Doa Kedua Orang Tua
Doa Kedua Orang Tua
24/32. Dari Abu Hurairah berkata,
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
٢٤/٣٢ ثَلاَثُ
دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ،
وَدَعْوَةُ المسَّافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلَى
وَلَدِهِمَا.
"Ada tiga doa yang tidak diragukan kemustajabannya, yaitu, doa orang
yang dizhalimi (dianiaya), doa orang musafir, dan doa kedua orang tua kepada
anaknya."
Hasan,
di
dalam kitab Ash-Shahihah (598), (Abu Daud:
8-Kitab Ash-Shalat,
29-
Bab Ad-Doa’u
Bizhahril Ghaibi,
At-Tirmidzi, 25- Kitab Al
Birru wash-Shilah, 7-
Bab Ma Ja^afi Da'watil Walidaini. Ibnu
Majah: 34-
Kitab Doa\ 11- Bab Da’watul-Walid Da'watul Mazhlum, hadits 3862).
25/33. Dari Abu Hurairah,
dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
٢٥/٣٣ مَا
تَكَلَّمَ مَوْلُوْدٌ مِنَ النَّاسِ فِي مَهْدِ اِلاَّ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ، قِيْلَ: يَا نّبِيَّ اللهُ!
وَمَا صَاحِبُ جُرَيْجٍ؟ قَالَ: فَإِنَّ جُرَيْجًا كَانَ رَجُلاً رَاهِبًا فِي
صُوْمِعَةٍ لَهُ، وَكَانَ رَاعِى بَقَرٍ يَأْوِي إِلَى أَسْفَلَ صَوْمعَتِهِ
وَكَانَتِ امْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ الْقَرْيَةَ تَخْتَلِفُ إِلَى الرَّاعِى فَأَتَتْ
أُمُّهُ يَوْمًا فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ وَهُوَ يُصَلِّى، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ،
وَهُوَ يُصَلَّى: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثِّرَ صَلاَتَهُ، ثُمَّ
صَرَخَتْ بِهِ الثَّانِيَةُ، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى
أَنْ يُؤَثَّرَ صَلاَتَهُ ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّالِثَةُ فَقَالَ: أُمِّى
وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثِّرُ صَلاَتَهُ فَلَمَّا لَمْ يُجِبْهَا قَالَتْ:
لاً أمًاتًكً اللهٌ يًا جٌرًيْجُ حَتَّى تَنْظُرَ فِي وَجْهِ الْمَوْمِسَاتِ ثُمَّ
انْصَرَفَتْ .
فَأُتِىَ
الْمَلِكُ بِتِلْكَ الْمَرْأَةِ وَلَدَتْ فَقَالَ: مِمَّنْ؟ قَالَتْ: مِنْ
جُرَيْجٍ، قَالَ: أَصَاحِبُ الصُّومِعَةِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: اهْدُمُوْا
صُوْمَعَتَهُ وَأُتُوْنِي بِهِ، فَضَرَبُوْا صُوْمَعَتَهُ بِالْفُئُوْسِ حَتَّى
وَقَعَتْ. فَجَعَلُوْا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ بِحَبْلٍﻧ ثُمَّ انْطَلَقَ بِهِ،
فَمَرَّ بِهِ عَلَى الْمُوْمِسَاتَ فَرَآهُنَّ فَتَبَسَّمَ، وَهُنَّ يَنْظُرْنَ
إِلَيْهِ فِي النَّاسِ، فَقَالَ الْمَلِكُ: مَا تَزْعُمُ هَذِهِ؟ قَالَ: مَا
تَزْعُمُ؟ قَالَ: تَزْعُمُ أَنْ وَلَدُهَا مِنْكَ، قَالَ: أَنْتَ تَزْعُمَيْنَ؟
قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: أَيْنَ هَذَا الصَّغِيْرُ؟ قَالُوْا هُوَ ذَا فِي
حَجْرِهَا، فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ فَقَالَ: مَنْ أَبُْوكَ؟ قَالَ: رَاعِي الْبَقَرِ،
قَالَ الْمَلِكُ: أَنَجْعَلُ صُوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبَ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: مِنْ
فِضَّةٍ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: فَمَا نَجْعَلُهَا؟ قَالَ: رُدُّوْهَا كَمَا كَانَتْ،
قَالَ: فَمَا الَّذِي تَبَسَّمْتَ؟ قَالَ: أَمْرًا عَرَفْتُهُ، أَدْرَكَتْنِى
دَعْوَةُ أُمِّى ثُمَّ أُخْبِرُهُمْ .
'Tidak
ada seorang bayi yang dapat bicara di dalam ayunan (buaian) (ibunya) kecuali
Isa ibnu Maryam 'alaihissalam dan bayi (dalam cerita) Juraij.' Ditanyakan,
'Wahai Nabi Allah, bagaimana (cerita tentang) Juraij?' Nabi menjawab,
'Sesungguhnya Juraij adalah seorang yang selalu
beribadah di dalam tempat ibadah miliknya. Ada
seorang penggembala sapi yang tinggal di bawah tempat ibadahnya dan ada seorang
perempuan dari penduduk desa berzina dengan
penggembala sapi tersebut. Suatu hari ibu Juraij mendatangi Juraij yang
sedang beribadah, lalu memanggilnya, 'Wahai Jurai!', sementara dia sedang
beribadah, maka terdetik dalam hatinya, 'Ibuku atau
shalatku?' Dia lebih mengutamakan
shalatnya. Kemudian ibunya
memanggilnya untuk kedua kalinya, lalu dia berkata dalam hatinya, 'Ibuku atau
shalatku?' Dia mengutamakan
shalatnya. Ibunya
memanggilnya untuk yang ketiga kalinya. Juraij
berkata dalam hatinya, 'Ibuku atau shalatku?,' Dia mengutamakan shalatnya.
Tatkala Juraij tidak menjawabnya, (sambil marah) ibunya berdoa, 'Mudah-mudahan
Allah tidak mematikanmu, wahai Juraij! Kecuali engkau melihat
wajah perempuan-perempuan pelacur' kemudian ibunya pergi. Tiba-tiba seorang wanita yang melahirkan seorang bayi (hasil
perzinahan) di hadapkan kepada seorang raja.
Lalu raja tersebut bertanya, 'Siapa yang menghamilimu?,' Wanita tersebut
menjawab, 'Dari Juraij.' Raja
bertanya, 'Pemilik tempat ibadah itu?' Wanita itu
menjawab, 'Ya.' Lalu raja memberikan perintah, 'Rubuhkan (tempat ibadahnya) dan datangkan Juraij kepadaku.'
Lalu mereka (masyarakat) menghancurkan tempat ibadah tersebut
dengan martil (kapak) yang beraneka ragam sampai roboh. Kemudian mereka mengikat tangan Juraij
sampai lehernya dan diseret (menghadap raja) melewati para wanita pelacur dan
dia tersenyum, para pelacur tersebut diperlihatkan kepadanya ditengah orang ramai. Lalu sang raja berkata, 'Apa
yang mereka tuduhkan (kepadamu)?,' dia menjawab, 'Apa
yang dituduhkan oleh mereka (terhadapku)?,' sang raja
berkata, 'Dia menuduhmu bahwa anaknya ini dari mu!,' Juraij berkata, 'Kamu
menuduh demikian?,' wanita itu menjawab, 'Ya.' Juraij
berkata, 'Di mana bayi itu?,' mereka menjawab, 'Itu,
yang ada dipangkuannya!,' lalu Juraij menghampiri bayi itu, seraya bertanya, 'Siapa
bapakmu?/ Bayi itu menjawab, 'Penggembala sapi.' Maka kemudian sang raja
berkata, 'Apakah kami membangun (kembali) tempat ibadahmu dari emas?,' Juraij menjawab, "Tidak," sang raja berkata, "Dari perak?,"
Juraij menjawab, "Tidak," sang raja berkata, "Lalu apa
yang bisa kami jadikan untuk mengganti tempat ibadahmu
itu?," Juraij menjawab, "Kembalikan tempat ibadah itu
seperti semula." Sang raja bertanya, "Apa yang membuat engkau tersenyum?," Juraij menjawab, "Tentang satu
hal yang sudah aku ketahui bahwa aku terkena akibat dari doa ibu saya, lalu saya
menceritakannya kepada mereka'."
Shahih, (Bukhari, 60-Kitab Al Anbiya^u,
48- bab (Wadzkur fi Kitabi Maryama)
(Qs. Maryam (19): 16), Muslim 45- Kitab Al Birru
ivash-Shilatu wal Adab,
hadits 7,8).
Post a Comment