Agar Amal Kita Diterima
Agar Amal Kita Diterima
Segala
puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalalahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Didalam kitab -Nya
yang mulia Allah Shubhanahu wa ta’ala berfirman
kepada kita semua selaku umat pembawa risalah terakhir:
﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ
خَشۡيَةِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ ٥٧ وَٱلَّذِينَ هُم بَِٔايَٰتِ رَبِّهِمۡ يُؤۡمِنُونَ
٥٨ وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمۡ لَا يُشۡرِكُونَ ٥٩ وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ
وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ ٦٠ أُوْلَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ
فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَهُمۡ لَهَا سَٰبِقُونَ ٦١ ﴾ [المؤمنون:
57-61]
"Sesungguhnya
orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. Dan
orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. Dan orang-orang yang
tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun). Dan orang-orang
yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena
mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka
itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang
segera memperolehnya". (QS al-Mu'minuun: 57-61).
Imam Tirmidzi membawakan sebuah hadits tentang
tafsir ayat ini didalam sunannya yang diriwayatkan sampai pada Aisyah
radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan: "Diriku pernah bertanya kepada
Rasulallah Shalalahu ‘alaihi wa sallam
tentang maksud firman Allah ta'ala:
﴿ وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ
ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ ٦٠ ﴾ [المؤمنون: 60]
"Dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut". (QS
al-Mu'minuun: 60).
Aisyah bertanya: 'Apakah mereka orang-orang yang
dahulunya minum khamr dan mencuri? Maka beliau menjawab:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « لا يا بنت الصديق ولكنهم الذين يصومون
ويصلون ويتصدقون وهم يخافون أن لا يقبل منهم أولئك الذين يسارعون في الخيرات » [أخرجه الترمذي]
"Bukan,
wahai puterinya ash-Shidiq. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa,
sholat dan bersedekah, lalu dibarengi rasa takut sekiranya amalannya tidak
diterima, mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk berlomba-lomba dengan
kebaikkan". HR at-Tirmidzi no: 3175. Dinyatakan shahih oleh al-Albani
dalam shahih at-Tirmidzi 3/79 no: 2537.
Sungguh para sahabat Rasulallah Shalalahu ‘alaihi wa sallam, dengan
ketamakan mereka dalam mengerjakan amal shaleh, selalu saja rasa takut menghampiri
mereka kalau sekiranya amalan yang mereka lakukan gugur sia-sia, mereka takut
amalannya tidak diterima. Hal itu, tentu timbul karena
kedalaman ilmu yang mereka miliki serta keimanan yang begitu kuat. Sampai
kiranya Abdullah bin Mulaikah mengatakan: "Aku telah menjumpai tiga puluh
orang sahabat Nabi lebih dan mereka semua takut sifat nifak dalam dirinya,
dimana tidak ada seorangpun diantara mereka yang mengatakan: 'Sesungguhnya
keimananan saya seperti keimanannya Jibril dan Mikail'.[1]
Abu Darda pernah mengatakan:
"Kalau seandainya aku bisa yakin seratus persen bahwa Allah Shubhanahu wa ta’ala menerima satu sholat saja yang aku kerjakan, maka itu
lebih aku cintai dari pada dunia dan isinya, karena Allah ta'ala telah
berfirman:
﴿ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ ٢٧ ﴾ [المائدة: 27]
"Berkata
Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa". (QS al-Maa'idah: 27). [2]
Sahabat Ali bin Thalib pernah mengatakan:
"Hendaknya kalian menjadi orang yang lebih memperhatikan apakah amalnya
diterima dari hanya sekedar beramal. Tidakkah kalian mendengar firman Allah
tabaraka wa ta'ala:
﴿ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ ٢٧ ﴾ [المائدة: 27]
"Berkata
Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa". (QS al-Maa'idah: 27).
Maksud takwa dalam ayat diatas, sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibnu Athiyah adalah: "Takut perbuatan syirik berdasarkan
kesepakatan ahlu sunah wal jama'ah. Maka barangsiapa yang takut terhadap perbuatan
syirik dia adalah seorang muwahid (yang bertauhid), sehingga amalan
sedekah yang ia lakukan niatnya bisa diterima. Oleh karenanya, keadaan orang
yang takut terhadap perbuatan syirik dan maksiat maka mereka mempunyai
kesempatan terbesar untuk diterima amalannya serta mendapat stempel rahmat dari
Allah Shubhanahu
wa ta’ala, hal tersebut bisa diketahui dari berita-berita
yang telah Allah Shubhanahu wa
ta’ala kabarkan dalam firman -Nya".
[3]
Allah
Shubhanahu wa ta’ala pernah berfirman
dalam kitab suci -Nya:
﴿Ï%©!$# t,n=y{ |NöqyJø9$# no4quptø:$#ur öNä.uqè=ö7uÏ9 ö/ä3r& ß`|¡ômr& WxuKtã 4 uqèdur âÍyèø9$# âqàÿtóø9$# ﴾ [الملك: 2]
"Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (QS al-Mulk:
2).
Fudhail bin Iyadh menjelaskan: "Makna
firman Allah: "Yang lebih baik amalnya". Maksudnya amalan yang
paling ikhlas dan benar. Ikhlas kalau sekiranya untuk Allah Shubhanahu wa ta’ala semata
dan benar jikalau sesuai diatas sunah". [4]
Syarat
diterimanya amal:
Para ulama mengatakan; 'Bahwa amal shaleh tidak
mungkin diterima oleh Allah Shubhanahu
wa ta’ala melainkan bila terpenuhi padanya dua syarat:
Pertama:
Hendaknya amal shaleh tersebut sesuai dengan syari'at yang telah Allah Shubhanahu wa ta’ala tentukan
didalam kitab -Nya, atau sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh Rasul -Nya. Disebutkan dalam
haditsnya Aisyah radhiyallahu 'anha oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Nabi Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Barangsiapa
beramal dengan suatu amalan yang tidak ada dalam dalam urusan (agama) kami maka
ia tertolak". HR Bukhari no: 2697. Muslim no: 1718.
Artinya amalan tanpa pijakan agama tersebut
tertolak, tidak akan diterima oleh Allah ta'ala.
Dalam hadits lain diterangkan kita diperintah
supaya memegangi sunah Nabi Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa sallam,
sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dalam
haditsnya Irbadh bin Sariyah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: 'Nabi Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين
المهديين فتمسكوا بها و عضوا عليها بالنواجذ » [أخرجه أبو داود و الترمذي]
"Wajib
atas kalian untuk berpegang dengan sunahku dan sunahnya para Khulafaur Rasidhin
yang mendapat petunjuk, pegangilah sunah tersebut dan gigitlah dengan gigi
geraham kalian". HR Abu Dawud
no: 4607. at-Tirmidzi no: 2676. Beliau berkata hadits hasan shahih.
Kedua:
Hendaknya amal shaleh tersebut dikerjakan secara ikhlas karena mengharap wajah
Allah Shubhanahu
wa ta’alla. Berdasarkan haditsnya Umar
bin Khatab radhiyallahu 'anhu, dimana Nabi Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا
هَاجَرَ إِلَيْهِ »
[أخرجه البخاري و مسلم]
"Hanyalah
segala amal itu sesuai dengan niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang
mendapat sesuai dengan apa yang diniatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya
kepada Allah dan Rasul -Nya, maka hijrahnya kepada
Allah dan Rasul -Nya. Dan barangsiapa hijrahnya
untuk mencari dunia atau wanita yang ingin dinikahi maka hijrahnya sesuai
dengan apa yang diniatkan". HR Bukhari no: 1. Muslim no: 1907.
Dan yang mendukung serta membenarkan ucapan tadi
adalah firman Allah tabaraka wa ta'ala dalam kitab -Nya:
﴿ قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ
مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ
يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ
رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا ١١٠ ﴾ [الكهف: 110]
"Katakanlah: "Sesungguhnya
aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya". (QS al-Kahfi: 110).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
"Menurut ahlu sunah wal jama'ah amalan akan diterima dari orang yang
bertakwa kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla, dikerjakan ikhlas karena Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
sesuai dengan perintah -Nya. Oleh karena itu,
barangsiapa bertakwa kepada -Nya ketika beramal maka
kemungkinan diterima lebih banyak, walaupun dirinya melakukan perbuatan maksiat
pada tempat lain, dan siapa yang tidak menetapi ketakwaan tatkala beramal maka
peluang tidak diterimanya lebih besar, walaupun disatu sisi dia mentaati Allah Shubhanahu wa ta’alla ".
[5]
Dan Allah ta'ala telah menegaskan kalau
kebaikkan akan menghapus kejelekkan, seperti yang tertera dalam firman -Nya:
﴿ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَيِ
ٱلنَّهَارِ وَزُلَفٗا مِّنَ ٱلَّيۡلِۚ إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّئَِّاتِۚ ١١٤﴾ [ هود: 114]
"Dan
dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk". (QS
Huud: 114).
Kalau sekiranya kebajikan tidak diterima dari
para pelaku kejelekan maka peluang untuk menghapusnya sangat sedikit sekali.
Jangan
remehkan kebaikan sekecil apapun:
Dan tidak sepantasnya bagi
seorang mukmin untuk meremehkan amal shaleh biarpun nilainya sedikit, dimana
Nabi Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa sallam
sudah mewanti-wanti supaya kita jangan sampai berbuat semacam itu. Dalam
sebuah hadits beliau bersabda:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ
شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ » [أخرجه مسلم]
"Janganlah kalian
sekali-kali meremehkan kebajikan sedikitpun, walau hanya sekedar bertemu dengan
saudaranya dengan wajah berseri".
HR Muslim no: 2626.
Dalam
kisah mereka ada teladan:
Karena bisa jadi amal yang ringan ini diterima
oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla, lalu sebagai penyebab
dirinya masuk ke dalam surga. Dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan sebuah
hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad
Shalalahu ‘alaihi wa sallam
pernah menuturkan sebuah kisah:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « بَيْنَمَا كَلْبٌ يُطِيفُ بِرَكِيَّةٍ
كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ إِذْ رَأَتْهُ بَغِيٌّ مِنْ بَغَايَا بَنِي
إِسْرَائِيلَ فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فَسَقَتْهُ فَغُفِرَ لَهَا بِهِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Pernah
ada seekor anjing yang sedang mengelilingi sebuah sumur, hampir-hampir dirinya
mati karena kehausan. Pada waktu itu ada wanita pelacur dikalangan Bani Israil
melihatnya, maka dia turun mengambil air dengan sepatunya, kemudian diberikan
pada anjing tersebut, (dengan) sebab itu dirinya diampuni". HR Bukhari no: 3467. Muslim no: 2245.
Dalam shahih Muslim dibawakan sebuah kisah yang
patut kita camkan baik-baik, dimana Nabi Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan dalam sebuah sabdanya:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلاً يَتَقَلَّبُ فِى
الْجَنَّةِ فِى شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ كَانَتْ تُؤْذِى
النَّاسَ
»
[أخرجه مسلم]
"Sungguh aku pernah
menyaksikan ada seseorang yang
keadaannya tak menentu disurga gara-gara satu
batang pohon yang dulu dia tebang lalu (ia biarkan) menganggu orang lain". HR Muslim no: 1914.
Al-Hafidh Ibnu Hajar memberi petuahnya:
"Seharusnya bagi seseorang untuk tidak meremehkan perkara kebajikkan yang
mendatanginya walaupun sedikit, tidak pula untuk menjauhi
perbuatan jelek biarpun ringan. Karena dirinya tidak mengetahui kebaikkan yang
mana akan mendapat rahmat Allah Shubhanahu wa ta’alla,
demikian juga dirinya tidak tahu amal kejelekkan mana yang mendatangkan murka -Nya". [6]
Bisa jadi sebuah amalan tidak
diterima, biarpun dimata pelakunya sangat besar nilainya, bisa karena faktor
ujub, atau pamer, bangga atas dirinya, atau menyebut-nyebut amalan ditersebut
dimata umum, sehingga faktor-faktor itu menjadi sebab amalannya tertolak. Seperti
salah satu contoh yang Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
sebutkan dalam firman -Nya:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ ٢٦٤ ﴾ [البقرة: 264]
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)". (QS al-Baqarah: 264).
Tembok
penghalang:
Dan penghalang terbesar tidak diterimanya amal
ialah perbuatan syirik. Berdasarkan firman Allah azza wa jalla:
﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ
وَمَاتُواْ وَهُمۡ كُفَّارٞ فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡ أَحَدِهِم مِّلۡءُ ٱلۡأَرۡضِ ذَهَبٗا وَلَوِ ٱفۡتَدَىٰ بِهِۦٓۗ
٩١ ﴾ [ال عمران: 91]
"Sesungguhnya
orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, Maka
tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi,
walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu". (QS
al-Imran: 91).
Sehingga siapapun orangnya yang menyembah Allah Shubhanahu wa ta’alla bukan dengan cara agama Islam
maka tidak akan mungkin amalannya bisa diterima walaupun
jumlah banyak. Seperti yang Allah ta'ala tegaskan dalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ
دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥﴾ [ال عمران: 85]
"Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi". (QS al-Imran: 85).
Sebab
diterimanya amal:
Diantara sebab diterimanya amal adalah do'a.
Allah ta'ala mengkisahkan tentang Nabi -Nya Ibrahim dalam firman -Nya:
﴿ وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٰهِۧمُ
ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ
ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ١٢٧ ﴾ [البقرة: 127]
"Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan
kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS
al-Baqarah: 127).
Salah
satu faktor diterimanya amal adalah beristighfar, sebagaimana dijelaskan dalam
firman -Nya:
﴿ ثُمَّ أَفِيضُواْ مِنۡ حَيۡثُ
أَفَاضَ ٱلنَّاسُ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ١٩٩ ﴾ [البقرة: 199]
"Kemudian
bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan
mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". (QS al-Baqarah: 199).
Adalah kebiasan Nabi
Muhammad Shalallahu
'alaihi wa salalm yang dilakukan setelah usai
dari sholat adalah mengucapkan: 'Astaghfirullah'
(Aku memohon ampunan kepada Allah Shalallahu
'alaihi wa salalm). Sebanyak tiga kali lalu
membaca:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ
السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ » [أخرجه مسلم]
"Ya
Allah, Engkaulah as-Salamm, dari –Mu lah keselamatan itu. Sungguh
Maha Suci Engkau, wahai pemilik Keagungan dan Kemuliaan". HR Muslim no: 591.
Tanda
diterimanya amal shaleh:
Diantara salah satu tanda diterimanya amal
shaleh ialah giat untuk terus melanjutkan dari satu amal kebajikan pada amal
kebajikan yang lainnya. Berkata sebagian salaf: "Kebaikan menyeru
saudaraku, saudaraku. Begitu pula maksiat juga menyeru saudaraku, saudaraku".
Dan yang membenarkan hal tersebut
ialah sabda Nabi Muhammad Shalalahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana riwayat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau
bersabda:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ
يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Wajib
atas kalian untuk jujur, sesungguhnya kejujuran mengantarkan pada kebajikan dan
kebajikan mengantarkan pada surga".
HR Bukhari no: 6094. Muslim no: 2607.
Salah satu tanda yang lain ialah pelakunya
merasa, kalau masih banyak sekali kekurangan dalam beramal dibanding dengan
pemberian Allah Shalallahu 'alaihi wa salalm padanya,
serta taufik -Nya, yang sekiranya kalau Allah Shubhanahu
wa ta’ala tidak menghendaki tentu tidak akan tercapai. Allah Shubhanahu wa ta’ala berfirman:
﴿ يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ
أَسۡلَمُواْۖ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَيَّ إِسۡلَٰمَكُمۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ
أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ١٧ ﴾ [الحجرات: 17]
"Mereka
merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah:
"Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu,
sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu
kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". (QS
al-Hujuraat: 17).
Diantara tanda diterima amalnya ialah seorang
hamba merasakan kelezatan dalam beribadah, senang dan menyukainya. Sebagaimana
yang terjadi pada diri Rasul, bila ingin tenang beliau menyeru:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ » [أخرجه أبو داود]
"Wahai
Bilal, berdirilah jadikan kami tenang dengan sholat". HR Abu Dawud no:
4986. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud 3/941 no:
4171.
Dan
Allah ta'ala telah menyebutkan akan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ
وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ٤٥ ﴾ [البقرة: 45]
"Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (QS al-Baqarah: 45).
Sebagian
ulama mengatakan: "Ringannya untuk mengerjakan ketaatan merupakan dampak
dari kecintaan orang yang taat serta bentuk pengagungannya. Sesungguhnya
penyejuk pandangan mata orang yang mencintai sebagai bentuk ketaatan pada Dzat
yang dicintainya. Didalam hadits disebutkan:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي
الصَّلَاةِ » [أخرجه النسائي]
"Dan
dijadikan sholat sebagai penyejuk pandanganku". HR an-Nasa'i no: 3939.
Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan an-Nasa'i 3/827 no: 3680.
karena didalam sholat ada ketenangan jiwa,
merasa lebih dekat kepada Penciptanya serta kelezatan untuk bermunajat.
Inilah akhir dari kajian kita kali ini, kita
panjatkan segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
pada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment