Berpegang Teguh Dengan al-Qur'an Dan as-Sunnah
Berpegang Teguh Dengan al-Qur'an Dan as-Sunnah
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai
bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa
sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Allah azza wa jalla telah menyebutkan didalam firman -Nya:
﴿ وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ ١٠٣ ﴾ [ ال عمران:
103 ]
"Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai". (QS al-Imran: 103).
Al-hafidh Ibnu Katsir menjelaskan: "Maksud firman
Allah Shubhanahu wa
ta’alla: "Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali Allah". Ada yang mengartikan maksud tali
Allah Shubhanahu wa ta’alla ialah dengan mengesakan -Nya. Ada lagi yang mengatakan maksudnya berpegang pada
al-Qur'aIbnu Abbas radhiyallahu 'anhu menafsirkan: 'Berpegang teguhlah kalian
dengan agama Allah Shubhanahu
wa ta’alla'. Sedang Ibnu Mas'ud
mengatakan: "Yang dimaksud ialah al-Jama'ah". [1] Adapun makna firman Allah
ta'ala: "Dan janganlah kamu bercerai berai". Artinya Allah Shubhanahu wa ta’alla'menyuruh
mereka supaya berjama'ah dan melarang untuk bercerai berai.
Kalau kita cermati, akan kita jumpai ada begitu banyak
nash yang melarang kita untuk bercerai berai dan perintah untuk selalu
berkumpul dan bersatu. Diantaranya Allah ta'ala menyindir orang-orang yang
berpecah belah dengan mengatakan:
﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعٗا لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ فِي شَيۡءٍۚ
١٥٩﴾ [ الأنعام: 159 ]
"Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agama -Nya
dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada
mereka". (QS al-An'am: 159).
Dalam shahih Muslim
dibawakan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
"Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا
وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ» [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya Allah meridhoi kalian tiga
perkara dan membenci kalian tiga perkara pula; Allah meridhoi kalian bila
kalian menyembah -Nya dengan tidak
menyekutukan dengan -Nya sesuatu apapun.
Berpegang tegung kepada tali Allah dan tidak berpecah belah. Dan membenci
kalian berkata sia-sia, banyak bertanya dan membuang-buang harta". HR Muslim no: 1715.
Dan
yang dimaksud untuk berpegang teguh dengan al-Qur'an dan Sunah ialah berpegang
teguh dengan keduanya sesuai dengan pemahaman para salaf sholeh yaitu para
sahabat dan tabi'in yang mengikuti mereka dengan baik serta para imam kaum
muslimin. Sebagaimana di peringatkan dengan tegas oleh Allah ta'ala melalui
firman -Nya:
﴿ وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ
وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ
وَسَآءَتۡ مَصِيرًا ١١٥ ﴾ [ النساء: 115 ]
"Dan barangsiapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali". (QS an-Nisaa': 115).
Adapun akan adanya perpecahan di dalam tubuh umat maka
jauh-jauh hari telah diperingatkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih yang dikeluarkan
oleh Imam Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة, وافترقت
النصارى على ثنتين وسبعين فرقة؛ وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة كلها في النار
الا واحدة. قيل: من هم يا رسورل الله؟ قال: ما أنا عليه وأصحابي » [أخرجه أحمد والترمذي و ابن ماجه]
"Orang-orang Yahudi telah berpecah belah
menjadi tujuh puluh satu golongan, dan orang Nashrani telah berpecah belah
menjadi tujuh puluh dua kelompok, dan akan berpecah belah pada umat ini menjadi
tujuh puluh tiga kelompok, seluruhnya akan masuk ke dalam neraka kecuali
satu". Ditanyakan pada beliau: "Siapakah mereka itu, wahai
Rasulallah? Beliau menjelaskan: "Orang-orang yang menempuh agamanya
seperti yang aku dan para sahabatku jalani saat ini". HR
Ahmad 14/142 no: 8396. at-Tirmidzi no: 2641. Ibnu Majah no: 3992. Dinyatakan
shahih oleh al-Bushairi dan al-Albani dalam ash-Shahihah no: 203, 204, dan
1492.
Sahabat
Abdullah bin Mas'ud memberikan petuahnya: "Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla
memperhatikan hati-hati para hamba -Nya, maka di dapati hati Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan
hati terbaik yang ada di kalangan para hamba, sehingga Allah Shubhanahu wa ta’alla
memilih untuk diri -Nya lalu
mengutus untuk mengemban risalah. Kemudian Allah Shubhanahu
wa ta’alla memperhatikan hati para hamba setelah hati
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
maka di dapati hati-hati para sahabat yang terbaik di antara hati para hamba
yang lainnya. Sehingga Allah Shubhanahu wa
ta’alla menjadikan mereka sebagai pembantu nabi -Nya yang
rela berkorban demi tegak agama -Nya".[2]
Dalam
kesempatan lain beliau menegaskan: "Barangsiapa di antara kalian yang
ingin mengambil suri tauladan, hendaknya kalian menjadikan orang yang telah
meninggal, sebab orang yang masih hidup tidak selamat dari fitnah yang menimpa.
Mereka itu adalah para sahabat nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam, generasi terbaik yang pernah
ada di umat ini, yang paling suci hatinya, paling dalam keilmuannya, dan paling
ringan dalam pembebanan diri. Allah ta'ala memilih mereka untuk menemani nabi -Nya, dan untuk menegakan agama -Nya. Maka ketahuilah oleh kalian akan keutamaan mereka
lalu ikutilah jejak mereka dan berpegang teguhlah dengannya semampu kalian,
mulai dari akhlak dan perjalanan hidupnya, karena sesungguhnya mereka berada
diatas petunjuk dan jalan yang lurus". [3]
Ada begitu banyak ayat dan hadits yang menyuruh dan
mendorong kita untuk berpegang teguh dengan al-Qur'an dan Sunah. Diantaranya
ialah firman Allah ta'ala:
﴿ٱتَّبِعُواْ
مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَۗ
قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ ٣ ﴾ [ الأعراف: 3 ]
"Ikutilah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin
selain -Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya)". (QS al-A'raaf: 3).
Dalam ayat lain Allah ta'ala juga menyuruh kita untuk
berpegang dengan al-Qur'an dan sunah, Allah ta'ala berfirman:
﴿ فَٱسۡتَمۡسِكۡ بِٱلَّذِيٓ أُوحِيَ إِلَيۡكَۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ
٤٣ ﴾ [ الزخرف: 43 ]
"Maka berpegang teguhlah
kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di
atas jalan yang lurus". (QS
az-Zukhruf: 43).
Allah
Shubhanahu wa ta’alla juga menyinggung hal tersebut dalam firman -Nya:
﴿ ثُمَّ جَعَلۡنَٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ فَٱتَّبِعۡهَا وَلَا
تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ ١٨ ﴾ [ الجاثية: 18 ]
"Kemudian Kami jadikan kamu
berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah
syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui". (QS al-Jaatsiyah: 18).
Dengan berpegang teguh dengan al-Qur'an dan Sunah bisa
menjadi penjaga seorang hamba dari kesesatan dan sebagai petunjuk kebenaran
baginya. Seperti yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dan al-Hakim dari Jabir
bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan: "Bahwa Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ
تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَة نَبِيهِ » [أخرجه
مسلم والحاكم]
"Sungguh telah aku tinggalkan pada kalian
sesuatu yang tidak akan menjadikan kalian tersesat selagi kalian berpegang
teguh denganya yaitu al-Qur'an dan Sunah nabiNya". HR
Muslim no: 1218.
Dalam redaksinya al-Hakim dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu
'alaihi wa salalm bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إني قد تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما :
كتاب الله و سنتي » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya telah
aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang tidak akan tersesat selagi (kalian)
berpegang teguh dengan keduanya yaitu al-Qur'an dan sunahku". HR al-Hakim
1/284. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahihul Jami' no: 2937.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan:
"Bagi setiap muslim untuk tidak bicara tentang permasalahan agama kecuali
bila sesuai dengan apa yang di bawa oleh Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak mencoba untuk berbicara tanpa
didasari dengan ilmu, namun, perhatikan apa yang beliau ucapkan, sehingga
ucapannya bisa sejalan dengan apa yang beliau ucapkan, dan amalnya mengikuti
perintahnya.
Itulah yang dilakukan oleh para sahabat serta
orang-orang yang mengikuti metode mereka, dari kalangan para tabi'in, yang
mengikuti mereka dengan baik, dari para imam kaum muslimin. Sehingga kita
dapati tidak ada seorangpun diantara mereka yang pendapatnya bertabrakan dengan
dalil. Tidak pula membikin agama baru selain yang dibawa oleh Rasulallah Shalallahu
‘alaihhi wa sallam. Maka bagi siapa saja yang
ingin mengetahui tentang agama serta isinya, hendaknya melihat pada ucapan
Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya.
Darinya ia mempelajari agama dan dengannya dia berbicara, mengkaji dan
merenungi, serta mengambil cahaya. Inilah pokok aqidah ahlu sunah". [4]
Barangsiapa yang mau berpegang teguh dengan agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam pada saat itu dan para sahabatnya dan sunahnya para
khulafaur rasyidin, dirinya akan dijamin dari kesesatan. Berdasarkan hadits
yang dibawakan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dari Irbadh bin Sariyah radhiyallahu
'anhu, beliau menceritakan: "Pada
suatu hari Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam sholat bersama kami, setelah usai beliau kemudian
menghadap kepada kami lalu memberi wejangan yang sangat mendalam sehingga
membuat mata menangis dan membikin hati merasa takut. Lalu ada seorang sahabat yang berkata: "Wahai
Rasulallah, seakan-akan ini wejangan orang yang akan pergi, berilah kami
nasehat? Beliau lalu bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ
وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ
يَرَى بَعْدِي اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ
كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ » [أخرجه الترمذي وأبو داود]
"Aku wasiatkan pada
kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (pada pemimpin) walaupun
seorang budak Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang hidup
sesudahku, dirinya akan menjumpai perselisihan yang banyak, maka wajib atas
kalian berpegang dengan sunahku dan sunah para khulafaur rasyidin yang mendapat
pentunjuk. Berpegang teguhlah dengannya, gigitlah dengan gigi geraham.
Hati-hati kalian dari perkara yang baru dalam agama, sesungguhnya setiap
perkara baru (dalam agama) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat".
HR Abu Dawud no: 4607. at-Tirmidzi no: 2676. Beliau berkata hadits hasan
shahih.
Dalam hadits lain yang dibawakan oleh Imam Ahmad dari
Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma, beliau mengatakan: "Bahwa Umar
bin Khatab pernah datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sambil membawa lembaran yang berisi
Injil dari ahli kitab. Lantas dirinya membacanya dihadapan beliau, maka Nabi
langsung murka dan bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ
الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ
نَقِيَّةً لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا
بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ
مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ
يَتَّبِعَنِيِ
»
[أخرجه أحمد]
"Apalagi yang engkau
butuhkan wahai Ibnu Khatab?! Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan -Nya. Sungguh aku telah datang
pada kalian dengan membawa perkara yang jelas terang benderang. Janganlah
kalian bertanya pada mereka (ahli kitab) tentang sesuatu, yang bisa jadi mereka
mengabarkan kebenaran lantas kalian mendustakannya, atau mengabarkan kebathilan
lantas kalian membenarkannya. Demi Allah, kalau seandainya
Musa hidup ditengah-tengah kalian, maka tidak ada pilihan lain baginya kecuali
harus mengikutiku". HR Ahmad 23/349 no:
15156. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam al-Irwa 6/34 no: 1589.
Sebagaimana
telah maklum bahwa Nabi Allah,
Isa 'alaihi sallam, tatkala turun diakhir zaman nanti beliau tidak akan membawa
syari'at baru, namun, beliau akan berhukum dengan syari'atnya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Hal itu
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu. Beliau
berkata: "Rasulallah Shalallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ
أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ
وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا
يَقْبَلَهُ أَحَدٌ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Demi Dzat yang jiwaku
berada ditangan -Nya. Benar-benar akan turun
atas kalian anak Maryam (Isa) lalu menghukumi kalian dengan adil. Menghancurkan
salib, membunuh babi, dan menghapus jizyah (upeti), pada saat itu harta
melimpah sehingga tidak ada orang yang mau menerima sedekah".
HR Bukhari no: 3448. Muslim no: 155.
Imam
Nawawi berkata ketika menjabarkan hadits diatas: "Adapun sabdanya: "Akan
menghapus jizyah". Yang benar makna hadits ini adalah bahwasannya
beliau tidak mau meneriman jizyah, dan tidak mau menerima dari orang-orang
kecuali ke Islaman mereka. Dan bagi siapapun diantara mereka yang hanya
membayar upeti maka itu belum dirasa cukup, karena yang beliau inginkan
hanyalah keislaman mereka atau bila enggan mereka berhak untuk diperangi.
Demikianlah pendapatnya Imam Abu Sulaiman al-Khatabi dan selain beliau dari
kalangan para ulama". [5]
Berkata Imam Malik: "Tidak akan baik akhir
perkara umat ini kecuali dengan mencontoh kebaikan yang ada pada generasi
pertama. Dan yang menjadikan baik perkara generasi pertama ialah al-Qur'an dan
sunah Nabi -Nya. Diriwayatkan
oleh hath-Thabari didalam Mu'jamul Kabir sebuah hadits dari Abdullah bin Mas'ud
radhiyallahu 'anhu: "Bahwasannya beliau pernah melewati sekelompok orang
yang sedang berada di dalam masjid sedang menunggu waktu sholat dengan membikin
halaqah. Pada halaqah tersebut
masing-masing orang memegang kerikil ditangannya, lalu ada yang memimpin yang
mengatakan pada mereka: 'Bertasbihlah kalian seratus kali, lantas merekapun
bertasbih sebanyak bilangan tadi. Lalu dilanjutkan: "Bertakbirlah kalian
seratus kali', mereka pun melakukannya. Kemudian ia berkata lagi: 'Bertahlillah
seratus kali', mereka pun bertahlil sebanyak itu.
Maka beliau menyeru kepada mereka: "Hitunglah
keburukan kalian, maka saya menjamin tidak akan tersisa sedikitpun dari
kebaikan kalian. Duhai celaka kalian wahai umat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, betapa cepatnya kalian binasa! Lihat
disana masih banyak para sahabat Nabi, dan ini pakaian beliau saja belum rusak
bejananya juga belum pada pecah. Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan -Nya. Bisa jadi kalian berada diatas agama yang lebih
memperoleh petunjuk dibanding agamanya Muhamamd Shalallahu ‘alaihi wa sallam, atau kalian sedang membuka pintu kesesatan?
Mereka memberi alasan: "Demi Allah, wahai Abu
Abdirahman, tidak ada yang kami inginkan kecuali kebaikan! Beliau berkata
tegas: "Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun dirinya
tidak memperolehnya".[6]
Ketika
membaca firman Allah tabaraka wa ta'ala dalam surat al-Imran ini:
﴿ يَوۡمَ تَبۡيَضُّ وُجُوهٞ وَتَسۡوَدُّ وُجُوهٞۚ ١٠٦ ﴾ [ ال عمران:
106]
"Pada hari yang di waktu itu
ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram". (QS al-Imran: 106).
Sahabat
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan: "Yakni pada hari diwaktu itu
ada muka yang putih berseri yaitu ahlu sunah wal jama'ah. Dan ada pula muka
yang hitam muram yaitu ahli bid'ah dan firqah".[7]
Faidah
manakala kita berpegang teguh dengan al-Qur'an dan Sunah:
1.
Dengan berpegang teguh pada
al-Qur'an dan Sunah akan menyelamatkan seorang hamba dari fitnah kesesatan.
2.
Dengan berpegan teguh pada
al-Qur'an dan Sunah seorang hamba akan terjaga dari terjerumus kedalam syahwat
yang haram.
3.
Dengan berpegang teguh pada
al-Qur'an dan Sunah akan mengantarkan pada kejayaan umat dan kemuliaan.
4.
Dengan berpegang teguh pada
al-Qur'an dan Sunah tipu daya dan pintu-pintu setan akan terbongkar.
5.
Dengan berpegang teguh pada
al-Qur'an dan Sunah sebagai bukti akan kewarasan otaknya serta lurus fitrahnya.
6.
Dengan berpegang teguh pada
al-Qur'an dan Sunah akan membuahkan ketenangan serta ketentraman hati.
7.
Dengan berpegang teguh pada
al-Qur'an dan Sunah sebagai benteng untuk terjatuh dalam perbuatan bid'ad dan
perkara baru dalam agama.
Akhirnya kita ucapkan
segala puji bagi Allah Shubhanahu
wa ta’alla Rabb semesta alam.
Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu
wa ta’alla curahkan kepada Nabi
kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam, kepada keluarga
beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment