Saat Imam Hasan Al-Basri memberikan wejangan kepada para
santrinya. Tiba-tiba ada salah satu orang yang hadir mengangkat tangan dan
berkata, "wahai Imam, kami ingin menyampaikan satu hal jika diperkenankan".
Dijawab oleh Imam Hasan Basri "silakan !".
Kemudian orang tersebut
bercerita "wahai Imam, aku sangat mengagumi majlismu, sungguh ini adalah majlis
yang sangat berwibawa dan penuh kesejukan. Akan tetapi kenapa ada ditempat jauh
disana ada seorang guru yang selalu menyebut Imam Hasan Al-Basri dengan sebutan
yang tidak pantas dan menjelek-jelekkan Imam Hasan Al-Basri."
Sebelum
orang tersebut selesai berbicara Imam Hasan Basri telah memotong pembicaraanya
dan berkata, "hentikan wahai tamuku pembicaraanmu! sekarang dengarlah omonganku!
Orang yang engkau sebut itu aku sangat mengenalnya, karna dia adalah salah satu
sahabatku. Adapun yang kau sampaikan kepadaku bahwa dia selalu membicarakan
kejelekanku maka ketauilah!jika engkau berbohong dengan omonganmu itu maka
engkau harus di cambuk, sebab engkau telah berdusta"
Seketika orang
tersebut menyambut dan berkata. "wahai Imam, sungguh aku tidak bedusta karena
aku mendengarnya langsung." Kemudian Imam Hasan Basri melanjutkan pembicaraanya,
"dan jika apa yang engkau sampaikan itu adalah benar maka engkau juga harus di
cambuk karena engkau telah menggunjing dan mengadu-domba antara aku dengan
temanku itu, kira-kira kamu pilih yang mana?"
Mendengar ungkapan Imam
Hasan Al-Basri ini orang tersebut merasa malu dan akhirnya permisi dan bergegas
meninggalkan majlisnya Imam Hasan Basri.
Kita di tuntut untuk lebih ketat
dalam menjaga hati kita agar tidak terjangkit penyakit kebencian kepada sesama
yang di hembuskan bersama gunjingan yang kita dengar.
Sebuah kecerdasan
hati memancar dari diri sang imam. Hati yang tanggap terhadap penyakit yang
dihembuskan oleh otak-otak kotor dan hati-hati yang tidak terdidik. Menyebut
kejelekan orang lain adalah antara menggunjing dan berdusta. Jika benar yang di
bicarakan itulah hakekat menggunjing dan jika tidak benar itulah
berdusta.
Dan zaman kita bukanlah zaman yang lebih baik dari zamanya Imam
Hasan Al-Basri. Artinya, kita di tuntut untuk lebih ketat dalam menjaga hati
kita agar tidak terjangkit penyakit kebencian kepada sesama yang di hembuskan
bersama gunjingan yang kita dengar. Kita harus pandai menghentikan usaha
orang-orang terlena dalam menghancurkan keindahan kita dalam bermasyarakat.
Sungguh menggunjing adalah adalah pekerjaan yang membawa dosa yang amat
besar. Jika kita tahu betapa besar dosanya berzina dan betapa busuk dan
menjijikkanya ia. Akan tetapi sungguh kebusukan dan kekejian zina masih
terkalahkan oleh menggunjing. Orang tidak berzina kecuali di tempat tertentu.
Akan tetapi yang namanya menggunjing, sungguh medanya teramat luas. Kerlingan
mata dan batuk yang dibuat-buatpun bisa mengandung makna gunjingan. Bahkan
seorang yang lagi duduk di tengah mesjid atau seorang ustad yang lagi berceramah
diatas mimbarpun bisa menggunjing.
Bahkan ada yang menggunjing sudah
mendarah-daging didalam dirinya hingga ia tidak sadar jika setiap gerak dan
ucapanya selalu memberi arti gunjingan. (Naudzubillah)
Orang sering
terlena dengan menggunjing. Terbawa dalam sebuah perbincangan yang panjang lebar
tiba-tiba tanpa disadari ia telah berada di tengah tengah lautan gunjingan.
Bahkan ada yang menggunjing sudah mendarah-daging didalam dirinya hingga ia
tidak sadar jika setiap gerak dan ucapanya selalu memberi arti gunjingan.
Yang selamat adalah yang waspada, Imam Hasab Al-Basri adalah suri
tauladan kita. Cermati semua orang yang berbicara dengan Anda. Jika yang di
bicarakan adalah kejelekan sahabat Anda atau yang lainya. Maka ketauhilah itu
adalah gunjingan. Dan sadarilah bahwa di balik pembicraan itu adalah racun yang
ditabur di hati Anda. Tanpa Anda sadari setelah itu Anda akan berprasangka buruk
kepada orang yang Anda dengar ceritanya. Dan bisa jadi yang semula Anda hanya
menjadi pendengar di suatu saat Anda telah berubah menjadi penggunjing. Semoga
Allah menjauhkan kita dari digunjing dan menggunjing.
Wallahu a'lam
bishshowab.
|
Post a Comment