Hayyaj al-Asadi, dia bercerita: 'Ali bin
Thalib pernah berkata kepadaku: "Maukah engkau aku utus untuk menunaikan
tugas sebagaiman aku dahulu pernah diutus oleh Rasulalla shalallahu 'alaihi wa sallam untuk menunaikannya? Yaitu,
Janganlah engkau membiarkan satu patung pun melainkan engkau menghancurkannya,
dan tidak pula mendapati satu makam yang menonjol[29] melainkan engkan
meratakannya".[30]
Dalam suatu
riwayat, dari Tsumamah bin Syufayy, beliau menceritakan: 'Dahulu kami pernah
bersama Fadholah bin Ubaid radhiyallahu 'anhu, di negeri Romawi -Burdus-,
disana teman kami meninggal, maka Fadholah menyuruh kepada kami agar tidak
meninggikan kuburnya, lantas beliau berhujah sambil mengatakan: 'Aku pernah
mendengar Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk meratakan
makam'.[31]
- Tidak membangun serta memperbagusi makamnya.
Seperti
yang ditegaskan dalam haditsnya Aisyah radhiyallahu 'anha, dari Nabi shalallahu
'alaihi wa sallam, dia bercerita, Rasulallah pernah bersabda ketika beliau
sakit yang menyebabkan kematiannya:
قال رسول
الله r : «لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور
أنبيائهم مسجدا» [ رواه
البخاري ]
"Allah
melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka telah menjadikan kuburan para
Nabinya sebagai tempat ibadah".
Aisyah
mengomentari: 'Kalau seandainya bukan karena takut laknat tersebut, niscaya
kuburan beliau ditempatkan di tempat terbuka, hanya saja beliau takut
kuburannya akan di jadikan sebagai masjid'.[32]
Dan dari
Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam
melarang untuk memperbagusi makam, duduk-duduk di atasnya serta membangun makam
tersebut'.[33]
- Tidak menguburnya di pemakaman orang-orang kafir atau di tempat-tempat kotor yang tidak layak. Sebagaimana kita dilarang untuk berlebih-lebihan didalam pemakamkannya demikian juga kita dilarang untuk menyepelekan jenazahnya.
Amalan Kesembilan Belas
Menurunkan jenazahnya sesuai dengan
sunah Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam
Ada beberapa
amalan sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan manakala kita menurunkan jenazah
ke dalam liang lahat, di antaranya ialah:
1.
Disunahkan
bagi orang yang menurunkan jenazah bukan orang yang malamnya sehabis
berhubungan dengan istrinya.
Hal itu
berdasarkan sebuah hadits, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia
bercerita: 'Kami pernah mengiringi jenazah anak perempuannya Nabi shalallahu
'alaihi wa sallam. Tatkala sampai dipemakaman beliau berdiri disisi kubur, dan
aku melihat kedua mata beliau berlinang. Sambil menanyakan: 'Apakah ada
diantara kalian seseorang yang semalam tidak habis berkumpul bersama istrinya?
Maka Abu Thalhah menyahut, aku ya Rasulallah. Beliau lalu menyuruh untuk turun,
lantas Abu Thalhah turun menerima jenazah tersebut'.[34]
2.
Membaca
do'a.
Do'anya
ialah, seperti dalam haditsnya Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi
shalallahu 'alaihi wa sallam biasanya apabila menurunkan jenazah ke dalam
kubur, beliau terkadang membaca do'a:
«بسم الله وبالله وعلى ملة رسول الله»
"Dengan
menyebut nama Allah dan diatas agama Rasulallah".
Dan terkadang beliau membaca do'a:
« بسم الله والله وعلى سنة رسول الله r » [ رواه الترمذي ] .
"Dengan
menyebut nama Allah dan mengikuti sunah Rasulallah".[35]
Amalan Kedua Puluh
Ikut serta mengubur jenazahnya
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam
pernah menyolati jenazah, kemudian beliau ikut serta mengiringi sampai
dikuburan, lalu ikut bergabung mengubur dengan menaburkan tanah sebanyak tiga
kali di atas kepalanya'.[36]
[1]
. Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya dan al-Baihaqi
dalam Sunannya. Lihat Shahihul Jami' 1/113 no: 278.
[7]
. Dirwayatkan oleh Abu Ya'ala didalam Musnadnya,
dan Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad. Lihat Silsilah ash-Shahihah 4/636 no:
1981.
[8]. Hadits shahih dalam Shahih Sunan
at-Tirmidzi 1/300 no: 821.
[17]. HR Bukhari 1/401 no: 1321.
[23]
. Dikeluarkan al-Hakim dan al-Baihaqi. Lihat dalam kitab Ahkamul
Janaiz karya al-Albani hal: 51 no: 30.
[29]
. Yang dimaksud disini ialah meratakan bangunan yang terlalu
berlebihan diatasnya, sehingga tidak ada pertentangan antara hadits ini dengan
apa yang ditegaskan didalam Sunah mengenai disyari'atkannya peninggian tanah
makam sekitar satu atau dua jengkal, supaya makam tersebut berbeda dengan
tempat lainnya sehingga bisa terpelihara dan tidak diabaikan. Pent. Lihat kitab
Tahdziru Saajid min Itikhad al-Qubur al-Masaajid karya al-Albani hal:100.
Post a Comment