Ganjaran Bagi Orang Yang Suka Membantu Orang

Ganjaran Bagi Orang Yang Suka Membantu Orang
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sungguh syari'at Islam yang lurus begitu menekankan pengikutnya untuk gemar menolong orang lain, memenuhi kebutuhan mereka, bersegera membantu kesulitan yang sedang mereka hadapi, memberi pertolongan demi tercapainya maksud mereka, yang mana semua itu dilakukan demi merealisasikan kebersamaan, ukhuwah persaudaraan, kecintaan, dan kasih sayang diantara sesama saudara muslim. Allah azza wa jalla menjelaskan dalam salah satu firman -Nya:

﴿ لَّا خَيۡرَ فِي كَثِيرٖ مِّن نَّجۡوَىٰهُمۡ إِلَّا مَنۡ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوۡ مَعۡرُوفٍ أَوۡ إِصۡلَٰحِۢ بَيۡنَ ٱلنَّاسِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوۡفَ نُؤۡتِيهِ أَجۡرًا عَظِيمٗا ١١٤
[ النساء: 114]
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar". (QS an-Nisaa': 114).

Dalam ayat lain Allah tabaraka wa ta'ala berfirman:

﴿ مَّن يَشۡفَعۡ شَفَٰعَةً حَسَنَةٗ يَكُن لَّهُۥ نَصِيبٞ مِّنۡهَاۖ ٨٥ [ النساء: 85]
"Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) dari padanya". (QS an-Nisaa': 85).

Masih berkaitan senang membantu orang lain, dijelaskan dalam sebuah hadits yang semakin mendukung perilaku terpuji tadi agar gemar dilakukan oleh seorang muslim, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Barangsiapa yang menutupi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim maka Allah akan mengangkat darinya dengan sebab amalan tadi kesusahannya kelak pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi cela saudaranya muslim maka Allah akan menutupi aibnya kelak pada hari kiamat". HR Bukhari no: 2442. Muslim no: 2580.

Didalam hadits tadi, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan pada kita kalau yang namanya memberi suatu yang bermanfaat bagi orang lain merupakan amal ibadah yang sangat agung. Masih berkaitan dengan ini, dibawakan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita: "Adalah Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam apabila didatangi oleh seorang peminta-minta atau dimintai tolong untuk memenuhi hajat orang lain beliau bersabda kepada para sahabatnya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اشْفَعُوا تُؤْجَرُوا وَيَقْضِي اللَّهُ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Berilah syafa'at (kepada mereka) maka kalian akan diberi ganjaran. Dan Allah akan memenuhi (kebutuhan mereka) melalui lisan Nabi       -Nya sebagaimana yang Allah kehendaki". HR Bukhair no: 1432. Muslim no: 2627.

Dalam hadits lain, dari Jabir radhiyalllahu 'anhu, beliau mengatakan, "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa ada diantara kalian yang mampu untuk memberi manfaat pada orang lain hendaknya ia lakukan". HR Muslim no: 2119.

Bahkan bukan hanya itu, beliau juga menekankan pada semua kondisi. Dijelaskan dalam haditsny Imam Muslim yang diriwayatkan dari sahabat Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita: "Tatkala kami bepergian bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam ditengah perjalanan kami bertemu dengan seseorang yang berada dihewan tunggangannya. Orang tadi matanya memandang kekanan dan kiri. Melihat hal itu Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ ظَهْرَ لَهُ وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلٌ مِنْ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ زَادَ لَهُ ». قَالَ فَذَكَرَ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ مَا ذَكَرَ حَتَّى رَأَيْنَا أَنَّهُ لاَ حَقَّ لأَحَدٍ مِنَّا فِى فَضْلٍ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa yang memiliki kelebihan punggung maka hendaknya memberikan kepada orang yang tidak punya kelebihan itu. Dan bagi siapa yang punya kelebihan perbekalaan hendaknya memberi kepada orang yang kurang perbekalannya". Abu Sa'id melanjutkan, "Beliau lalu menyebut beberapa jenis harta yang banyak sampai sekiranya kami berpikiran tidak ada keutamaan lagi bagi kami untuk memilikinya". HR Muslim no: 1728.

Imam Nawawi menjelaskan hadits diatas dengan penjelasannya, "Didalam hadits ini sebagai dalil atas dianjurkannya untuk bersedekah, suka menderma, punya kepedulian pada sesama, berbuat baik pada teman perjalanan, memperhatikan kebutuhan teman. Maka sebuah perkara besar manakala sebuah kaum mempunyai sikap kepedulian atas kebutuhan temannya, yang mana beliau hanya mencukupkan dengan sekedar tawaran bagi para sahabatnya untuk rela membantu orang yang sedang butuh dan memberi dorongan, tanpa harus diminta terlebih dahulu". [1]
Dan pintu-pintu untuk memberi manfaat orang lain sangatlah banyak, seperti dengan membantu untuk melunasi hutang yang mereka miliki, atau bersedekah pada kalangan orang fakir diantara mereka, atau melapangkan kesusahan, atau mendamaikan perselisihan yang terjadi diantara mereka, atau membikin mereka merasa senang serta cara yang lainnya. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Sa'id bin Abi Burdah dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ - قَالَ - تَعْدِلُ بَيْنَ الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِى دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ - قَالَ - وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خَطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya
atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan
dari jalan adalah sedekah". HR Bukhari no: 2707. Muslim no: 1009.

Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, "Dan akal dan nash serta fitrah didukung penelitian dari berbagai kalangan umat beragama dengan segala macam kelompok dan ragamnya, semuanya sepakat bahwa mendekatkan diri kepada Rabb semesta alam, dan berbuat bajik serta ihsan pada makhluk -Nya, termasuk faktor terbesar dari faktor-faktor yang ada untuk memperoleh setiap kebaikan, dan sebaliknya perilaku yang berbeda seperti diatas maka itu merupakan faktor ditimpakannya keburukan. Oleh karenanya salah satu usaha untuk mendapat nikmat-nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla serta keinginan untuk menolak bencana dan adzab -Nya bisa dilakukan dengan ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan berbuat baik pada makhluk -Nya". [2]

Potret para Nabi dalam masalah ini:
Dan memberi manfaat pada orang lain, bersegera melapangkan kesusahan mereka termasuk bagian dari sifat-sifatnya para nabi dan rasul 'alaihimu shalatu wa sallam. Lihatlah penderma Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq 'alaihi sallam, walaupun perilaku buruk yang sudah diterimanya dari saudara-saudaranya beliau tetap menyiapkan dan memberi manakala mereka datang untuk meminta kebutuhan makan keluarganya, beliau tidak menurangi sedikit pun jatah mereka.
Nabi Musa 'alaihi sallam tatkala mendatangi tempat mengambil air penduduk Madyan, beliau mendapati orang-orang saling berebut dan antri menunggu giliran mengambil air lantas beliau menjumpai ada dua wanita yang tidak ikut berdesakan menunggu giliran, maka beliau langsung menawarkan bantuan mengambilkan air sehingga kambing-kambingnya bisa minum.
Umul mukminin Khadijah radhiyallahu 'anha, beliau pernah berkata tentang Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, "Sesungguhnya engkau adalah penyambung tali kerabat, pemikul beban orang lain yang mendapat kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta pendukung setiap upaya penegakan kebenaran". HR Bukhari no: 3.
Dan panutan kita, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila diminta untuk memenuhi hajat seseorang maka beliau tidak pernah menolak permintaannya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Jabir radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan, "Tidak pernah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dimintai sesuatu pun, lantas beliau mengatakan 'tidak'. HR Bukhari no: 6034. Muslim no: 2311.
Dalam hadits lain yang dibawakan oleh Imam Ahmad dari sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Sesungguhnya kami, demi Allah, telah menemani Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam baik disaat safar maupun dalam keadaan muqim. Maka (kami mendapati) kebiasaan beliau ialah menjenguk orang sakit diantara kami, mengiringi jenazah dikalangan kami, ikut berperang bersama kami, dan menyamaratakan diantara kami antara orang kaya dan miskin". HR Ahmad 1/532 no: 504.

Potret para sahabat:
Demikian pula yang ada pada generasi terbaik umat ini, para sahabat mereka adalah orang-orang yang selalu meniti jalan nabinya. Mereka senang membantu orang lain serta memberi manfaat semampunya pada mereka. Mari kita lihat pada potret mereka yang senang memberi manfaat pada orang lain dari kalangan mereka.
Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, beliau masuk Islam sedang padanya ada empat puluh ribu dinar, kemudian beliau infakkan seluruhnya dijalan Allah Shubhanahu wa ta’alla, beliau juga membebaskan tujuh budak yang semuanya berjihad dijalan Allah Shubhanahu wa ta’alla, beliau membebaskan Bilal, Amir bin Fahirah, Zanbarah, an-Nahdiyah dan anak perempuannya, Jariyah bin Mu'amal, dan Ummu A'biis.
Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhu, beliau mempunyai kebiasaan memberi air pada para janda dimalam hari. Sahabat Thalhah pernah melihat beliau pada suatu malam masuk membawa air pada rumah seorang wanita, maka Thalhah mendatangi rumah tersebut disiang harinya, maka dirinya mendapati didalam rumah tersebut seorang wanita tua buta sedang duduk diatas kursi, lantas dirinya bertanya, "Apa yang dilakukan oleh Umar padamu? Wanita tersebut menjawab, "Perbuatan ini dia lakukan semenjak ini dan itu, beliau selalu memperhatikanku sambil datang membawa kebutuhanku dan melapangkan kesulitanku".
Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, beliau pernah membeli sebuah sumur dengan harga tiga puluh lima ribu dirham, lalu beliau wakafkan untuk orang kaya dan miskin serta ibnu sabil. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, pernah suatu hari ada seseorang datang kepada Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, sambil mengatakan, "Wahai Amirul mukiminin, aku ada keperluan bersamamu, namun sudah aku adukan terlebih dahulu kepada Allah ta'ala sebelum aku mendatangimu. Maka jika anda mengabulkan hajatku aku akan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla dan berterima kasih kepadamu. Dan bila tidak maka aku akan memuji kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan memberi udzur padamu". Maka Ali pun bertanya, "Tulislah hajatmu diatas tanah, karena aku tidak suka kalau melihat kehinaan meminta-minta pada wajahmu". Maka orang tersebut menulis, "Aku orang yang dirundung kebutuhan". Ali berkata, "Aku memiliki pakaian". Maka beliau meminta supaya diambilkan pakaian tadi lalu diberikan pada orang tersebut, kemudian lelaki tadi langsung memakainya dan bersenandung dengan bait sya'irnya:
Engkau telah memberi pakaian, sungguh nampak keindahan
Kelak aku akan selalu memberimu pakaian pujian karenanya
Jika engkau memperoleh pujianku engkau lah sang penderma
Aku tidak sedang mengharap balasan dari ucapanku ini
Sungguh pujianku menggugah ingatan pada yang dipuji
Bagaikan air hujan yang mampu menumbuhkan tanaman dan gunung
Jangan engkau remehkan kebaikan sepanjang hayatmu
Karena tiap hamba akan mendapat balasan atas amalnya

Ali menyahut, "Aku punya beberapa dinar". Maka beliau meminta supaya dibawakan sebanyak seratus dinar lalu memberikan kepada orang tadi. Orang tersebut berkata sambil menghitung dengan jarinya, "Wahai Amirul mukminin, engkau memberiku pakaian dan seratus dinar? Ya, jawab Ali bin Abi Thalib.
Imam Dzahabi memberi komentar kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan mengatakan, "Dan beliau sangatlah dicintai oleh para ulama, orang-orang sholeh, dari kalangan prajurit dan pemimpin, para pedagang dan orang-orang besar serta masyarakat umum, mereka semua mencintainya. Dikarenakan jasa beliau yang bisa mereka rasakan manfaatnya baik malam maupun siang, yaitu dengan tulisan dan ucapan beliau".[3]
Disebutkan dari salah seorang syaikh menukil dari sekertarisnya Syaikh Abdul Aziz bin Baz, bahwa Syaikh suatu ketika meninggalkan puasa sunah beberapa hari, dan beliau mengatakan, "Beliau meninggalkan puasa, dikarenakan puasa membikin beliau sedikit lemas untuk memenuhi kebutuhan orang banyak. Puasa manfaatnya hanya untuk syaikh sedangkan pekerjaan lain manfaatnya untuk orang banyak".
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « صنائع المعروف تقي مصارع السوء   وصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ » [أخرجه الطبراني]
"Semua perbuatan ma'ruf akan menjaga pelakunya dari kejahatan perbuatan buruk, dan sedekah dikala tidak terlihat orang banyak akan meredakan kemurkaan Rabb". HR ath-Thabarani 8/261 no: 8014 dan Ibnu Mundzir dalam Targhib wa Tarhib 1/679. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 1908.

Sahabat Hakim bin Hizam radhiyallahu 'anhu, mengatakan, "Tidaklah dipagi hari lalu aku tidak menjumpai dipintu rumahku seorang yang membutuhkan keperluan melainkan aku mengetahui bahwa itu adalah musibah bagiku". Lihat, para sahabat sampai menganggap bahwa adanya orang yang meminta-minta sebagai bentuk nikmat yang turun pada orang yang punya kedudukan dan harta disaat mereka sedang dirundung kesulitan.
Berkata Ibnu Abbas radhiyallu 'anhuma, "Ada tiga golongan yang aku tidak sanggup untuk membalas kebaikannya: Seseorang yang memulai salam bersamaku, dan seseorang yang mempersilahkan duduk untukku dalam sebuah majelis dan seseorang yang kakinya terkena debu karena berjalan ingin memberi salam padaku. Adapun kelompok keempat maka Allah Shubhanahu wa ta’alla yang akan mencukupkan dariku serta membalasnya". Ada yang bertanya, "Siapa dia? Beliau menjawab, "Seseorang yang ditimpa musibah lalu semalaman berfikir siapa kiranya orang yang bisa meringankan musibahnya, lantas orang tersebut melihat diriku orang yang tepat untuk bisa membantu mengatasi masalahnya sehingga orang tadi mendatangiku".
Namun, hati-hati bagi para pelaku kebaikan dengan virus yang suka menjangkitinya yaitu senang mengungkit-ungkit pemberian. Karena penyakit yang satu ini akan menghapus amal kebaikannya, membikin hati bergemuruh dan menghapus pahala. Sebagaimana yang diperingatkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:

﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ ٢٦٤ [ البقرة: 264]
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)". (QS al-Baqarah: 264).

Seorang penyair mengatakan:

Apakah engkau akan merusak kebajikanmu dengan mengungkit-ungkit.
Bukanlah penderma orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian

Dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ. وذكر منهم: الْمَنَّانُ الَّذِى لاَ يُعْطِى شَيْئًا إِلاَّ مَنَّهُ » [أخرجه مسلم]
"Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah kelak pada hari kiamat, tidak melihat kepada mereka serta tidak mensucikannya dan bagi mereka adalah adzab yang pedih. Beliau menyebutkan salah satu diantaranya: "al-Manan yaitu orang yang tidak memberi sesuatu melainkan mengungkit-ungkit pemberiannya". HR Muslim no: 106.
Diantara perkara yang perlu diperhatikan disini ialah, bahwa mengajarkan ilmu syar'i merupakan bentuk pemberian manfaat terbesar pada orang lain, karena kebutuhan mereka terhadap ilmu syar'i lebih besar daripada hanya sekedar kebutuhannya terhadap makan dan minum. Disebutkan dalam hadits, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن العالم ليستغفر له من في السموات من في السماوات و من في الأرض والحيتان في جوف الماء » [أخرجه أبو داود]
"Sesungguhnya orang alim benar-benar akan dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi sampai ikan dikedalaman laut". HR Abu Dawud no: 3641. dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud 2/694 no: 3096.

Dalam redaksi lain diterangkan:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إن الله وملائكته وأهل السموات والأرضين, حتى النملة في حجرها  وحتى الحوت  ليصلون على معلم الناس الخير » [أخرجه الترمذي]
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat serta penduduk langit dan bumi yang tujuh sampai kiranya semut didalam sarangnya serta ikan, semuanya mendo'akan kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan pada orang lain". HR at-Tirmidzi no: 2685. beliau berkata hadits hasan gharib shahih.

 Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.











[1] . Syarh Shahih Muslim 4/33.
[2] . al-Jawabul Kafi hal: 9.
[3] . al-Jami' li Sirati Syaikhi Islam Ibni Taimiyah hal: 672.

Tidak ada komentar