Berbuat Baik Kepada Mayit
Amalan Pertama
Duduk disisi orang yang sedang
Sakaratul maut, guna mengarahkan pada perkara yang baik
Diriwayatkan dari Sa'id bin Musayib dari ayahnya, di
menceritakan:
لما حضرت أبا طالب الوفاة جاءه رسول الله r فوجد عنده أبا جهل وعبد الله بن أبي أمية بن المغيرة. فقال: «أي
عم! قل: لا إله إلا الله كلمة أحاج لك بها عند الله» فقال أبو جهل وعبد الله بن أبي أمية:
أترغب عن ملة عبد المطلب. فلم يزل رسول الله r يعرضها عليه ويعيدانه بتلك المقالة حتى قال أبو طالب آخر ما
كلمهم: على ملة عبد المطلب. وأبى أن يقول: لا إله إلا الله. قال: قال
رسول الله r : «والله لأستغفرن لك ما لم أنه عنك» فأنزل الله: ]مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا
لِلْمُشْرِكِينَ[ [التوبة: 113]
وأنزل الله في أبي طالب فقال لرسول الله r : ]إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي
مَنْ يَشَاءُ[ [القصص: 56].
"Tatkala Abu Thalib sedang
menghadapi sakaratul maut, Nabi shalallahu 'alihi wa sallam datang
menjenguknya, dan beliau mendapati disisi pamannya sudah ada Abu Jahl dan
Abdullah bin Abi Umayyah bin Mughirah. Rasulallah pun berkata pada pamannya:
'Wahai pamanku! Katakan laa ilaha ilallah, sebuah ucapan yang bisa aku jadikan
bukti dihadapan Allah (kelak)'. Maka Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah
menimpali ucapan beliau: 'Apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib?
Namun, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam senantiasa terus mengulang-ulang
kalimat tersebut kepada pamannya, sampai akhir yang diucapkan oleh Abu Thalib
ialah; 'Diatas agamanya Abdul Muthalib'. Dirinya enggan untuk mengucapkan laa
ilaha ilallah.
Begitu
mendengar hal itu Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berkata: 'Demi Allah, aku
pasti akan memintakan ampun untukmu selagi tidak ada larangan untuk itu'. Maka
Allah ta'ala menurunkan ayat:
قال الله تعالى: ] مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ
أَن يَسۡتَغۡفِرُواْ لِلۡمُشۡرِكِينَ [ (سورة التوبة 113)
"Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang
yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik". (QS at-Taubah: 113).
Dan Allah menurunkan ayat berkaitan dengan Abu Thalib
kepada Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam:
قال الله تعالى: ] إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ
ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ [ (سورة القصص 56).
"Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya". (QS al-Qashash: 56).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
كان غلام
يهودي يخدم النبي r فمرض, فأتاه النبي r يعوده, فقعد عند رأسه. فقال له: «أسلم»
فنظر إلى أبيه وهو عنده. فقال له: أطع أبا القاسم. فأسلم, فخرج النبي r وهو يقول: «الحمد
لله الذي أنقذه من النار».
[ رواه البخاري ]
"Adalah seorang anak kecil dari
Yahudi yang menjadi pelayan Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam sakit keras, maka
Nabi datang menjenguknya, lalu duduk disisi kepalanya, sembari mengatakan
padanya: 'Masuk Islamlah'. Kemudian dirinya melihat pada bapaknya yang ada
disisinya (minta persetujuannya), maka ayahnya mengatakan: 'Turuti perintah Abu
Qosim'. Anak kecil tadi lalu masuk Islam, selanjutnya Nabi shalallahu 'alaihi
wa sallam keluar dan beliau bersabda: 'Segala puji bagi Allah, yang telah
menyelamatkan dirinya dari api neraka'. [1]
Amalan Kedua
Berprasangka baik kepada Allah
Masih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu:
أن النبي r دخل على شاب وهو في الموت. فقال: (( كيف تجدك ))
؟ قال:
والله يا رسول الله, إني أرجو الله, وإني أخاف ذنوبي. فقال رسول الله: (( لا يجتمعان في قلب عبد في مثل هذا الموطن, إلا أعطاه
الله ما يرجو, وآمنه مما يخاف))
[ رواه الدارمي و ابن ماجه ]
"Bahwa Nabi shalallahu 'alaihi
wa sallam pernah datang menengok seorang anak muda yang sedang sakit keras,
lalu beliau bertanya kepadanya: 'Bagaimana keadaanmu? Pemuda tersebut menjawab:
'Demi Allah, ya Rasulallah, sungguh aku sangat berharap mendapat (balasan baik)
dari Allah, dan sangat takut terhadap dosa-dosaku'. Maka Rasulallah bersabda:
'Tidak akan berkumpul didalam hati seorang hamba dalam keadaan semisal ini,
melainkan Allah pasti akan memberi apa yang diharapnya serta menjamin rasa aman
terhadap apa yang ditakutinya'.[2]
Abdullah
bin Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan: 'Jika kalian mendatangi seseorang
yang sedang sakaratul maut, berilah kabar gembira untuknya, supaya ia bertemu
dengan Rabbnya sedangkan dirinya berprasangka baik kepadaNya, namun apabila dia
sehat seperti sediakala, ingatkan dirinya supaya merasa takut kepada Rabbnya
azza wa jalla'.
Mu'tamar
bin Sulaiman menceritakan: 'Ayahku pernah berkata menjelang wafatnya; 'Wahai
Mu'tamar, ceritakanlah kepadaku sebuah hadits tentang rahmat Allah, yang
dengannya aku berharap bila mati bisa bertemu denganNya, sedangkan aku
berprasangka baik kepadaNya'.[3]
Dari Jabir
bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: 'Aku pernah mendengar Nabi
shalallahu 'alaihi wa sallam tiga hari sebelum wafatnya, beliau bersabda:
قال النبي r قبل وفاته بثلاثٍ, يقول:
(( لا يموتن
أحدكم إلا وهو يحسن بالله الظن )). [ رواه مسلم ]
"Janganlah salah seorang
diantara kalian meninggal melainkan engkau berprasangka baik kepada
Allah".[4]
Di
kisahkan dari Hayan Abi Nadhar, ia berkata: 'Aku pernah keluar untuk menjenguk
Yazid bin al-Aswad yang sedang sakit, lalu ditengah jalan aku berjumpa dengan
Watsilah bin al-Asqa' yang dirinya juga sama ingin menjenguk Yazid, kemudian
kami pun masuk bersama-sama kepadanya, ketika dia melihat Watsilah datang, maka
dia membentangkan tangannya dan memberi isyarat kepadanya, lalu Watsilah pun
menghampirinya kemudian duduk disebelahnya.
Setelah
berada disebelahnya dia mengambil telapak tangan Watsilah lalu meletakan
diwajahnya, maka Watsilah berkata padanya: 'Bagaimana perasaanmu dengan Allah?
Prasangkaku dengan Allah baik, jawabnya. Kabar gembira untukmu, sesungguhnya
aku mendengar Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله r: قال الله جل وعلا : « أنا عند ظن عبدي بي, إن ظن بي خيرا, وإن ظن شرا, فليظن بي ما شاء » [ صحيح موارد الظمآن إلى زوائد ابن حبان ـ للألباني ] .
"Allah ta'ala berfirman: 'Aku sesuai dengan apa
yang disangka oleh hambaKu, dirinya berprasangka baik atau berprasangka buruk
kepadaKu, maka berprasangka lah kepadaKu sesuai kehendakmu". [5]
Amalan Ketiga
Membersihkan pakaian orang yang
sedang menghadapi kematian
Di
riwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, ketika menjelang beliau
wafat, dirinya meminta baju baru lalu dipakainya, setelah itu kemudian beliau
mengatakan: 'Aku pernah mendengar Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قال رسول
الله r: «الميت يبعث في ثيابه التي يموت فيها» [ رواه أبو داود ]
"Seorang mayit kelak akan dibangkitkan dengan
pakaian yang dulu dikenakan ketika mati". [6]
Amalan Keempat
Mentalqin orang yang sedang sakaratul
maut dengan kalimat syahadah
Dari Abu
Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, dia berkata: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi
wa sallam pernah bersabda:
قال رسول
الله r : «لقنوا موتاكم: لا إله إلا الله». [ رواه مسلم ].
Dari Mu'adz
bin Jabal radhiyallahu 'anhu, ia menceritakan: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
قال رسول الله r : «من كان آخر كلامه لا إله إلا الله عند
الموت دخل الجنة يوما من الدهر. وإن أصابه قبل ذلك ما أصابه» [ صحيح
سنن أبي داود ] .
"Barangsiapa
ucapan terakhir yang dia ucapkan tatkala mati laa ilaha ilallah, maka ia pasti
akan masuk surga satu masa, walaupun sebelumnya dia mendapat apa yang
seharusnya dia dapatkan". [8]
Amalan Kelima
Mendo'akan kebaikan Untuknya
Diriwayatkan
dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, dia mengatakan: 'Rasulallah shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «إذا حضرتم المريض أو الميت, فقولوا خيرا, فإن الملائكة يؤمنون على ما تقولون» [ رواه
مسلم ] .
"Jika kalian menjenguk orang
sakit atau orang yang sedang sakaratul maut, maka katakan oleh kalian ucapan
yang baik, sesungguhnya para malaikat mengucapkan amin terhadap apa yang kalian
ucapkan".[9]
Dari
Syadad bin Aus radhiyallahu 'anhu, dia berkata: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r: «إذا حضرتم موتاكم, فأغمضوا البصر, فإن البصر يتبع الروح, وقولا خيرا, فإن الملائكة تؤمن على ما قال أهل البيت» [ صحيح سنن ابن ماجة ]
"Apabila kalian menghadiri orang meninggal, maka
pejamkanlah matanya, karena pandangan mata mengikuti perginya ruh, lalu ucapan
perkataan yang baik, sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang diucapkan
keluarganya". [10]
Amalan Keenam
Memejamkan mata sang mayit begitu
meninggal
Seperti
hadits diatas, Dari Syadad bin Aus radhiyallahu 'anhu, dia berkata: 'Rasulallah
shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r: «إذا حضرتم موتاكم, فأغمضوا البصر, فإن البصر يتبع الروح »
[ صحيح سنن ابن ماجة ] .
"Apabila kalian menghadiri orang meninggal,
maka pejamkanlah matanya, karena pandangan mata mengikuti perginya ruh ". [11]
Dari Ummu
Salamah radhiyallahu 'anha, dia menceritakan: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa
sallam pernah berkunjung ke Abu Salamah pada saat dicabut ruhnya, dan matanya
terbuka separuh maka beliau memejamkannya, lalu bersabda:
قال رسول
الله r: «إن الروح إذا قبض تبعه البصر» [ رواه مسلم ] .
Selanjutnya langsung mengikat janggutnya supaya mulutnya tidak terbuka,
lalu melemaskan pergelangan tangan, meluruskan badanya, menyatukan kedua
kakinya, serta tangannya, kemudian melepas semua kotoran yang menempel dibadan
atau yang lainnya.
Amalan Ketujuh
Berdo'a untuk mayit ketika memejamkan
matanya
Dari Ummu
Salamah radhiyallahu 'anha, dia menceritkan: ''Rasulallah shalallahu 'alaihi wa
sallam menjenguk ke Abu Salamah pada saat dicabut ruhnya, namun, matanya masih
terbuka separuh maka beliau memejamkannya, lalu mendo'akannya:
قال رسول
الله r: «اللهم اغفر لفلان (باسمه) وارفع درجته في
المهديين, واخلفه في عقبه في الغابرين. واغفر لنا وله يا رب العالمين, وأفسح له في قبره ونور له فيه» [ رواه
مسلم ] .
"Ya Allah, ampunilah si Fulan (sebutkan namanya),
angkatlah derajatnya bersama mereka yang mendapatkan petunjuk. Dan ciptakanlah
pengganti dirinya bagi orang-orang yang ditinggalkannya. Ampunilah dosa kami
dan dosa-dosanya, wahai Rabb sekalian makhluk. Luaskanlah kuburnya dan berilah
cahaya dalam kuburnya".[13]
Amalan Ketujuh
Tidak meratapi kematiannya sehingga
dia tidak diadzab dengan sebab itu
Diriwayatkan dari Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhu dari Nabi
shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
قال رسول
الله r: «الميت يعذب في قبره بما نيح عليه» [ رواه البخاري ].
"Seorang mayit akan diadzab
didalam kuburnya dengan sebab ratapan yang dilakukan oleh keluarganya". [14]
Dan
diriwayatkan dari anaknya Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:
'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «ألا تسمعون, إن الله لا يعذب بدمع العين, ولا بحزن القلب, ولكن يعذب بهذا. وأشار إلى لسانه. أو يرحم, وإن الميت يعذب ببكاء أهله عليه» [ رواه البخاري ] .
"Tidakkah kalian mendengar,
bahwa Allah tidak akan mengadzab mayit dengan sebab linangan air mata
keluarganya, tidak pula sedih hati, akan tetapi dia akan diadzab dengan sebab
ini. lalu beliau mengisyaratkan kepada lisannya, dan ini haram, sesungguhnya
mayit akan diadzab dengan sebab tangisan keluarga padanya". [15]
Dan Umar
radhiyallahu 'anhu memukul orang yang meratapi mayit, melempar dengan kerikil
dan menaburi dengan tanah.
Adapun
Abdullah bin Mubarak mengatakan: 'Aku berharap semoga tatkala dia (orang yang
akan mati) melarang keluarganya untuk tidak meratapi kematiannya, hal tersebut
tidak mengapa bagi dirinya'.[16]
Amalan Kedelapan
Memandikan mayit sambil menutupi
auratnya
Di
riwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: 'Rasulallah
shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال
رسول الله r: «من
غسل ميتا فستره,
ستره الله من الذنوب, ومن كفنه, كساه الله من السندس». أخرجه الطبراني في الكبير.
انظر: السلسلة الصحيحة (5/467) (2353).
"Barangsiapa yang memandikan mayit lalu menutupi auratnya,
maka Allah akan menutupi dosa-dosanya. Dan barangsiapa yang mengkafaninya, maka
Allah akan memberi pakaian dari Sundus".[17]
Dari Abu Rafi' radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r: «من غسل مسلمًا فكتم عليه غفر الله له
أربعين مرة .....» [ أخرجه
الحاكم والبيهقي ] . انظر: أحكام الجنائز للألباني ـ ص (51) رقم (30).
"Barangsiapa yang memandikan
jenazah muslim lalu menyembunyikan aibnya, maka Allah akan mengampuninya
sebanyak empat puluh kali..".[18]
Amalan Kesembilan
Menjaga tubuh mayit dari kerusakan
dan gangguan
Di
riwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: 'Rasulallah shalallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r: «كسر عظم الميت ككسره حيا» [ رواه أبو داود ] .
"Mematahkan tulang mayit sama
seperti halnya mematahkan tulangnya ketika masih hidup". [19]
Haramnya
anggota tubuh seorang muslim ketika sudah meninggal masih sama seperti halnya
ketika dirinya masih hidup, maka tidak boleh menyakiti anggota tubuh mayit,
tidak pula merusak bagian tubuhnya.
Amalan Kesepuluh
Berbuat baik ketika mengkafani
saudaranya muslim
Di
riwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:
'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول
الله r : «إذا
كفن أحدكم أخاه فليحسن كفنه» [رواه مسلم]
"Apabila salah seorang diantara
kalian mengkafani saudaranya, maka perbagusi di dalam mengkafaninya". [20]
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: 'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa
sallam pernah bersabda:
قال رسول
الله r : «خير
ثيابكم البياض,
فكفنوا فيها موتاكم, والبسوها» [رواه ابن ماجة].
"Sebaik-baik
warna pakaian kalian adalah yang warna putih, maka gunakanlah untuk mengkafani
jenazah kalian, dan pakaiankan warna putih tersebut padanya".[21]
Dan dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «إذا ولي أحدكم أخاه فليحسن كفنه, فإنهم يبعثون في أكفانهم, ويتزاورون في أكفانهم». أخرجه الخطيب في
التاريخ، انظر: السلسلة الصحيحة (3/411) (1425).
"Apabila salah seorang diantara
kalian ditugasi untuk mengurusi mayit maka perbagusilah di dalam mengkafaninya,
sesungguhnya kelak mereka akan dibangkitkan dengan kafan-kafannya, dan mereka
akan saling berkunjung dengan kafan yang mereka kenakan".[22]
Dari Abu Rafi' radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
'Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول
الله r : «...ومن كفن ميتا كساه الله من سندس وإستبرق في الجنة...». رواه الحاكم. انظر: صحيح الترغيب والترهيب
(3/368) (3492).
"Barangsiapa
yang mengkafani jenazah, maka Allah akan memberi pakaian dari Sundus dan
Istabarak (sutera lembut) di dalam surga kelak".[23]
[5]
. Hadits Shahih dalam Shahih Mawarid Dhamaan ila zawaaid
Ibni Hibban oleh al-Albani 1/320 no: 594.
[6]
. Hadit Shahih dalam Shahih Abi Dawud 2/602 no: 2671. Sebagian
Ulama dari pakar bahasa mengomentari hadits ini dengan mengatakan: 'Sesungguhnya
yang dimaksud didalam sabda beliau: 'Akan dibangkitkan dengan pakaian tatkala
dirinya dicabut nyawanya', maksudnya: 'Sesuai dengan amalannya'.
Al-Harawi
mengomentari: 'Dan hadits ini serupa dengan hadits yang lain yaitu hadits:
'Seorang hamba kelak akan dibangkitkan sesuai dengan keyakinannya dulu'. Jadi
tidak benar pendapat yang menyatakan bahwa hal itu supaya dipakaikan kain kafan
yang baru, karena mayit baru dikenakan kain kafan setelah kematiannya sedangkan
hadits ini dianjurkan sebelum meninggal'. Selesai perkataan beliau.
Berkata
al-Hafidh Ibnu Hajar: 'Dan perbuatan yang dilakukan oleh Abu Sa'id dan beliau
adalah orang yang meriwayatkan hadits ini menunjukan bahwa makna hadits ini
sesuai dengan dhohirnya, bahwa seorang mayit kelak akan dibangkitkan dengan
pakaian yang dulu dikenakan manakala dicabut ruhnya. Sedangkan dalam hadits
shahih lainnya diterangkan bahwa manusia kelak akan dibangkitkan dari kuburnya
dalam keadaan telanjang tidak berpakaian. Allahu ta'ala a'lam". Lihat
Shahih Targhib wat Tarhib 3/411.
Adapun Imam
al-Baihaqi menjawab hadits ini yang kelihatannya bertentangan dengan hadits yang
menyatakan bahwa manusia kelak akan dibangkitkan dalam keadaan telanjang tidak
beralas kaki dan belum disunat, beliau memberi tiga jawaban:
Pertama:
Bahwa pakain tersebut menjadi lusuh setelah bangkitnya mereka dari alam kubur,
sehingga ketika tiba gilirannya untuk berkumpul di padang Mahsyar mereka sudah
tidak berpakaian lagi, kemudian setelah masuk surga mereka diberi pakaian
surga.
Kedua:
Bahwa apabila para Nabi mengenakan pakaian kemudian para shidiqin kemudian
orang-orang setelah mereka, sesuai dengan kedudukannya, maka hal tersebut
menjadikan pakaian setiap orang sesuai dengan jenis kain tatkala dirinya mati,
kemudian setelah mereka masuk surga lalu dikenakan pakaian surga.
Ketiga:
Bahwa yang dimaksud dengan pakaian disini ialah amal perbuatan, yaitu kelak
akan dibangkitkan sesuai dengan amalan tatkala dirinya meninggal, apakah amal
tersebut baik atau buruk. Hal itu serupa dengan firman Allah ta'ala:
â¨$t7Ï9ur 3uqø)G9$# y7Ï9ºs ×öyz 4
"Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik". (QS
al-A'raaf: 26).
Lihat ucapan dan pendapat ini didalam kitab Bidayah wa
Nihayah karya al-Hafidh Ibnu Katsir 1/253.
[17]
. Dikeluarkan oleh at-Thabarani dalam Mu'jamul Kabir. Lihat
Silsilah ash-Shahihah al-Albani 5/467 no: 2353.
[18]
. Diriwayatkan oleh al-Hakim dan al-Baihaqi. Lihat Ahkamul
Janaiz wa Bid'uha oleh al-Albani hal: 51 no: 30.
[22]
. Dikeluarkan oleh Khatib al-Baghdadi di dalam Tarikhnya. Lihat
Silsilah ash-Shahihah 3/411 no: 1425.
Post a Comment