Memetik Pelajaran Dari al-Qur'an


Memetik Pelajaran Dari al-Qur'an
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Allah tabaraka wa ta'ala berfirman dalam kitab -Nya tentang perilaku orang-orang munafik:

﴿ فَرِحَ ٱلۡمُخَلَّفُونَ بِمَقۡعَدِهِمۡ خِلَٰفَ رَسُولِ ٱللَّهِ وَكَرِهُوٓاْ أَن يُجَٰهِدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَقَالُواْ لَا تَنفِرُواْ فِي ٱلۡحَرِّۗ قُلۡ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرّٗاۚ لَّوۡ كَانُواْ يَفۡقَهُونَ ٨١ فَلۡيَضۡحَكُواْ قَلِيلٗا وَلۡيَبۡكُواْ كَثِيرٗا جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٨٢﴾ [التوبة : 81-82]
"Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui. Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan".  (QS at-Taubah: 81-82).
Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan ayat diatas dalam tafsirnya: "Allah ta'ala berfirman dalam rangka mencela kaum munafikin yang menyelisihi para sahabat Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada peperangan Tabuk. Mereka merasa senang dengan tidak ikutnya ke medan perang setelah kepergian Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dan merasa tidak senang berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan mereka berkata satu sama lain; 'Janganlah kamu berangkat perang dalam panas yang terik ini'. hal itu, karena pada saat terjadinya peperangan Tabuk kondisinya sedang musim panas dan buah-buahan sudah siap panen. Oleh karena itu mereka mengatakan, seperti yang Allah nukil: 'Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Maka Allah mengatakan: 'Katakan pada mereka kalau neraka Jahanam yang disiapkan bagi orang-orang yang menyelisihi perintah -Nya itu lebih panas dari apa yang kalian lari darinya yaitu terik mentari. Bahkan neraka, panasnya lebih panas dari api yang ada didunia, sehingga kalau seandainya mereka mengetahui serta paham tentu mereka lebih memilih untuk ikut berangkat bersama Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dijalan Allah Shubhanahu wa ta’alla walaupun dalam terik panas, agar bisa melindungi mereka dari panasnya neraka Jahanam yang berlipat-lipat.
Akan tetapi mereka, seperti yang dikatakan oleh pepatah: 'Lari dari terik mentari namun masuk panas bara api". [1]
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla melanjutkan firman -Nya:

﴿ فَلۡيَضۡحَكُواْ قَلِيلٗا وَلۡيَبۡكُواْ كَثِيرٗا جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٨٢﴾ [ التوبة : 82]
"Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan".  (QS at-Taubah: 82).

Sahabat Abdullah bin Abbas mengatakan tentang ayat diatas: "Dunia itu sangatlah sedikit, oleh karenanya tertawalah didunia ini semau kalian, dan apabila dunia telah terputus, kemudian semua menghadap Allah azza wa jalla baru mereka sadar serta menangis dengan tangisan yang tidak pernah berhenti". [2]
Pelajaran yang bisa dipetik dari ayat ini:
1.         Sesungguhnya orang-orang munafik pada tiap waktu dan zaman tradisi klasikal mereka ialah menggembosi kaum mukminin untuk berjihad, serta menghalangi ketaatan seringan apapun jenisnya. Dan itu tidaklah mengherankan karena Allah Shubhanahu wa ta’alla sendiri telah mensifati mereka seperti itu didalam banyak ayat -Nya, salah satunya yang tercantum dalam firman -Nya:

﴿ وَلِيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ نَافَقُواْۚ وَقِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ قَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَوِ ٱدۡفَعُواْۖ قَالُواْ لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ هُمۡ لِلۡكُفۡرِ يَوۡمَئِذٍ أَقۡرَبُ مِنۡهُمۡ لِلۡإِيمَٰنِۚ ١٦٧  ﴾ [آل عمران : 167]
"Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan".  (QS al-Imraan: 167).

Terus dilanjutkan dengan firman -Nya:

﴿ ٱلَّذِينَ قَالُواْ لِإِخۡوَٰنِهِمۡ وَقَعَدُواْ لَوۡ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُواْۗ قُلۡ فَٱدۡرَءُواْ عَنۡ أَنفُسِكُمُ ٱلۡمَوۡتَ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ١٦٨ ﴾ [ آل عمران : 168]
"Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar".  (QS at-Taubah: 168).

2.         Didalam ayat ini, Allah ta'ala mencela orang-orang munafik bukan karena sebab mereka mangkir tidak ikut berangkat perang saja, namun karena mereka juga merasa senang dengan mangkirnya itu, sebab merasa senang didalam mengerjakan maksiat merupakan perbuatan dosa yang sangat besar. 
3.         Dalam ayat juga disebutkan, bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla mendahulukan dalam rangkaian jihad, dengan menggunakan harta lebih dahulu daripada jihad dengan jiwa. Ini, juga sama persis seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain, Allah ta'ala berfirman:

﴿ ٱنفِرُواْ خِفَافٗا وَثِقَالٗا وَجَٰهِدُواْ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٤١﴾ [ التوبة: 41]

"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui".  (QS at-Taubah: 41).

Para ulama menjelaskan: 'Hal itu dikarenakan pentingnya kedudukan harta didalam membantu proses kelajuan jihad, karena tidak mungkin sebuah jihad bisa berjalan tanpa ditunjang oleh harta".
4.         Ayat mulia diatas menunjukan bahwa orang yang fakih (paham) ialah orang yang berusaha untuk melindungi dirinya dari siksa besar dari pada enggan tersentuh kepayahan yang ringan. Dan orang-orang munafik manakala miskin pemahaman maka menjadikan pola pikirnya juga kebalik, justru mereka menghindari dari terik panas mentari akan tetapi hal itu malah mengantarkan pada panas api Jahanam. Dalam sebuah ayat, ada yang semakna dengan kasus diatas, yaitu firman Allah ta'ala:

﴿ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ فَإِذَآ أُوذِيَ فِي ٱللَّهِ جَعَلَ فِتۡنَةَ ٱلنَّاسِ كَعَذَابِ ٱللَّهِۖ ١٠﴾ [ العنكبوت : 10]
"Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah".  (QS al-Ankabut: 10).

Untuk bisa menggambarkan bagaimana panasnya api neraka Jahanam dibanding dengan panas api yang kita kenal didunia, dijelaskan dalam sebuah hadits, bahwa panasnya api neraka itu berlipat-lipat kali panasnya dengan api dunia. Hal itu sebagaimana diterangkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, kalau Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِى يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ ». قَالُوا وَاللَّهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « فَإِنَّهَا فُضِّلَتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهَا مِثْلُ حَرِّهَا » [أخرجه البخاري و مسلم[
"Apinya kalian ini yang biasa digunakan oleh anak Adam, itu bagian dari tujuh puluh cabang dari panasnya Jahanam". Maka para sahabat mengatakan: 'Ya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, demi Allah, api yang biasa kita gunakan saja sudah cukup panasnya'. Beliau meneruskan: "Sesungguhnya api neraka itu dilebihkan enam puluh sembilan cabang  lebih, dan semua panasnya dalam ukuran yang sama". HR Bukhari no: 3265. Muslim no: 2843.

5.         Diantara orang-orang kafir serta ahli maksiat ada yang merasa bangga manakala mereka sukses didalam menjalankan perbuatan maksiatnya, dengan tertawa dan bersenang-senang. Namun, tertawanya ini kelak pada hari kiamat akan berganti dengan tangisan serta kerugian.
Dijelaskan dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Qois radhiyallahu 'anhu, kalau Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن أهل النار ليبكون حتى لو أجريت السفن في دموعهم لجرت و أنهم ليبكون الدم - يعني مكان الدمع- » [أخرجه الحاكم [
"Sesungguhnya penduduk neraka kelak mereka akan menangis meraung-raung, sampai kiranya kalau ada kapal yang melintas diatas air matanya tentu bisa berjalan. Dan air mata yang keluar adalah darah". HR al-Hakim dalam Mustadraknya 5/831 no: 8827. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 1679.

Akhirkan kita tutup kajian kita dengan mengucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla senantiasa curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, pada keluarga beliau dan para sahabatnya.












[1] .Tafsir Ibnu Katsir 7/252.
[2] . Tafsir Ibnu Katsir 7/255.

Tidak ada komentar