Hubungan Tauhid uluhiah Dengan Tauhid rububiah
Jenis-jenis
tauhid saling berhubungan, sebagiannya berkaitan dengan yang lain. Berikut ini
penjelasan hubungan antara tauhid uluhiah dengan rububiah dan
sebaliknya:
1.
Tauhid rububiah mengharuskan tauhid uluhiah,
maknanya bahwa penetapan tauhid uluhiah mewajibkan penetapan tauhid
uluhiah. Siapa yang mengetahui bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah tuhan, pencipta, pengatur urusannya, dan telah menyeru untuk
mengibadahi
-Nya, wajib baginya mengibadahi -Nya saja tanpa menyekutukan -Nya. Jika hanya -Dia pencipta, pemberi rizki, pemberi manfaat dan
mudarat, mengharuskan untuk mengesakan -Nya dalam
ibadah.
2.
Tauhid uluhiah mengandung tauhid
rububiah, maknanya tauhid rububiah masuk dalam kandungan tauhid
uluhiah. Maka siapa yang beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata tanpa
menyekutukan -Nya, sudah pasti berkeyakinan
bahwa -Dia adalah Tuhan nya, pencipta dan pemberi rezeki, dimana tidak disembah melainkan karena
ditangan –Nya lah manfaat dan mudarat dan pada –Nya lah penciptaan dan segala
urusan.
3.
Rububiah merupakan amalan hati,
tidak lebih dari itu, karena itu dinamakan pula dengan tauhid al-makrifah
wal itsbat (tauhid pengetahuan dan penetapan) atau tauhidul ilmi (tauhid
ilmu).
Sedangkan tauhid uluhiah merupakan amalan hati
dan badan, tidak cukup hanya hati, bahkan pada prilaku dan amal, yang dimaksudkan
untuk Allah
Shubhanahu wa ta’alla semata
tanpa menyekutukan -Nya.
4.
Tauhid rububiah semata
tidaklah cukup. Yang demikian itu karena tauhid rububiah konsentrasinya
ada pada cara pandang. Seandainya itu cukup, tentunya manusia tidak butuh
diutus rasul dan diturunkan kitab suci. Tidaklah cukup hanya menetapkan
sifat-sifat yang layak bagi tuhan dan bahwa hanya ia semata tuhan pencipta.
Belum menjadi ahli tauhid kecuali jika mempersaksikan
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, menetapkan
bahwa -Dia adalah yang disembah dan
diibadahi semata, dan mengibadahi -Nya sesuai dengan pengetahuan
tersebut.
5.
Tauhid uluhiah adalah
tauhid yang dibawa para rasul. Tauhid inilah yang menimbulkan perselisihan antara para rasul alaihim salam dan umatnya.
Sebagaimana perkataan kaum Nabi Hud alahis salam ketika mengatakan
kepada mereka:
قال الله تعالى: ﴿
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ ﴾ [الأعراف: 59]
“…ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah
Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain -Nya’….” (QS.al-A’raf:59)
Mereka menjawab:
قال الله تعالى: ﴿ قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ
يَعْبُدُ آبَاؤُنَا ﴾ [الأعراف: 70]
“Apakah kamu datang kepada kami,
agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah
oleh bapak-bapak kami?’....” (QS.al-A’raf:70)
Juga yang dikatakan kaum kafir
Quraisy, ketika diperintahkan untuk mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam beribadah,
قال الله تعالى: ﴿
أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهاً وَاحِداً إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ ﴾ [ص: 5]
“Mengapa
ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.”(QS.Shad:5)
Adapun tauhid rububiah, mereka tidak
mengingkarinya, bahkan Iblis tidak mengingkarinya:
قال الله تعالى: ﴿
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي ﴾ [الحجر: 39]
“Iblis
berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat,
…”(QS.al-Hijar:39)
6.
Keduanya jika disebutkan
bersamaan, memiliki makna tersendiri, dan jika terpisah mengandung makna lain. Maknanya: jika keduanya disebutkan
bersamaan, maka setiap kata sesuai dengan maksudnya, sebagaimana firman Allah ta’ala :
قال الله تعالى: ﴿ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ
النَّاسِ (3) ﴾ [الناس: 1- 3]
1. Katakanlah: "Aku
berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. 2. Raja
manusia. 3. Sembahan manusia.” (QS.an-Nas:1-3)
Sehingga makna Rab: Al-Malik Mutasharif (raja
yang mengatur). Inilah tauhid rububiah (ketuhanan). Makna Ilah: yang
disembah dengan hak, yang berhak diibadahi tanpa selain -Nya. Inilah tauhid uluhiah.
Terkadang keduanya disebut secara sendiri-sendiri
sehingga memiliki kesamaan makna, seperti pertanyaan dua malaikat kepada mayat
di dalam kubur: “Siapa Tuhan -mu?” Maknanya “Siapa
Sesembahan-mu?” juga sebagaimana firman Allah ta’ala,
قال الله تعالى: ﴿ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلاَّ أَنْ
يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ﴾ [الحج: 40]
“(Yaitu) orang-orang yang telah
diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena
mereka berkata, ‘Tuhan kami hanyalah Allah’….”
(QS.al-Haj:40)
Dan firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿
قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبّاً ﴾ [الأنعام: 164]
“Katakanlah: "Apakah aku
akan mencari Tuhan selain Allah….” (QS.al-An’am:164)
Dan firman -Nya mengenai
kekasih Allah Shubhanahu wa ta’all, Nabi Ibrahim:
قال الله تعالى: ﴿
رَبِّي الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ ﴾ [البقرة: 258]
"…Tuhan
-ku ialah yang menghidupkan dan mematikan’….” (QS.al-Baqarah:258)
Dan sebagaimana firman Allah ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ
وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلاً مَا
تَذَكَّرُونَ ﴾ [النمل: 62]
“Atau
siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepada -Nya, dan yang menghilangkan
kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat
sedikitlah kamu ngingati (-Nya).” (QS.an-Naml:62)
7.
Agar tauhid benar dan selamat
dunia dan akhirat, hendaklah merealisasikan kedua hal tersebut.
Post a Comment