Sifat Pengecut, Awas Bahayanya
Sifat Pengecut, Awas Bahayanya
Segala puji hanya untuk Allah
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam . Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak
disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai
bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa
sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Diantara
sekian sifat tercela yang Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya cela secara spesifik adalah sifat
pengecut. Para ulama mengatakan, salah satunya Fairuz Abadi menjelaskan,
"Pengecut adalah lemahnya hati yang seharusnya dalam kondisi kuat".[1] Dan
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam kebiasaan beliau adalah
berlindung kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dari sifat
pengecut. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan
Muslim dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau berkata,
"Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ » [أخرجه
البخاري و مسلم]
"Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada -Mu dari gundah hati
dan kesedihan, dari rasa lemah dan malas, dari rasa kikir dan penakut dari
lilitan hutang dan penguasaan orang lain". HR Bukhari no: 6363.
Muslim no: 2707.
Al-Qodhi
Iyadh mengatakan, "Itulah bentuk berlindungnya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam,
beliau berlindung dari sifat pengecut dan kikir disebabkan dalam kedua sifat
tersebut terkandung beberapa keburukan, seperti tidak bisa sempurna dalam
melaksanakan kewajiban dan menunaikan hak-haknya Allah Shubhanahu wa ta’alla, tidak membenci ahli maksiat, serta
enggan merubah kemungkaran, dan menunaikan hak-hak harta. Yang mana dengan
keberanian yang seimbang bisa mengantarkan pada mengerjakan hak, menolong orang
terdhalimi, dan dengan kelapangan jiwa akan mudah untuk menunaikan haknya harta.
Tanggap untuk mengeluarkan dan menolong orang miskin, serta membantu orang yang
dilanda kesulitan". [2]
Dan
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan kalau sifat
pengecut merupakan sifat terburuk diantara sifat-sifat jelek lainnya yang ada
pada pribadi seseorang. Hal itu, seperti dijelaskan dalam sebuah hadits yang
dibawakan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata,
"Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « شَرُّ
مَا فِي رَجُلٍ شُحٌّ هَالِعٌ وَجُبْنٌ خَالِعٌ » [أخرجه أحمد]
"Sifat terjelek yang
ada pada diri seseorang ialah orang yang sangat pelit dan pengecut".
HR Ahmad 13/385 no: 8010.
Pengecut
juga termasuk ciri khasnya orang munafik. Sebagaimana disebutkan oleh Allah
ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ أَشِحَّةً عَلَيۡكُمۡۖ فَإِذَا
جَآءَ ٱلۡخَوۡفُ رَأَيۡتَهُمۡ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ تَدُورُ أَعۡيُنُهُمۡ كَٱلَّذِي
يُغۡشَىٰ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ ١٩﴾ [ الأحزاب: 19 ]
"Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang
ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang
terbalik- balik seperti orang yang pingsan karena akan mati". (QS al-Ahzab: 19).
Al-Hafidh Ibnu Katsir
menerangkan, "Hal itu disebabkan karena mereka kaget dan ketakutan yang
sangat. Itulah ketakutan mereka-mereka para pengecut yang takut dari
peperangan, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan
lidah yang tajam, artinya apabila dalam kondisi aman mereka mulai mengeluarkan
statemen yang pedas, tinggi lagi fasih. Dengan mengklaim
bahwa merekalah orang-orang yang berada dikedudukan para pemberani dan kstaria
sedangkan mereka adalah para pendusta akan hal itu".[3]
Seorang penyair mengatakan:
Apakah jikalau aman kamu tabiatnya kasar lagi keras
Tapi dalam perang bagaikan wanita pingitan
Lihat
pada panutan kita, Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam adalah orang yang
paling berani dan paling teguh hatinya tatkala berhadapan dengan musuh. Dijelaskan dalam sebuah hadits sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari al-Bara' bin Azib radhiyallahu 'anhu, beliau
menceritakan, "Kami, demi Allah apabila kami dilanda ketakutan seringkali
kami berlindung dibalik beliau, dan sungguh beliau adalah orang paling berani
diantara kami". HR Muslim no: 1776.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, "Sesungguhnya semua orang memuji orang
yang punya sifat pemberani dan penderma, sampai kiranya kebanyakan pujian yang
dibawakan oleh para penyair dalam bait syairnya adalah tentang keberanian ini.
Begitu pula banyak orang yang mencela sifat kikir dan pengecut. Kemudian
beliau melanjutkan, "Manakala kebaikan anak cucu Adam tidak mungkin bisa
sempurna dalam agamanya melainkan dengan keberanian dan dermawan maka Allah
azza wa jalla menjelaskan bahwa orang yang diserahi tugas untuk memikul jihad,
namun meninggalkannya maka -Dia akan ganti orang tersebut
dengan orang lain yang mau menegakan syi'ar jihad tersebut. Sebagaimana
disebutkan dalam firman -Nya:
﴿ فَمِنكُم مَّن يَبۡخَلُۖ وَمَن يَبۡخَلۡ فَإِنَّمَا يَبۡخَلُ عَن نَّفۡسِهِۦۚ
وَٱللَّهُ ٱلۡغَنِيُّ وَأَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُۚ وَإِن تَتَوَلَّوۡاْ يَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا
غَيۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓاْ أَمۡثَٰلَكُم ٣٨ ﴾ [محمد: 38]
"Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa
yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. dan Allah -lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah
orang-orang yang berkehendak (kepada -Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan
mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu
ini". (QS Muhammad: 38).[4]
Dan
diantara perkara yang menunjukan sifat pengecut ini termasuk menafikan budi
pekerti yang luhur ialah sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari
Jubair bin Muth'im radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Tatkala aku sedang
bersama Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam dan para sahabat lainnya seusai peperangan Hunain. Datang
orang-orang Arab Badui berdesak-desakan mengerumuni beliau untuk meminta bagian
sehingga beliau terdesak ke suatu pohon yang menyebabkan jubahnya terlepas.
Lalu beliau berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَعْطُونِي
رِدَائِي لَوْ كَانَ لِي عَدَدُ هَذِهِ الْعِضَاهِ نَعَمًا لَقَسَمْتُهُ
بَيْنَكُمْ ثُمَّ لَا تَجِدُونِي بَخِيلًا وَلَا كَذُوبًا وَلَا جَبَانًا » [أخرجه
البخاري]
"Kembalikan jubahku. Demi Allah, jika saja aku
memiliki ternak sebanyak pohon besar niscaya aku akan bagi-bagikan juga kepada
kalian, sehingga dengan begitu tidak ada yang menganggapku sebagai orang yang
kikir, dusta dan pengecut". HR Bukhari no: 3148.
Al-Hafidh
Ibnu Hajar menerangkan, "Didalam hadits ini sebagai dalil tercelanya
sifat-sifat yang disebutkan tadi, yakni kikir, dusta, dan pengecut. Dan tidak
sepantasnya bagi seorang pemimpin kaum muslimin yang mempunyai cabang-cabang
sifat tersebut".[5] Seorang ulama yang bernama Abu Zinad mengatakan,
"Tatkala Khalid bin Walid dalam kondisi kritis beliau menangis. Kemudian
beliau berkata, "Sungguh aku telah mengikuti (peperangan) ini dan itu,
sehingga tidak menyisakan sedikitpun dari tubuhku ini melainkan ada bekas
sabetan pedang, tusukan tombak atau lemparan panah. Dan sekarang aku akan
meninggal diatas tempat tidur tergeletak seperti matinya seekor onta, maka
tidaklah tertidur matanya para pengecut".[6]
Umar
bin Khatab mengatakan, "Sesungguhnya keberanian dan pengecut adalah sifat
dasar yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla berikan pada hamba yang dikendaki -Nya.
Maka bisa dijumpai ada seseorang yang berperang dengan tidak mempedulikan bisa
kembali kepada keluarganya atau tidak. Ada juga seseorang yang lari dari ayah
dan ibunya (tidak membelanya). Ada pula yang berperang demi mencari wajah Allah Shubhanahu wa ta’alla, maka itulah yang
dinamakan syahid".
Seorang penyair mengatakan:
Para pengecut suatu kaum
akan lari membela anak ibunya
Sedang pemberani rela membela orang yang tidak
memiliki kedekatan
Diantara
kisah-kisah para pemberani yang disebutkan dalam bukuh sejarah ialah kejadian
yang ada dalam peperang Badr. Kisahnya Mu'adz bin Amr radhiyallahu 'anhu disaat
perang berkecamuk. Beliau berkata, "Aku mempunyai target pada perang Badr
untuk membunuh Abu Jahal. Maka, manakala peluang datang akupun menyerangnya.
Aku layangkan satu pukulan yang mengenai sekitar kakinya pada pertengahan
betisnya. Lalu anaknya Ikrimah menyabet pundakku, maka lenganku
pun terlepas dan menempel pada kulit sampingku namun peperangan menjauhkan
posisiku darinya. Sungguh, aku telah berperang seharian dan menyeret lenganku
ke belakang. Maka, tatkala ia semakin membuatku tersiksa, maka aku menginjakkan
kakiku ke atasnya kemudian lama aku melakukan hal itu hingga akhirnya berhasil
membuangnya".
Imam
Dzahabi mengomentari kisah ini dengan mengatakan, "Ini demi Allah, inilah
yang dinamakan pemberani sejati. Bukan seperti orang hanya tergores anak panah
lalu nyalinya menciut dan menyembelih ketegarannya".[7] Pernah ditanyakan kepada Abdul Malik, "Siapakah
orang Arab yang paling berani dalam bait syairnya? Beliau menjawab, "Abas
bin Murdas tatkala mengatakan:
Kondisi terberat ialah
ketika menghadapi pasukan yang bersenjata lengkap
Namun,
ku tak peduli apakah aku mati disitu ataukah selamat darinya
Inilah
lantunan bait syair yang paling berani yang diucapkan oleh orang Arab. Adapun
bait syair kepada para pengecut adalah seperti perkataan seorang penyair:
Aku mengira ketika lari
dari peperang menyebabkan panjang umur
Tapi aku tidak menjumpai seperti ketika maju kemedan
pertempuran
Bukanlah kesudahan perang
yang menyebabkan berdarah
Namun, kaki kami yang berdarah karena lari tunggang
langgang
Penyair lain mengatakan:
Kondisi terberat yang aku
alami disaat perang adalah telapak kaki
Lari
terpacu dari genderang perang tatkala diumumkan
Mengapa tidak seperti
kijang betina yang pemberani
Itu
karena hatimu menciut berada disayap burung
Kisah
seorang wanita muda al-Khariji yang dikatakan oleh Ibnu Katsir, "Dirinya
adalah seorang wanita kuat yang turut serta dalam perang yang sedang
berkecamuk, yang barangkali tidak bisa disetarai oleh para pemberani laki-laki.
Sampai kiranya Hajaj takut sekali dari sepak terjangnya. Sehingga diungkapkan
oleh sebagian penyair tentang kejadian tersebut". Lalu beliau menyebutkan
dua bait syair tersebut.[8]
Dampak buruk sifat
pengecut:
Pertama:
Pengecut termasuk sifatnya para munafik yang seharusnya dihilangkan
dari dalam diri orang beriman.
Kedua:
Sifat pengecut tidak bisa menjadikan ajal semakin menjauh, tidak pula
mendekatkan rizki dan manfaat. Allah Shubhanahu
wa ta'ala berfirman tentang orang-orang munafik:
﴿ يَقُولُونَ لَوۡ كَانَ لَنَا
مِنَ ٱلۡأَمۡرِ شَيۡءٞ مَّا قُتِلۡنَا هَٰهُنَاۗ قُل لَّوۡ كُنتُمۡ فِي بُيُوتِكُمۡ
لَبَرَزَ ٱلَّذِينَ كُتِبَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقَتۡلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمۡۖ ١٥٤﴾ [ آل عمران: 154]
"Mereka
berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam
urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini".
Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang
telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka
terbunuh". (QS al-Imran: 154).
Ketiga:
Orang yang memiliki sifat pengecut menunjukan akan lemah imannya. Rasa
tawakalnya kepada Allah Shubhanahu
wa ta'ala.
sebagaimana dijelaskan oleh Allah Shubhanahu
wa ta'ala dalam
firman -Nya:
﴿ قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا
مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
٥١﴾ [ التوبة: 51 ]
"Katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang
yang beriman harus bertawakal". (QS atTaubah:
51).
Keempat:
Pengecut akan mengantarkan pada kealpaan dalam menunaikan kewajiban. Menunaikan
hak-hak Allah Shubhanahu wa ta'ala,
dan yang terburuk dari itu semua ialah tidak berani memerangi ahli bathil dan
merubah kemungkaran.
Kelima:
Pengecut mewariskan kehinaan dan sempitnya hati. Imam Ibnu Qoyim mengatakan,
"Sesungguhnya keberanian menjadikan lapang dada dan hati menjadi tentram
adapun pengecut maka dijumpai dia adalah manusia yang paling sempit dadanya,
hatinya tertawan
tidak ada tawa dan kebahagian. Tidak ada kelezatan hidup melainkan seperti yang
dirasakan oleh binatang ternak, sedang kebahagian jiwa, kelezatan, kenikmatan,
serta berkobarnya maka semua itu terhalang bagi para pengecut sebagaimana
terlarang pula bagi orang yang kikir".[9]
Keenam:
Pengecut menyebabkan terjajahnya sebuah negeri, terampasnya harta benda serta
pelanggaran kehormatan lainnya.
Akhirnya
kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu
wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga
Allah Shubhanahu wa
ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
Post a Comment