Agungnya Nikmat Keamanan
Agungnya Nikmat Keamanan
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam . Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Diantara
surat-surat pendek yang sering hadir ditelinga kita dan menjadi kebutuhan
primer kita untuk mentadaburinya serta mengetahui hukum dan pelajaran yang terkandung
didalamnya adalah surat Quraisy. Yaitu surat yang bunyi lengkapnya:
﴿ لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ ١ إِۦلَٰفِهِمۡ
رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢ فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتِ ٣ ٱلَّذِيٓ
أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۢ ٤ ﴾ [ قريش: 1-4]
"Karena
kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim
dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini
(Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan".
(QS Quraisy: 1-4).
Surat
ini masih memiliki keterkaitan dengan surat sebelumnya yaitu surat al-Fiil.
Dimana surat al-Fiil kandungan globalnya menjelaskan tentang karunia Allah azza
wa jalla kepada penduduk Makah dari rencana buruk pasukan bergajah yang
memobilisasi pasukannya ke Makah dengan tujuan menghancurkan Ka'bah. Maka
selanjutnya dalam surat ini Allah Shubhanahu wa ta’alla menerangkan
akan bentuk kenikmatan lain bagi penduduk Makah yaitu kebiasaan mereka yang mengadakan
perjalanan dagang pada musim panas serta musim dingin dalam kondisi aman
sentosa.
Tafsir
ayat:
Di mulai dari firman Allah tabaraka wa ta'ala:
﴿ لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ ١ ﴾ [ قريش: 1]
"Karena kebiasaan orang-orang
Quraisy". (QS Quraisy: 1).
Al-Ilaf dengan arti berkumpul dan
bergabung, maka yang dimaksud dengannya ialah berdagang (berkafilah untuk
dagang) yang biasa mereka lakukan sekali pada waktu musim dingin dan sekali
dilakukan pada musim panas. Adapun pada musim panas maka mereka biasa berdagang
ke negeri Syam, dikarenakan pada kondisi seperti tadi pas lagi musim
buah-buahan serta barang dagangan lainnya, ditambah cocoknya udara dingin
disana yang mendukungnya.
Maka ini merupakan nikmat Allah azza wa jalla terhadap
orang-orang Quraisy yang punya kebiasaan melakukan perjalanan keluar pada dua
musim ini. sebab mereka mendapatkan keuntungan finansial yang luar biasa
banyaknya disamping keuntungan lainnya. Terus ditambah pada nikmat berikutnya
yaitu mereka bisa kembali ke negerinya Makah dalam keadaan aman sentosa, tidak
terganggu ditengah perjalanan disebabkan penghormatan manusia terhadap mereka
karena sebagai penduduk tanah haram.
Sehingga
siapapun orangnya yang mengenal mereka pasti akan menghormatinya. Bahkan bagi
siapa saja yang ikut bersama rombongan mereka juga ikut terjamin keamanannya.
Inilah kondisi mereka disaat safar dan
ditengah perjalanan baik pada musim dingin maupun musim panas, adapun kondisi
mereka disaat tinggal didalam negerinya, maka hal itu sebagaimana telah
disebutkan dalam salah satu firman -Nya:
﴿ أَوَ لَمۡ يَرَوۡاْ أَنَّا جَعَلۡنَا حَرَمًا ءَامِنٗا وَيُتَخَطَّفُ ٱلنَّاسُ
مِنۡ حَوۡلِهِمۡۚ ٦٧ ﴾ [العنكبوت: 67 ]
"Dan
apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan
(negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya
rampok-merampok". (QS al-A'nkabuut: 67).
Kemudian Allah Shbhanahu wa ta’alla melanjutkan
firman -Nya dalam surat ini:
﴿ فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتِ ٣ ﴾ [ قريش: 1-4]
"Maka hendaklah mereka
menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka'bah)". (QS
Quraisy: 3).
Allah
ta'ala mengajak mereka untuk bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut dengan
cara beribadah kepada Rabb (pemilik)
rumah ini yang dimaksud adalah Ka'bah. Dan dalam hal ini Allah Shbhanahu wa ta’alla
menyandarkan kepada rububiyah -Nya yaitu dengan menegaskan
dalam firman -Nya:
﴿ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتِ ٣ ﴾ [ قريش: 1-4]
"Rabb
pemilik rumah ini (Ka'bah)". (QS
Quraisy: 3).
Dan
bentuk penyandaran kepemilikian kepada Allah Shbhanahu wa ta’alla
ini dalam rangka pengagungan dan pemuliaan.[1] Maksudnya ayat ini, maka hendaknya kalian mengesakan Allah Shbhanahu wa ta’alla didalam beribadah
sebagaimana -Dia telah menjadikan kepada kalian negeri haram yang aman dan
rumah yang suci. Seperti yang Allah Shbhanahu wa ta’alla
sebutkan dalam ayat -Nya yang lain, Allah
berfirman:
﴿ إِنَّمَآ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ رَبَّ هَٰذِهِ ٱلۡبَلۡدَةِ ٱلَّذِي
حَرَّمَهَا وَلَهُۥ كُلُّ شَيۡءٖۖ ٩١ ﴾ [النمل: 91 ]
"Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini
(Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan -Nya-lah segala
sesuatu". (QS an-Naml: 91).
Maka
janganlah kalian beribadah kepada patung, berhala, serta sesembahan dan
tandingan Allah Shbhanahu wa ta’alla. Dan bagi siapa saja yang
memenuhi panggilan ini maka -Dia
akan mengumpulkan padanya antara dua keamanan, didunia dan diakhirat kelak. Dan
sebalikanya bagi siapa yang enggan serta mengingkari maka Allah Shbhanahu wa ta’alla
akan mencabut rasa aman dalam dirinya, didunia dan diakhirat kelak. Sebagaimana
yang Allah Shbhanahu
wa ta’alla tegaskan dalam firman -Nya
yang lain:
﴿
z>uÑur ª!$# WxsWtB Zptös% ôMtR$2 ZpoYÏB#uä Zp¨ZͳyJôÜB $ygÏ?ù't $ygè%øÍ #Yxîu `ÏiB Èe@ä. 5b%s3tB ôNtxÿx6sù ÉOãè÷Rr'Î/ «!$# $ygs%ºsr'sù ª!$# }¨$t6Ï9 Æíqàfø9$# Å$öqyø9$#ur $yJÎ/ (#qçR$2 cqãèuZóÁt ﴾ [ النحل: 112 ]
"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah
negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah
ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah;
karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan,
disebabkan apa yang selalu mereka perbuat". (QS an-Nahl: 112).
Kemudian Allah Shbhanahu wa ta’alla menutup firman -Nya dengan:
﴿ ٱلَّذِيٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۢ ٤ ﴾ [ قريش: 4]
"Yang
telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan". (QS
Quraisy: 4).
Maksudnya
memberi makanan kepada mereka setelah rasa lapar, dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu
berlindung kepada Allah azza wa jalla dari kelaparan. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits
yang dibawakan Oleh Imam Abu Dawud dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau
berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam biasa berdo'a:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللهم إني أعوذ بك من الجوع فإنه بئس
الضجيع
»
[أخرجه أبو دود]
"Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada -Mu dari kelaparan, karena sesungguhnya
lapar membikin susah tidur". HR Abu Dawud no: 1547. Dinilai shahih oleh al-Albani
dalam shahih sunan Abi Dawud 1/288 no: 1368.
Sahabat
Ibnu Abbas menjelaskan: "Firman -Nya, "Telah memberi
makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar". Yaitu dengan sebab
do'anya Nabi Ibrahim 'alaihi sallam manakala beliau bermunajat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla:
﴿ وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِۧمُ
رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنٗا وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُۥ مِنَ
ٱلثَّمَرَٰتِ ١٢٦﴾ [ البقرة: 126 ]
"Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini,
negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada
penduduknya". (QS al-Baqarah: 126).[2]
Imam
Ibnu Zaid menerangkan, "Kondisi orang Arab, kebiasaan mereka ialah
merampas satu sama lain serta menawan satu sama lain. Namun, orang-orang
Quraisy aman dari gangguan tersebut disebabkan tempat tinggalnya berada ditanah
haram. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
﴿ أَوَ لَمۡ نُمَكِّن لَّهُمۡ حَرَمًا ءَامِنٗا يُجۡبَىٰٓ إِلَيۡهِ ثَمَرَٰتُ
كُلِّ شَيۡءٖ رِّزۡقٗا مِّن لَّدُنَّا ٥٧﴾ [ القصص: 57 ]
"Dan
apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci)
yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam
(tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?". (QS
al-Qashash: 57).[3]
Pelajaran
yang bisa kita petik dari surat ini:
Pertama:
Bahwa nikmat Allah Shubhanahu
wa ta’alla atas para hamba sangatlah banyak dan yang
terbesar adalah nikmat Iman, keamanan dan rizki (makanan). Allah Shubhanahu wa ta’alla
menjelaskan kedudukan nikmat-nikmat tersebut dalam firman -Nya:
﴿ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ ٞ ٣٤ ﴾ [ ابراهيم: 34 ]
"Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya". (QS Ibrahim: 34).
Allah
tabaraka wa ta'ala berfirman menjelaskan akan besarnya nikmat makanan pada para
hamba -Nya:
﴿ فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَٰنُ إِلَىٰ طَعَامِهِۦٓ ٢٤ أَنَّا صَبَبۡنَا ٱلۡمَآءَ
صَبّٗا ٢٥ ثُمَّ شَقَقۡنَا ٱلۡأَرۡضَ شَقّٗا ٢٦ فَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا حَبّٗا ٢٧ وَعِنَبٗا
وَقَضۡبٗا ٢٨ وَزَيۡتُونٗا وَنَخۡلٗا ٢٩ وَحَدَآئِقَ غُلۡبٗا ٣٠ وَفَٰكِهَةٗ وَأَبّٗا
٣١ مَّتَٰعٗا لَّكُمۡ وَلِأَنۡعَٰمِكُمۡ ٣٢ ﴾ [ عبس: 24-32]
"Maka
hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar
telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan
sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan
serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu". (QS 'Abasa: 24-32).
Allah
Shubhanahu wa ta’alla
berfirman didalam ayat -Nya menjelaskan nikmat aman
yang dikaruniakan kepada para hamba -Nya:
﴿ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ
لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ ٨٢ ﴾ [ الأنعام: 82 ]
"Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk". (QS al-An'am: 82).
Allah Shubhanahu wa ta’alla
juga mengkisahkan kepada kita penduduk Saba' yang dikasih kenikmatan yang satu
ini, Allah ta'ala berfirman:
﴿ سِيرُواْ فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا ءَامِنِينَ ١٨ ﴾ [ سبأ: 18 ]
"Berjalanlah
kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman".
(QS Saba': 18).
Diriwayatkan
dalam sunan Tirmidzi dari Ubaidullah bin Mihshan al-Khathmi radhiyallahu 'anhu,
beliau adalah seorang sahabat, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « من أصبح منكم آمنا في سربه معافى في جسده
عنده قوت يومه فكأنما حيزت له الدنيا » [أخرجه الترمذي]
"Barangsiapa diantara
kalian dikala pagi merasa aman ditempat tinggalnya, sehat badanya dan menjumpai
makanan untuk dimakan. Maka orang tadi seakan-akan memperoleh dunia
(seluruhnya)". HR at-Tirmidzi no: 2346. Dinyatakan hasan oleh al-Albani
dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/274 no: 1913.
Kedua: Bahwa langgengnya nikmat-nikmat semacam ini dan
keberlangsungannya hanya bisa diperoleh dengan cara mensyukurinya dan hal itu
harus dengan cara ikhlas dalam beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, mentaati -Nya serta meninggalkan larangan -Nya.
Allah ta'ala menyebutkan hal tersebut dalam firman -Nya:
﴿ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ
لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ
أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ
فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٥٥ ﴾ [ النور: 55 ]
"Dan Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai
-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku -Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka itulah orang-orang yang
fasik". (QS an-Nuur: 55).
Allah azza wa jalla juga
menjelaskan dalam ayat yang lain:
﴿ وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن
كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧
﴾ [ ابراهيم: 7 ]
"Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat -Ku), Maka sesungguhnya azab -Ku sangat pedih". (QS
Ibrahim: 7).
Ketiga:
Adapun cara mensyukurinya bisa dengan tiga hal, dengan hati, ucapan dan
perbuatan. Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyebutkan
dalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يَشۡكُرۡ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ ٞ ١٢ ﴾ [ لقمان: 12 ]
"Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri". (QS Luqman: 12).
Allah ta'ala juga mengatakan
dalam ayat yang lain:
﴿ ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرٗاۚ وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ
ٱلشَّكُورُ ١٣ ﴾ [ سبأ: 13 ]
"Bekerjalah
hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari
hamba-hamba -Ku yang berterima kasih". (QS Saba': 13).
Maka
hilangnya nikmat ini hanyalah disebabkan oleh perbuatan maksiat dan dosa.
sebagaimana yang Allah Shubhanahu wa ta’alla
singgung dalam ayat -Nya:
﴿ أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ بَدَّلُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ كُفۡرٗا وَأَحَلُّواْ قَوۡمَهُمۡ
دَارَ ٱلۡبَوَارِ ٢٨ جَهَنَّمَ يَصۡلَوۡنَهَاۖ وَبِئۡسَ ٱلۡقَرَارُ ٢٩﴾ [ ابرهيم: 28-29 ]
"Tidakkah
kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran
dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam; mereka
masuk kedalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman". (QS Ibrahim:
28-29).
Didalam
hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu
'anha, beliau berkata: "Adalah Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam apabila mengerjakan sholat
beliau berdiri lama sekali sampai kedua kakinya bengkak. Maka aku katakan
padanya, "Ya Rasulallah, kenapa anda lakukan ini, bukankah engkau telah
diampuni dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Beliau menjawab,
"Wahai Aisyah, tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?! HR
Bukhari no: 1130. Muslim no: 2820.
Seorang
penyair mengatakan:
Jika
engkau mendapat nikmat peliharalah
Sungguh
maksiat akan menghapusnya
Jagalah
dengan ketaatan pada Sang pemberi
Rabb
para hamba yang sangat cepat hukuman –Nya
Akhirnya
kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu
wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga
Allah Shubhanahu wa
ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment