Sahabatku, saat kita berbuat baik kepada tetangga
atau tamu yang datang kerumah kita. Ada makna kebaikan yang harus di cermati
untuk bisa disebut sebagai ketulusan. Ketulusan sendiri adalah hal yang amat
lembut bersembunyi dilubuk hati dan bukan kata terucap dengan lidah.
Orang yang tidak berimanpun bisa berbuat baik
kepada tetangga dengan memberi pertolongan, penghormatan atau santunan materi.
Artinya berbuat baik kepada sesama itu hal yang lazim di lakukan, baik bagi yang
beriman atau yang tidak beriman.
Yang harus senantiasa kita cermati adalah hal
yang akan menjadikan kebaikan itu bermakna adalah Ketulusan, yaitu perbuatan
baik yang semata-mata kita lakukan hanya mengharap balasan dari Allah SWT.
Hati-hatilah!! Ternyata dalam Ketulusan ada virus
yang menghancurkan makna ketulusan, virus yang amat halus, sehalus ketulusan itu
sendiri. Virus tersebut adalah Riyak, atau maksud yang tersembunyi di balik
sebuah kebaikan yang dilakukan. Rasulullah SAW pernah menggambarkan virus
tersebut seperti“ lembutnya langkah semut hitam yang berjalan dikegelapan malam
di atas batu hitam “
Dan kita mungkin tidak menyadari atau bahkan
tidak merasakan kapan masuknya virus tersebut, tiba-tiba sudah ada didalam
hati.
Sahabatku saat kita berbuat baik kepada seseorang, namun terasa
perbedaan dihati kita saat orang tersebut bersyukur kepada kita atau tidak
bersyukur. Atau jika senyum orang yang kita santuni ada makna dihati kita, itu
artinya ketulusan kita telah terjangkit virus Riyak. Jika kita masih membedakan
peminta-minta yang datang kerumah kita jika dengan segala kesopananya lalu kita
beri sementara yang lain datang dengan kurang sopan lalu tidak kita beri itu
artinya ada virus Riyak menjangkit ketulusan kita.
Sadarilah!! Orang yang tidak tulus akan capek dengan
kebaikannya. Begitu sebaliknya ketulusan akan menjadikan pelaku kebaikan dalam
puncak kepuasan hati.
Saat kita berbuat baik kepada tetangga hanya sebagai basa-basi
sosial dan hanya mengharap balasan kebaikan dari tetangga, baik berupa materi
atau sekedar penjagaan rumah yang kebetulan berdampingan. Disaat kebaikan yang
dinanti dari tetangga tidak kunjung didapat, maka rasa jengkel tersembunyi akan
menguasai hati kita dan menghantarkan kita untuk menghitung-hitung kebaikan yang
pernah kita lakukan.
Atau jika Anda seorang Ustadz yang berceramah atau mengajar
jika di balik perjuangan ini yang diharapkan adalah imbalan, baik materi atau
sekedar sambutan penghornmatan. Maka sungguh akan teramat sangat Lelah jika
ternyata semua itu tidak didapat. Berbeda dengan orang-orang yang tulus, mereka
akan melakukan segala kebaikan dengan penuh kepuasan dan harapan ridho Allah
SWT. Tidak merasa sakit jika tetangga yang di perlakukan baik tidak mengerti
arti terimakasih . Tidak merasa gundah disaat kebaikan mereka tidak dilihat dan
dihargai oleh manusia. Sebab mereka hanya ingin kebaikannya dilihat oleh Allah
SWT Yang Maha Melihat apa yang ada dihati hamba-hambanya.
Wallahu a'lam bissawab.
Post a Comment