Waspadai Jeratan Nafsu
Waspadai
Jeratan Nafsu
Segala
puji hanya milik Allah -ta'ala-. Begitu banyak nikmat-nikmatNya dan senantiasa
terbarui pemberianNya. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- yang
senantiasa menuntun kepada berbagai kebaikan, juga kepada keluarga dan
sahabat-sahabatnya bak bintang yang bersinar.
Adapun
selanjutanya:
Keinginan nafsu bagai bah yang tak terbendung… menjalar tanpa ada penghujung.
Rupa-rupa permintaannya… beruntun keinginannya…
kebanyakan tidak menolaknya… tidak tercegah
oleh rintangan yang mencemaskan… Ia kuasa atas yang lemah dan nafsunya menaklukan
dengan sengit…
Tidak ada yang dapat mengonter keburukannya selain
ketakwaan dan dapat melenyapkan kegelapannya selain cahaya petunjuk…
Hawa nafsu adalah kehinaan dan kuasanya adalah
keangkaramurkaan.
Sungguh orang lemahlah yang menjadi bala tentaranya
dan pecundang bagi yang berada disaf para pembelanya.
Kuatlah siapa yang menghujamnya dengan cemeti adab …
dan sayid bagi siapa yang menyelisihinya…
Betapa jauh selisih antara keduanya; bagi yang
mentaati dan yang menyelisihinya.
Yang menurutinya berarti dalam perbudakan dan
teraniaya… yang menyelisihinya berarti dalam kemuliaan dan perlindungan yang
kokoh.
Wahai
yang telah berbuat dosa, berhati-hatilah dari hawa nafsu!
Telah jelas bagimu siapa yang sayid dan siapa yang di
perbudak… Tuan hakiki adalah yang menyelisihi hawa nafsunya… dan budak hakiki
adalah yang diperbudak hawa nafsunya.
Jika engkau dapati seseorang yang cepat menuruti hawa
nafsunya, tanpa melihat aib dan akibatnya, ketahuilah bahwa dia amat
terbelenggu perbudakan dan terkungkung rantai besi.
﴿ أَفَرَأَيْتَ
مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى
سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ
بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴾ [الجاثية: 23].
“Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya. Allah telah mengunci mati pendengaran
dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran?” (QS.al-Jâtsiah:23)
Al-Ashmai berkata, “Sebagian orang arab mengatakan,
‘Kata al-hawa (nafsu) sebenarnya hawân (kehinaan), tetapi orang
salah menamainya.’”
Wahai yang telah berbuat dosa. Nafsu itu eyel, jika
dituruti membinasakan!
Hati-hatilah –wahai miskin- akan hawa nafsumu. Hindari
jeratnya… sungguh engkau tidak akan selamat kecuali dengan menyelisihinya. Jika
ingin binasa coba saja menurutinya…
Yahya Ibn Muadz berkata, “Musuh manusia ada tiga:
dunia, setannya (yang menggoda) dan jiwanya. Untuk selamat dari dunia dengan zuhud
(kesederhanaan), untuk selamat dari setan dengan menyelisinya dan dari
keburukan jiwa dengan meninggalkan hawa nafsu.”
Hati-hatilah –wahai miskin- akan nafsumu… begitu
banyak serangan-serangannya dan betapa banyak yang binasa karena jeratannya…
Wahai engkau yang berbuat dosa. Makhluk yang paling
lemah adalah yang tidak mampu menolak hawa nafsunya…
Berapa banyak orang kuat yang ditundukkan oleh
nafsunya… dan berapa banyak orang yang tegar dihinakan oleh hawa nafsunya…
Manakala engkau melihat seseoarang berbangga dengan
kekuatan dan kegagahannya… ternyata ketika berhadapan dengan kehendak nafsunya
dia lebih lemah dari seekor lalat dan rumah laba-laba.
Ibrahim al-Qoshar berkata, “Makhluk yang paling lemah
adalah yang tidak mampu menolak hawa nafsu, sedang makhluk yang paling kuat
adalah yang mampu menolak hawa nafsu.”
Wahai engkau yang tengah menjadi pengikut hawa nafsu
dan terbelenggu oleh perintahnya… ketahuilah bahwa engkau adalah makluk yang
paling lemah dan rendah kemauan...
Wahai engkau yang dapat mengalahkan hawa nafsu dan
menundukkan keinginan-keingiannya… ketahuilah bahwa engkau adalah manusia yang
kuat keinginan dan hebat pengendaliannya.
Rasulullah
-salallahu alaihi wasallam- bersabda,
«ليس الشديد
بالصرعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب» [رواه البخاري ومسلم]
“Bukanlah orang kuat yang
menang bergulat, tetapi yang kuat adalah yang dapat menahan dirinya ketika
marah.”
(HR.al-Bukhari dan Muslim)
Wahai engkau yang berbuat dosa, mengalahkan hawa nafsu
adalah kemuliaan yang besar, kedudukan yang tinggi dan kelezatan yang tak
tertarakan.
Karenanya setan berupaya mengecoh mereka yang menang
melawan hawa nafsunya.
Abul Hajjaj al-Mahdi berkata, “Siapa yang menjadikan
hawa nafsunya ditelapak kakinya, setan menghindar dari bayangannya."
Wahai engkau yang berbuat dosa, hendaknya engkau
berjihad melawan jiwamu…
Wahai engkau yang tunduk dihadapan syahwat hawa nafsu,
apakah engkau sadar bahwa berperang melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling
utama?!
Ya, sungguh mujahid yang sebenarnya adalah yang
berperang melawan hawa nafsu dan mengendalikannya… kemenangan dalam peperangan
ini menjadi kemenangan yang tertinggi.
Amat mudah memerangi musuhmu secara zahir… namun
memerangi jiwamu, merupakan jihad yang amat dahsyat lagi sengit…
Rasulullah -salallahu alaihi wasallam-
bersabda,
«ألا أخبركم
بالمؤمن؟ من أمنه الناس على أموالهم وأنفسهم، والمسلم من سلم الناس من لسانه ويده،
والمجاهد من جاهد نفسه في طاعة الله، والمهاجر من هجر الخطايا والذنوب».[رواه أحمد
وغيره/ السلسلة الصحيحة: 549]
“Tidakkah inggin aku beritahu kalian siapa mukmin
itu? mukmin Ialah yang dipercaya manusia mengemban amanah harta dan jiwa
mereka; muslim ialah yang orang lain dapat selamat dari lisan dan
tangannya; mujahid ialah orang yang berjihad melawan jiwanya agar taat
kepada Allah dan muhajir (orang yang berhijrah) adalah yang meninggalkan
perbuatan dosa. [HR.Ahmad dan selainnya/ as-Silsilah as-Shahihah:549]
Wahai engkau yang berbuat dosa, janganlah memperturutkan
kehendak nafsu… dihadapannya engkau jadi abdi… dikendalikan… tidak tahu entah
kemana akan dibawanya …
Hendaknya engkau mendidiknya
dengan ajaran agama… paksa dia dihadapanmu kepada apa yang membuatnya bahagia
dan selamat…
Al-Wahb Ibn Munabbih berkata,
“Iman adalah komandan dan amal adalah penyetirnya, sedang nafsu, bebal berada
di antara keduanya. Jika komandan memerintah sedang supir tidak menyetir, itu
tidak berguna sama sekali. Jika supir menyetir tapi komandan tidak memerintah,
itupun tidak berguna. Jika komandan memerintah dan supirnya menyetir, nafsu
terpaksa mengikuti senang tidak senang, dan amal akan menjadi baik.”
Wahai engkau yang berbuat dosa,
nafsu adalah kehinaan. Siapa yang rela pada dirinya kehinaan?!
Namun pelaku dosa telah membawa
dirinya memilih kehinaannya… dan menuntun kepada kesengsaraannya.
Huzaifah Ibn Qotadah berkata,
“Seseorang ditanya, ‘Apa yang jiwamu perbuat terhadap kehendak nafsu?’ Ia
menjawab, “Tidak ada di muka bumi yang lebih aku benci dari pada jiwaku. Maka
bagaimana menuruti keinginan nafsunya?!”
Tatkala nafsu muncul, apakah
engkau menjadi tuan atasnya atau dia yang menjadi tuan dan komandan atasmu?!
Betapa banyak mereka yang
menyembah hawa nafsunya tanpa disadarinya.
Wahai engkau yang menuruti hawa nafsu… wahai engkau
yang lemah dihadapan keinginan-keinginannya, dengarkan nasehat Ibnul Jauzi ini
untukmu!
Ibnul Jauzi berkata, “Wahai
engkau yang dikarunia akal, jangan kecilkan kemampuannya dan jangan redupkan
cahayanya. Degarkan apa yang ia isyaratkan dan jangan menoleh kepada tangisan
balita yang tak mendapati kehendaknya. Karena jika engkau kasihan dengan
tangisannya, engkau tidak akan mampu merawatnya dan tidak mungkin mendidiknya.
Sampaikanlah kepada mereka yang bodoh dan fakir!.
(Syair)
: Jangan remeh mengajar adab anak kecil
Walau mengeluh pedihnya penat
Biarkan orang dewasa dengan
keadaannya
Orang dewasa terlanjur besar
diajar adab
Wahai engkau yang berbuat dosa,
Ibnul Jauzi telah menyerupakan nafsu dengan balita yang jika tidak disusui akan menangis, jika melulu
diberi jadi sulit disapih dan menjadi besar sebegitu. Demikian pula nafsu jiwa.
Jika engkau turuti setiap keinginannya, akan sulit menuntun dan mengaturnya.
Berhati-hatilah –wahai engkau
yang berakal- akan hawa nafsumu. Selisihilah setiap keinginannya dan tolak
setiap permintaannya…
Kekang dia dengan tali kekang
ketaatan dan paksa pengendaliannya… dia akan patuh kepadamu dengan izin Allah
–ta’ala- dan akan engkau peroleh ketaatannya menuju jalan kebahagiannya…
Wahai engkau yang berbuat dosa,
ketahuilah, jika engkau dapat menundukkan hawa nafsumu, engkau benar-benar
seorang sayid…
Khalid Ibn Sofwan ditanya, “Apa
yang membuat al-Ahnaf menjadi seorang sayid?” Dia menjawab, “Kemampuannya
menguasai hawa nafsunya.”
Seorang arab badawi ditanya,
“Siapa yang kalian anggap sayid di antara kalian?” Dia menjawab, “Yang akalnya
dapat mengalahkan hawa nafsunya, keridaannya lebih cepat dari kemarahannya dan dapat
melindungi kaumnya dari gangguannya.”
Wahai engkau yang berbuat dosa,
sesungguhnya jika engkau berjihad melawan nafsumu dan menolak kemaksiatan, engkau
tengah mendekat kepada Allah dengan pengorbanan yang besar.
Muhamad Ibn Ka’ab al-Quradzi
berkata, “Tidak ada tindakan yang lebih dicintai Allah dalam mengibadahiNya
dari pada meninggalkan maksiat.”
Shal berkata, “Amal dapat
dilakukan oleh orang baik dan buruk, namun meninggalkan maksiat hanya orang
yang sungguh-sungguh.”
Ketahuilah wahai engkau yang
berbuat dosa, jika engkau menuluskan niat, bersungguh-sungguh berjihad melawan
hawa nafsu dan bertekat menempuh jalan ketaatan, Allah akan menunjukimu kepada
tujuan dan memberimu taufik kepada jalan ketaatan.
Allah berfirman,
﴿ وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ﴾ [العنكبوت: 69].
“Dan orang-orang yang berjihad
untuk (mencari keridaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik."
(QS.al-Ankabut:69)
Ibnu Abbas -radiallahu
'anhuma- berkata, “Dan orang-orang yang berjihad dalam mentaati Kami, akan
kami beri jalan-jalan pahala Kami.”
Wahai engkau yang berbuat dosa,
menyelisihi hawa nafsu adalah amal yang paling mulia.
Manakala menyelisihi hawa nafsu
menuntun kepada segala kebaikan, ia menjadi amal yang paling mulia. Jiwa jika
tidak dibentuk untuk taat, akan menyimpang dan menghindar melakukannya. Jika ketaatan
itu terbentuk, enak menjalankannya dan menjadi mudah.
Umar Ibn Abdul Aziz mengatakan,
“Amal yang paling utama adalah yang dibenci oleh hawa nafsu.”
Dan cukup menjadi kemuliaan
manakala menyelisihi hawa nafsu mengarahkan pemiliknya kepada surga.
Sesungguhnya menyelisihi hawa
nafsu merupakan pintu masuk ke dalam surga bagi mereka yang sabar terhadap
sahwatnya…
Allah
berfirman,
﴿ فَأَمَّا
مَنْ طَغَى . وَآَثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا .
فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى .
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى .
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى ﴾ [النازعات: 37-41].
“Adapun
orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka
sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS.an-Naziat:37-41)
Shal
Ibn Abdullah berkata, “Meninggalkan hawa nafsu adalah pintu surga, sebagaimana
firman Allah:
﴿ وَأَمَّا
مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى ﴾
[النازعات: 40-41].
“Adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya suurgalah tempat tinggalnya.” (QS.an-Nâziat:40-41)
Abu Sulaiman ad-Dârany mengomentari
firman Allah –ta’ala-:
﴿ وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا ﴾
[الإنسان: 12]
“Dan
Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran dengan surga dan pakaian sutera.” (QS.al-Insan:12)
Mereka sabar menahan nafsu syahwat.”
Dalam hadis tujuh katagori yang
dinaungi Allah dengan naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,
Nabi -salallahu alaihi wasallam- memberitahu bahwa di antara mereka
adalah:
«وشاب نشأ في عبادة
ربه». [رواه البخاري ومسلم]
“Dan
pemuda yang tumbuh dalam peribadatan kepada Allah.” [HR.Ahmad dan selainnya/ as-Silsilah as-Sahihah:549]
Al-Hâfiz Ibn Hajar berkata, “Mengkhususkan
pemuda karena ia biasanya dikuasai nafsu, dengan energi yang menariknya
menuruti hawa nafsu. Sehingga manakala dia melazimi ibadah akan lebih kuat dan
menunjukkan akan ketakwaannya.”
Wahai engkau yang berbuat dosa, demikian
itulah keuntungan yang didapat siapa yang menundukkan hawa nafsunya…
Ialah
surga! Barang dagangan Allah yang mahal… dan tempat yang paling mulia!
Pilihlah untuk dirimu –wahai
miskin-: antara melawan hawa nafsu kemudian surga… atau mengikuti hawa nafsu
kemudian neraka…!
Wahai engkau yang berbuat dosa,
jangan sampai terkecoh dengan instannya nikmat syahwat dibanding surga Allah –ta’ala-…
betapa menipu dan merugikan…
Wahai engkau yang berbuat dosa…
hawa nafsu adalah seburuk-buruk barang dagangan…
Jika ahli ketaatan beruntung
dengan keuntungan yang banyak dan kebaikan yang berlimpah… maka ahli maksiat
dan hawa nafsu amat tidak beruntung dan merugi perdagangannya…
Dia untung keburukan dan merugi
kebaikan…
Hari-harinya dilalui dalam
menanam dosa… betapa buruk yang mereka tanam…
Mereka memanen kepahitan dan merugi surga…
Ibnu Mas’ud -radiallahu 'anhu- berkata,
“Sesungguhnya engkau berada diperlintasan siang dan malam, pada ajal yang terus
berkurang, tindakkan yang dicatat dan kematian yang datang tiba-tiba. Siapa
yang menanam kebaikan, niscaya akan memetik harapan, siapa yang menanam
keburukan, niscaya akan memetik penyesalan. Setiap orang akan memetik apa yang
ditamam.”
Wahai engkau yang berbuat dosa…
berhati-hatilah dari bekal yang buruk (nafsu), seperti khawatirnya engkau dari
kerugian yang mendadak… bersedihlah dari luputnya untung kebaikan, seperti
kesedihanmu akan kehilangan uangmu… jangan sampai engkau merasa merugi di
akhirat… hari dimana datang ahli ketaatan dengan kebaikannya dan ahli dosa
dengan keburukannya…
Wahai engkau yang berbuat
dosa... jangan kau habiskan umurmu untuk mengikuti hawa nafsu….!
Sesungguhnya seburuk-buruk
menyia-nyiakan umur ialah saat melakukan maksiat dan mengikuti hawa nafsu…
Engkau saksikan jam dan hari
berlalu, sibuk dengan kenikmatan hawa nafsu dan kepuasan-kepuasannya…
Bahkan yang lebih buruk lagi,
engkau habiskan masa muda dan kekuatanmu dalam menuruti hawa nafsu hingga
kering ranting dan layu bunga masa muda …
Benarlah Nabi -salallahu
alaihi wasallam- ketika mengabarkan kepada kita dengan ungkapan yang amat
jelas, sabdanya,
«نعمتان مغبون فيهما
كثير من الناس؛ الصحة والفراغ». [رواه البخاري]
“Dua nikmat yang kebanyakan manusia merugi; sehat dan waktu
senggang.” (HR.al-Bukhari)
Ibnul Jauzi berkata, “Dan di
antara kelengkapannya dijadikan dunia ladang akhirat. Di dalamnya terdapat
perniagaan yang keuntungannya terlihat di akhirat. Siapa yang menggunakan waktu
senggang dan sehatnya dalam ketaatan kepada Allah, dia diberkati. Siapa yang
menggunakan untuk bermaksiat kepada Allah, dia merugi, karena setelah senggang
kesibukan dan setelah sehat sakit. Itu pun jika tidak sampai pikun, seperti
yang dikatakan syair:
Pemuda senang senantiasa sehat
dan panjang umur
Tahukah apa yang panjang umur perbuat
padanya
Dia dikembalikan setelah dewasa
dan sehatnya
Renta untuk berdiri dan mesti dipikul
Wahai engkau yang berbuat dosa,
renungi dirimu…! Sudah berapa jam dan hari bahkan bulan atau tahun sia-sia
dalam ketaatan kepada selain Allah –ta’ala-…
Adakah engkau menyadari umurmu
lenyap menyambut seruan hawa nafsumu…apakah engkau menyangka hal itu tidak akan
di hisab…?!
Sadarlah wahai engkau yang
lalai..! Ketahuilah bahwa engkau menyia-nyiakan detik waktu berharga umurmu…!
Muhamad Ibn Hâtim at-Turmudzi
berkata, “Modalmu adalah hati dan waktumu. Hatimu telah tersibukkan dengan
prasangka-prasangka dan waktumu habis mengerjakan yang bukan urusanmu. Maka
bilakah akan beruntung orang yang kehabisan modalnya?!”
Wahai engkau yang menyia-nyiakan
umur dalam nikmat hawa nafsu… telah engkau fanakan hari-harimu membuntuti
syahwat… Tidakkah pernah engkau dengar kisah kaum yang tidak melalui
hari-harinya tanpa bertasbih, berzikir dan berbuat saleh…?!
Benar… mereka adalah kaum
penikmat ketaatan… Amat berbeda antara dua kenikmatan: kelezatan ahli ketaatan dan kelezatan ahli
dosa dan syahwat…
Kelompok pertama adalah
kelezatan hakiki… pelakunya mendapat nikmat kelezatan di dunia dan akhirat…
sedang kelompok kedua adalah kelezatan fana… yang membutakan mata pelakunya
dari kelezatan hakiki…
Di antara berita orang-orang saleh
dalam hal ini:
Datang seorang lelaki kepada Amir Ibn Abdu Qois dan
berkata kepadanya, “Berbincanglah denganku!” Amir menjawab, “Peganglah
matahari!” [1]
Yang lebih menakjubkan, orang-orang mengunjungi
sebagian ulama salaf menjelang kematiannya dan dia sedang salat. Ketika diajak
bicara, dia berkata, “Sekarang tengah terbentang catatan amalku.”
Wahai engkau yang disibukkan dengan permainan… dan
terjerumus dalam hawa nafsu… renungkan kisah orang-orang saleh… itu membuat
hati menjadi bersih dan memotivasi untuk melakukan ketaatan…
Isilah hari-harimu –wahai engkau yang berbuat dosa-
dengan ketaatan… segera manfaatkan jam-jam dari umurmu… begitu cepat ajal datang
mengejutkan dan kecelakaan yang menyinggahimu… meratapi saat-saat lalai dan
menyesali hari-hari yang tersia-siakan!
(Syair)
:
Manusia dalam kelalaian dan kematian membangunkan
mereka
Mereka tidak terjaga hingga usia tak lagi tersisa
Sanak saudara berkumpul mengantar kepembaringannya
Menyaksikan prosesi penguburannya
Lalu kembali pulang kepada mimpi kelalaian mereka
Seolah tak pernah melihat dan menyaksikan kematiannya
Wahai engkau yang berbuat dosa, obati dirimu dengan
obat yang manjur dan penawar yang mujarab…!
Jika ingin keselamatan dekat denganmu… selisihi hawa
nafsumu… jika nafsu memerintahmu, lakukan kebalikannya… engkau akan selamat dari
keburukan dan dari jebakan nafsu.
Jangan sekali-kali menyerah kepada hawa nafsumu… sudah
begitu banyak makhluk yang dibinasakannya… ia senantiasa mengajak kepada berbagai
kehendaknya sampai tereksekusi dan kaki tergelincir …
Segala puji bagi Allah –ta’ala-. Salawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad, keluarga dan para sahabatnya…
Post a Comment