Berinabah (kembali kepada Allah)

Berinabah (kembali kepada Allah)
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sesungguhnya al-Inabah merupakan inti dari ibadah yang sangat agung,  yang mana Allah Shubhanahu wa ta’alla telah banyak mensifati para nabi -Nya serta hamba yang beriman kepada -Nya dengan inabah ini. Diantaranya:
Allah ta'ala mengabarkan tentang nabi -Nya Daud:

﴿ وَظَنَّ دَاوُۥدُ أَنَّمَا فَتَنَّٰهُ فَٱسۡتَغۡفَرَ رَبَّهُۥ وَخَرَّۤ رَاكِعٗاۤ وَأَنَابَ۩ ٢٤ [ ص: 24]
"Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat". (QS Shaad: 24).

Allah ta'ala berfirman tentang nabi -Nya Sulaiman:
﴿ وَلَقَدۡ فَتَنَّا سُلَيۡمَٰنَ وَأَلۡقَيۡنَا عَلَىٰ كُرۡسِيِّهِۦ جَسَدٗا ثُمَّ أَنَابَ ٣٤ [ ص: 34]
"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat". (QS Shaad: 34).

Allah ta'ala berfirman tentang nabi -Nya Syu'aib:

﴿ وَمَا تَوۡفِيقِيٓ إِلَّا بِٱللَّهِۚ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡهِ أُنِيبُ ٨٨ [ هود: 88]
"Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada –Nya lah aku kembali". (QS Huud: 34).

Kemudian Allah ta'ala menjelaskan tentang nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam:

﴿ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبِّي عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡهِ أُنِيبُ ١٠ [ الشورى: 10]
"Itulah Allah Tuhanku. Kepada -Nya lah aku bertawakkal dan kepada –Nya lah aku kembali". (QS asy-Syuura: 10).

Dan Allah ta'ala memuji kekasihnya Ibrahim 'alaihi sallam karena sifat yang dimilikinya yaitu inabah kepada -Nya serta kembali pada tiap urusan kepada Allah ta'ala. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman tentang Ibrahim:

﴿ إِنَّ إِبۡرَٰهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّٰهٞ مُّنِيبٞ ٧٥ [ هود: 75]
"Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah". (QS Huud: 75).

Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla menyuruh para hamba -Nya untuk berinabah kepada -Nya:

﴿ وَأَنِيبُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُواْ لَهُۥ ٥٤ [ الزمر: 54]
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada -Nya". (QS az-Zumar: 54).

Dan orang-orang sholeh dari kalangan para hamba mengatakan dalam do'anya:

﴿ رَّبَّنَا عَلَيۡكَ تَوَكَّلۡنَا وَإِلَيۡكَ أَنَبۡنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٤ [ الممتحنة: 4]
"(Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali". (QS al-Mumthanah: 4).
Makna Inabah:
Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, "al-Inabah adalah kembali menggapai ridho Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan dibarengi kembali (bertaubat) pada -Nya pada setiap waktu sambil mengikhlaskan niat. Lebih lanjut beliau mengatakan, "al-Inabah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla ada dua tingkatan, pertama inabah pada rububiyah -Nya, dan jenis inabah ini termasuk inabahnya seluruh makhluk baik mukmin maupun kafir, orang sholeh maupun tholeh. Allah ta'ala menjelaskan dalam firman -Nya:

﴿ وَإِذَا مَسَّ ٱلنَّاسَ ضُرّٞ دَعَوۡاْ رَبَّهُم مُّنِيبِينَ إِلَيۡهِ ٣٣ [ الروم: 33]
"Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada -Nya". (QS Ruum: 33).

Kedua dari jenis inabah, inabahnya para wali-wali Allah Shubhanahu wa ta’alla. Dan inabah ini yaitu inabah pada uluhiyah      -Nya, dengan dibarengi peribadahan serta kecintaan pada -Nya. Dan ini harus terkumpul padanya empat unsur; mencintai dan tunduk pada -Nya, kembali dan berpaling dari segala sesuatu selain Allah Shubhanahu wa ta’alla ".[1]

Keutamaan inabah:
1.         Inabah kepada Allah ta'ala merupakan pintu kebahagian dan memperoleh hidayah.

Allah tabaraka wa ta'ala berfirman:

﴿ قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِيٓ إِلَيۡهِ مَنۡ أَنَابَ ٢٧ [ الرعد: 27]
"Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada -Nya". (QS ar-Ra'du: 27).

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Jabir radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تَمَنَّوْا الْمَوْتَ فَإِنَّ هَوْلَ الْمَطْلَعِ شَدِيدٌ وَإِنَّ مِنْ السَّعَادَةِ أَنْ يَطُولَ عُمْرُ الْعَبْدِ وَيَرْزُقَهُ اللَّهُ الْإِنَابَةَ » [أخرجه أحمد]
"Janganlah kalian berangan-angan untuk segera mati. Sesungguhnya sakaratul maut sangatlah keras[2]. Dan sungguh merupakan kebahagian seorang hamba yang panjang umur lalu dikaruniai oleh Allah berinabah (pada -Nya)". HR Ahmad 22/426 no: 14564.

2.         Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabarkan bahwa surga dan ganjaran -Nya diberikan bagi orang-orang yang takut dan berinabah.
Allah ta'ala menjelaskan hal tersebut dalam firmannya:

﴿ وَأُزۡلِفَتِ ٱلۡجَنَّةُ لِلۡمُتَّقِينَ غَيۡرَ بَعِيدٍ ٣١ هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٖ ٣٢ مَّنۡ خَشِيَ ٱلرَّحۡمَٰنَ بِٱلۡغَيۡبِ وَجَآءَ بِقَلۡبٖ مُّنِيبٍ ٣٣ [ ق: 31-33]
"Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan -Nya). (yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan Dia datang dengan hati yang bertaubat". (QS Qaaf: 31-33).

3.         Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabarkan kabar gembira bagi orang yang berinabah.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman -Nya:

﴿ وَٱلَّذِينَ ٱجۡتَنَبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ أَن يَعۡبُدُوهَا وَأَنَابُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰۚ ١٧  [ الزمر: 17]
"Dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira". (QS az-Zumar: 17).

Dan diantara sifat-sifat yang dimiliki oleh hamba yang berinabah ialah mengambil pelajaran dari semua ayat yang menunjukan akan keagungan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang Maha Kuasa, sebagaimana yang Allah ta'ala kabarkan dalam ayat        -Nya:

﴿ أَفَلَمۡ يَنظُرُوٓاْ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوۡقَهُمۡ كَيۡفَ بَنَيۡنَٰهَا وَزَيَّنَّٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٖ ٦ وَٱلۡأَرۡضَ مَدَدۡنَٰهَا وَأَلۡقَيۡنَا فِيهَا رَوَٰسِيَ وَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجِۢ بَهِيجٖ ٧ تَبۡصِرَةٗ وَذِكۡرَىٰ لِكُلِّ عَبۡدٖ مُّنِيبٖ ٨ [ ق: 6-8]
"Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)". (QS Qaaf: 6-8).

Dalam kesempatan lain Allah azza wa jalla mengatakan:

﴿ وَيُنَزِّلُ لَكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ رِزۡقٗاۚ وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَن يُنِيبُ١٣ [ غافر: 13]
"Dan menurunkan untukmu rizki dari langit. dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)". (QS Ghaafir: 13).


4.         Dengan berinabah akan mencegah dirinya dari siksa dan adzab.
Seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla jelaskan dalam firman -Nya:

﴿ وَأَنِيبُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُواْ لَهُۥ مِن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ٥٤[ الزمر: 54]
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada       -Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)". (QS az-Zumar: 54).

5.         Dan Allah ta'ala telah menyuruh seluruh makhluknya untuk kembali dan berinabah kepada -Nya.
Sebagaimana Allah Shubhanahu wa ta’alla terangkan hal tersebut melalui firman -Nya:

﴿ فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠ ۞مُنِيبِينَ إِلَيۡهِ وَٱتَّقُوهُ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٣١ [ الروم: 30-31]
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dengan kembali bertaubat kepada   -Nya dan bertakwalah kepada -Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah". (QS ar-Ruum: 30-31).

Dan diantara do'a yang biasa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah memohon dikaruniai inabah ini. sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud dan Ahmad dari haditsnya Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau biasa membaca do'a:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « رَبِّ أَعِنِّي وَلَا تُعِنْ عَلَيَّ وَانْصُرْنِي وَلَا تَنْصُرْ عَلَيَّ وَامْكُرْ لِي وَلَا تَمْكُرْ عَلَيَّ وَاهْدِنِي وَيَسِّرْ الْهُدَى إِلَيَّ وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ رَبِّ اجْعَلْنِي لَكَ شَكَّارًا لَكَ ذَكَّارًا لَكَ رَهَّابًا لَكَ مِطْوَاعًا إِلَيْكَ مُخْبِتًا لَكَ أَوَّاهًا مُنِيبًا رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِي وَاغْسِلْ حَوْبَتِي وَأَجِبْ دَعْوَتِي وَثَبِّتْ حُجَّتِي وَاهْدِ قَلْبِي وَسَدِّدْ لِسَانِي وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِي » [أخرجه أبو داود و أحمد]
"Ya Allah, berilah hamba kemudahan jangan Engkau biarkan, berilah pertolongan jangan Engkau tolong musuhku, jadikan tipu daya untukku bukan atasku, berilah petunjuk, dan mudahkan untukku, tolonglah hamba terhadap orang yang memusuhiku. Ya Allah jadikanlah diriku hamba yang pandai bersyukur, banyak berdzikir, beribadah, serta yang taat pada      -Mu, banyak berdo'a dan berinabah kepada -Mu. Ya Rabb terimalah taubatku, cucilah dosa-dosaku, kabulkan do'aku, teguhkan hujahku, berilah hatiku petunjuk, luruskan lisanku, hilangkan kebencian dalam hatiku pada orang lain". HR Abu Dawud no: 1510. Ahmad 3/452 no: 1997.

Dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Buraidah dari ayahnya radhiyallahu 'anhu, menceritakan tentang dirinya, "Pada suatu malam Buraidah keluar rumah, ditengah jalan dirinya bertemu bersama Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lantas beliau mengandeng tangannya lalu membawanya masuk ke dalam masjid. Ketika didalam masjid terdengar suara orang yang sedang membaca al-Qur'an, maka Nabi bertanya, "Apakah dia membaca karena ingin riya'? Buraidah bertanya balik, "Apakah dia membaca karena ingin supaya dipuji ya Rasulallah? Kemudian Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Tidak, dia adalah seorang mukmin yang berinabah, tidak, dia adalah seorang mukmin yang berinabah".
Maka kami dapati orang tersebut adalah al-Asy'ari yang sedang membaca dengan suara yang terdengar ditelinga kami disisi masjid. Kemudian Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya al-Asy'ari –atau Abdullah bin Qois- telah dikaruniai oleh Allah suara indah dari sedikit yang dimiliki oleh nabi Daud". HR Ahmad 38/46 no: 22952.

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah termasuk manusia terbanyak yang berinabah kepada Rabbnya, dan termasuk do'a yang beliau panjatkan ialah tentang hal ini, seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, berkata, "Adalah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau bangun malam dan mengerjakan sholat malam beliau membaca do'a:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَوْ لَا إِلَهَ غَيْرُكَ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Ya Allah, segala puji bagi -Mu, Engkau adalah cahaya langit dan bumi serta segala isinya. Segala puji bagi -Mu, Engkau adalah penegak langit dan bumi serta isi yang ada dalam keduanya. Segala puji bagi -Mu, Engkau Rabb langit dan bumi serta segala isinya. Segala puji bagi -Mu, milik -Mu lah segala kerajaan langit dan bumi dengan segala isinya. Segala puji bagi -Mu, Engkau adalah penguasa langit dan bumi. Segala puji bagi -Mu, Engkau adalah al-Haq, janji      -Mu adalah benar adanya, dan ucapan -Mu adalah benar adanya, pertemuan dengan -Mu adalah benar adanya, surga itu adalah benar adanya, neraka itu adalah benar adanya, para nabi adalah benar adanya, Muhammad adalah benar adanya, dan hari kiamat adalah benar adanya. Ya Allah, kepada -Mu lah aku berserah diri, kepada      -Mu pula aku bertawakal, kepada -Mu aku beriman, kepada -Mu aku berinabah, dengan pertolongan -Mu aku berdebat dan kepada -Mu juga aku mengambil keputusan hukum. Ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang ku lakukan secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Engkau yang berhak menangguhkan dan mempercepat segala sesuatu. Tidak ada yang berhak di ibadahi secara benar melainkan Engkau, Engkau adalah illahku tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau". HR Bukhari no: 6317. Muslim no: 769.

Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.






[1] . Madarijus Saalikiin 1/434.
[2] . Berkata as-Sindi manakala menjelaskan makna hadits, "Artinya ialah tempat untuk mengintai ditempat yang agak tinggi dari dataran. Seperti dikatakan, "Orang yang memperhatikan gunung ini pada tempat ini, maksudnya, orang yang mendatangi serta mendakinya. Sedang yang dimaksud dalam hadits ialah kesulitan yang akan dialaminya ketika sakaratul maut datang, beliau menyerupakan dengan orang yang mendaki gunung, serta memberi penjelasan akan larangan tersebut dalam hadits. Karena biasanya orang yang berangan-angan untuk segara mati hanyalah orang yang sedikit punya kesabaran serta sering berkeluh kesah, dan apabila benar datang apa yang di inginkannya yakni kematian tentu keluh kesah serta kesempitannya akan bertambah. Sehingga dengan sebab itu dirinya berhak untuk mendapatkan murka Allah. Sebab kebahagian itu berada pada umur panjang, karena seorang manusia hanyalah diciptakan untuk menggapai kebahagian abadi yakni didalam surga, sedangkan modal utama untuk menggapai hal tersebut adalah umurnya. Apakah kiranya engkau pernah melihat ada seorang pedagang yang menyia-yiakan modal yang dimilikinya?! Musnad Imam Ahmad 22/427. 

Tidak ada komentar