Kisah Perang Badar
Kisah
Perang Badar
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta
keluarga dan seluruh sahabatnya.
Ketika Rasullulah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan
pasukannya sampai di dekat Safra` (suatu daerah di dekat Badar); beliau
mengutus Basbas dan Ady bin Abi Zaghba` ke Badar. Keduanya disuruh mencari
informasi tentang Abu Sufyan dan rombongan dagangnya. Dalam riwayat lainnya
disebutkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu juga
keluar untuk tujuan ini. Keduanya bertemu dengan seseorang yang sudah tua.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya
kepadanya tentang pasukan Quraisy. Orang tua itu mau menjawab asalkan mereka
berdua memberitahu dari mana asal mereka? Keduanya setuju. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memintanya
agar bercerita lebih dahulu. Orang itu menjelaskan bahwa ia mendengar berita
tentang Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam dan para Sahabatnya telah berangkat pada hari ini. Jika si pembawa
berita itu benar, berarti mereka sekarang sudah sampai di tempat ini. Dan jika
si pembawa berita tentang pasukan Quraisy juga jujur, berarti mereka sekarang
berada di tempat ini.
Setelah menyelesaikan
ceritanya, orang itu bertanya: “Dari mana kalian berdua?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Kami berasal dari air”. Kemudian keduanya meninggalkan orang tua itu yang
masih bertanya : “Dari air? Apakah dari air Irak?” Sore harinya, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Ali, Zubair, dan Sa`ad Bin Abi Waqqash
Radhiyallahu anhum beserta sekelompok Sahabat lainnya untuk mengumpulkan
data-data tentang musuh. Di sekitar sumur Badar, rombongan ini menemukan dua
orang yang bertugas mengambil air untuk pasukan Mekkah. Mereka membawa dua orang
ini ke Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam yang saat itu sedang shalat. Lantas mereka mulai mengorek keterangan
dari keduanya.
Dua orang ini mengakui bahwa
mereka pemberi minum pada pasukan Mekkah. Namun, para Sahabat tidak mempercayai
mereka. Para Sahabat mengira keduanya adalah anak buah Abu Sufyan. Lalu mereka
memukuli keduanya hingga mau mengaku bahwa mereka anak buah Abu Sufyan. Ketika
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam selesai
shalat, beliau mengingatkan para Sahabatnya, karena mereka telah memukul keduanya saat
jujur dan membiarkan mereka saat berdusta. Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya
kepada keduanya tentang posisi pasukan Mekah. Mereka menjawab: “Mereka di belakang
bukit di Udwatul Qushwa.”
Kemudian beliau bertanya
tentang jumlah pasukan Mekah. Akan tetapi, dua orang ini tidak bisa menyebutkan
jumlah pastinya, namun keduanya menyebutkan jumlah unta yang mereka sembelih
setiap harinya, yaitu antara 9 sampai 10. Dari sini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyimpulkan
bahwa jumlah mereka antara 900 - 1000 pasukan. Dua orang ini juga menyebutkan
bahwa di antara pasukan itu ada beberapa tokoh Mekkah.
Dalam kitab Rahiqul Makhtum
disebutkan, Beliau bertanya dua orang ini, “Siapa sajakah pemuka Quraisy yang
ikut?” Mereka menjawab, “Utbah dan Syaibah, keduanya anak Rabi`ah, Abul Bakhtari bin Hisyam,
Hakim bin Hizam, Naufal bin Khuwailid, al-Harits bin Amir, Thaimah bin Adi, an-Nadhr bin
Harits, Zam`ah bin al-Aswad, Abu Jahl bin Hisyam, Umayah bin Khalaf dan
lainnya.” Rasululllah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam pun berkata kepada para Sahabatnya: “Mekah telah mencampakkan
para tokohnya ke hadapan kalian.”Lalu Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan
beberapa tempat yang akan menjadi tempat tewasnya beberapa tokoh Quraisy.
Malam itu Allah Azza wa Jalla
menurunkan hujan untuk mensucikan kaum Muslimin dan meneguhkan telapak kaki
mereka di atas bumi. Allah Azza wa Jalla jadikan hujan tersebut sebagai bencana
yang besar bagi kaum Musyrikin. Tentang ini Allah Azza wa Jalla berfirman :
قال الله تعالى: ﴿وَيُنَزِّلُ
عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ
رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ
الْأَقْدَامَ﴾ [ الأنفال : 11]
Dan Allah
menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu
dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu
dan memperteguh dengannya telapak kaki (mu) [al-Anfal/8:11]
Di antara nikmat Allah Azza wa Jalla kepada kaum Muslimin saat itu adalah Allah Azza wa Jalla menjadikan para Sahabat mengantuk sebagai penenteram jiwa. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam membawa pasukannya mendekati mata air Badar mendahului orang-orang Musyrik agar musuh tidak bisa menguasai mata air.
Saat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah
menentukan satu posisi, al-Habab bin Mundzir Radhiyallahu anhu mengeluarkan
pendapatnya, “Wahai Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam, bagaimanakah pendapat anda tentang posisi ini? Apakah
posisi ini diwahyukan oleh Allah Azza wa Jalla sehingga kita tidak boleh maju
atau mundur? Ataukah ini hanya pendapat, siasat dan taktik perang saja”? Beliau
menjawab: “Ini hanya pendapat, siasat dan taktik perang saja.” al-Habab
Radhiyallahu anhu mengatakan: “Wahai Rasulullah, posisi ini kurang tepat,
bawalah orang-orang ini ke sumur yang paling dekat dengan posisi musuh. kita
kuasai sumur itu lalu yang lainnya kita rusak. Kita membuat telaga besar lalu
kita penuhi air. Kemudian baru kita perangi mereka, kita bisa minum sementara
mereka tidak bisa.” Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepada al-Habab Radhiyallahu anhu, “Engkau telah
menyampaikan pendapat yang jitu.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyetujuinya dan melakukannya.
Ketika sudah menguasai tempat
yang ditunjukkan oleh al-Habbab, Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam dibuatkan `arisy (tenda) oleh para Sahabat sebagai tempat
beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam bermunajat
kepada Allah Azza wa Jalla dan memantau jalannya peperangan.
Dari beberapa nash tentang
perang Badar dapat dipahami bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ikut serta dalam perang. Beliau tidak terus-menerus di dalam tendanya
atau tidak terus-menerus berdoa. Di antara kisah yang membuktikannya adalah
ucapan Ali Radhiyallahu anhu, “Aku memperhatikan diri kami pada saat Badar.
Saat itu, kami berlindung dengan Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau adalah orang yang paling dekat dengan musuh dan
orang yang paling berat tanggung jawabnya.” Dalam riwayat lain diceritakan,
“Ketika peperangan sudah berkecamuk, kami berlindung dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
adalah orang yang paling menderita. Tidak ada seorang pun yang lebih dekat
posisinya dengan orang Musyrik dibandingkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam”
Di antara buktinya juga,
sabda Beliau kepada para Sahabatnya saat
perang Badar, “Janganlah sekali-kali ada salah seorang di antara kalian yang
maju kepada sesuatu, sampai aku berada di dekat sesuatu itu.” Ibnu Katsir mengatakan, “Sungguh beliau
telah berperang dengan sungguh-sungguh. Demikian pula Abu Bakar Radhiyallahu
anhu. Sebagaimana keduanya berjihad di tenda dengan berdo’a, mereka juga
keluar, memberikan motivasi untuk berperang dan mereka juga ikut berperang
dengan fisik.” Setelah melakukan semua persiapan fisik yang memungkinan untuk mewujudkan
kemenangan di lapangan, malam itu beliau bertadarrus` (memohon) kepada Allah Azza
wa Jalla agar menolongnya. Di antara doa yang beliau ucapkan adalah:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي
اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ
مِنْ أَهْلِ الإِِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ » [ رواه مسلم ]
Ya Allah Azza wa Jalla,
penuhilah janji -Mu kepadaku. Ya Allah Azza wa
Jalla berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa
Jalla, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan
beribadah kepada -Mu di muka bumi ini. [HR. Muslim 3/1384 hadits no 1763]
Dalam riwayat ini juga disebutkan
bahwa beliau terus bermunajat kepada Rabbnya hingga selendang beliau jatuh dari
pundak. Abu Bakar Radhiyallahu anhu datang dan mengambil selendang tersebut
kemudian meletakkan kembali di pundak beliau. Abu Bakar Radhiyallahu anhu
berkata, “Wahai Nabi Allah Azza wa Jalla, sudah cukup engkau bermunajat kepada
Rabbmu dan Allah Azza wa Jalla pasti akan memenuhi janji -Nya.” Kemudian turunlah
firman Allah Azza wa Jalla :
قال الله تعالى: ﴿
إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ
أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ ٩ ﴾ [الأنفال :9 ]
“(Ingatlah), ketika kamu
memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan -Nya bagimu: "Sesungguhnya aku akan
mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang
berturut-turut". [al-Anfal/8:9]
Setelah itu Abu Bakar
Radhiyallahu anhu memegang tangan beliau dan berkata, “Cukup wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, engkau
telah berkali-kali memohon kepada Rabbmu”. Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam segera
mengambil baju besi dan terjun ke medan tempur seraya membaca firman Allah Azza
wa Jalla :
قال الله تعالى: ﴿
سَيُهۡزَمُ ٱلۡجَمۡعُ
وَيُوَلُّونَ ٱلدُّبُرَ ٤٥﴾ [القمر :45 ]
“Golongan itu pasti akan
dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”. [al-Qamar 54 : 45]
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa
ketika ayat ini turun, Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Golongan manakah yang
akan dikalahkan? Dan golongan apa yang akan dimenangkan?” Umar bin Khattab
Radhiyallahu anhu melanjutkan, “Tatkala perang Badar aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menerjang
musuh dengan baju besinya, seraya mengucapkan ayat ini. Ketika itu tahulah aku
maksud ayat ini.”
(Disadur dari as-Sîratun Nabawiyah Fî Dhau'il Mashâdiril
Ashliyah, hal. 342-347)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote:
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote:
[1]. Disebutkan oleh Ibnu Hisyam-tanpa sanad- mungkin bagian dari hadits tentang perang badar yang shahîh- Ibnu Hisyâm 3/304
[2]. Diriwayatkan Ibnu Hisyâm dengan sanad yang terputus –Ibnu Hisyâm 2/306-307
[3]. Lihat kisahnya dalam Muslim 3/1404 hadits 1779.
[4]. Lihat ar-Rahîqul Makhtûm, hlm. 164
[5]. Lihatlah kabar tentang hujan ini dalam Ahmad 2/193 dan Ibnu Hisyâm 2/312
[6]. Disebutkan oleh Ibnu Hisyâm dengan sanad yang terputus-Ibnu Hisyâm 2/312-313 dan dengan sanad yang mursal mauquf pada Urwah sebagaimana dalam Ishâbah 1/302
[7]. Semacam kemah sebagai tempat untuk mengomando pasukan dan berteduh bagi panglima
[8]. Ahmad dalam Al-Musnad 2/63
[9]. HR. Muslim 3/1510 hadits no 1901. Pentahqiq kitab Jâmi’ul Ushûl (8/182) menyebutkan bahwa yang terdapatkan naskah aslinya : … sampai aku mengidzinkannya.” Sedangkan dalam naskah kitab Shahih Muslim yang dicetak : … sampai aku berada didekat sesuatu itu.”
[10]. Bidâyah Wan Nihâyah 3/306
Post a Comment