Berinteraksi dengan Al Qur'an
"Segala puji bagi Allah yang telah
menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan
kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan
siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada
orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan
mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya."
( Al Kahfi: 1-3)
Salawat serta salam bagi Nabi yang
mu'jizatnya Al Qur'an, imamnya Al Qur'an, akhlaqnya Al Qur'an, dan penghias
dadanya, cahaya hatinya juga penghilang kesedihannya adalah Al Qur'an: Nabi
Muhammad bin Abdullah, dan keluarganya serta para sahabatnya, yang beriman
dengannya, mendukung dan membantunya, serta mengikuti cahaya yang diturunkan
kepadaanya, mereka adalah orang-orang yang beruntung, dan seluruh orang yang
mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Amma ba'du:
Rabb kita telah memberikan kemuliaan
kepada kita --sebagai kaum Muslimin-- dengan menganugerahkan kitab suci yang
terbaik yang diturunkan kepada manusia. Rabb kita juga, telah memuliakan kita
dengan mengutus nabi yang terbaik yang pernah diutus kepada manusia. Sesuai
firman Allah SWT:
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada
kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka
apakah kamu tiada memahaminya?" (Al Anbiyaa:
10).
Kitalah, kaum muslimin, satu-satunya
umat yang memeliki manuskrip langit yang paling autentik, yang mengandung
firman-firman Allah SWT yang terakhir, yang diberikan untuk menjadi petunjuk
bagi umat manusia. Dan anugerah itu terus terpelihara dari perubahan dan
pemalsuan kata maupun makna. Karena Allah SWT. telah menjamin untuk
memeliharanya, dan tidak dibebankan tugas itu kepada siapapun dari sekalian
makhluk-Nya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Al Hijr: 9).
Al Qur'an adalah kitab Ilahi seratus
persen: "(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu." (Huud:
1)
"Dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah
kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari
depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana
lagi Maha Terpuji." ( Fush-shilat:
41-42)
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab,
baik itu kitab agama atau kitab biasa, yang terjaga dari perubahan dan
pemalsuan, kecuali Al Qur'an. Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau
mengurangi satu hurup-pun darinya.
Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan,
dihapal dan dijelaskan, sebagaimana bentuknya saat diturunkan oleh Allah SWT
kepada nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan ruh yang terpercaya
(Jibril).
Al Quran berisikan seratus empat belas
surah. Seluruhnya dimulai dengan basmalah (bismillahirrahmanirrahim). Kecuali
satu surah saja, yaitu surah at Taubah. Ia tidak dimulai dengan basmalah. Dan
tidak ada seorang pun yang berani untuk menambahkan basmalah ini pada surah at
Taubah, baik dengan tulisan atau bacaan. Karena, dalam masalah Al Qur'an ini,
tidak ada tempat bagi akal untuk campur tangan.
Perhatian kaum muslimin terhadap Al
Quran sedemikian besarnya, hingga mereka juga menghitung ayat-ayatnya --bahkan
kata-katanya, dan malah hurup-hurupnya--. Maka bagaimana mungkin seseorang dapat
menambah atau mengurangi suatu kitab yang dihitung kata-kata dan hurup-hurupnya
itu?!
Tidak ada di dunia ini suatu kitab yang
dihapal oleh ribuan dan puluhan ribu orang, di dalam hati mereka, kecuali Al
Qur'an ini, yang telah dimudahkan oleh Allah SWT untuk diingat dan dihapal. Maka
tidak aneh jika kita menemukan banyak orang, baik itu lelaki maupun perempuan,
yang menghapal Al Qur'an dalam mereka. Ia juga dihapal oleh anak-anak kecil kaum
Muslimin, dan mereka tidak melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Demikian
juga dilakukan oleh banyak orang non Arab, namun mereka tidak melewati satu
hurup-pun dari Al Qur'an itu. Dan salah seorang dari mereka, jika Anda tanya:
"siapa namamu?" --dengan bahasa Arab-- niscaya ia tidak akan menjawab! (Karena
tidak paham bahasa Arab!, penj.). Ia menghapal Kitab Suci Rabbnya semata untuk
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, meskipun ia tidak memahami apa
yang ia baca dan ia hapal, karena ia tertulis dengan bukan
bahasanya.
Al Qur'an tidak semata dijaga
makna-makna, kalimat-kalimat serta lafazh-lafazhnya saja, namun juga cara
membaca dan makhraj hurup-hurupnya. Seperti kata mana yang harus madd (panjang),
mana yang harus ghunnah (dengung), izhhar (jelas), idgham (digabungkan), ikhfa
(disamarkan) dan iqlab (dibalik). Atau seperti yang digarap oleh suatu ilmu
khusus yang dikenal dengan "ilmu tajwid Al Qur'an".
Hingga rasam (metode penulisan) Al
Qur'an, masih tetap tertulis dan tercetak hingga saat ini, seperti tertulis pada
era khalifah Utsman bin Affan r.a., meskipun metode dan kaidah penulisan telah
berkembang jauh. Hingga saat ini, tidak ada suatu pemerintah muslim atau suatu
organisasi ilmiah pun, yang berani merubah metode penulisan Al Qur'an itu, dan
menerapkan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku bagi seluruh buku, media cetak,
koran dan lainnya yang ditulis dan dicetak, bagi Al Qur'an.
Allah SWT menurunkan Al Qur'an untuk
memberikan kepada manusia tujuan yang paling mulia, dan jalan yang paling
lurus.
"Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus." (Al Israa: 9)
"Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke
jalan yang lurus." ( Al Maaidah:
15-16)
Al Qur'an adalah "cahaya" yang
dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, di samping cahaya fithrah dan
akal:
"Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis)." (An Nuur: 35). Dan Al
Qur'an mendeskripsikan dirinya sendiri sebagai cahaya, dalam banyak
ayat.
Seperti dalam firman Allah
SWT:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu'jizatnya) dan telah
Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an)." (An Nisaa: 174)
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al Qur'an) yang telah Kami turunkan." (At Taghaabun: 8).
Dan berfirman kepada para sahabat
Rasulullah Saw dengan firman-Nya:
"Dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Qur'an)." (Al A'raaf:
157)
Di antara karakteristik cahaya adalah:
Dirinya sendiri telah jelas, kemudian ia memperjelas yang lain. Ia membuka
hal-hal yang samar, menjelaskan hakikat-hakikat, membongkar kebatilan-kebatilan,
menolak syubhat (kesamaran), menunjukkan jalan bagi orang-orang yang sedang
kebingungan saat mereka gamang dalam menapaki jalan atau tidak memiliki petunjuk
jalan, serta menambah jelas dan menambah petunjuk bagi orang yang telah
mendapatkan petunjuk. Dan jika Al Qur'an mendeskripsikan dirinya sebagai
"cahaya", dan dia adalah "cahaya yang istimewa", ia juga mendeskripsikan Taurat
dengan kata yang lain:
"Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya
(yang menerangi)."
Seperti dalam firman Allah
SWT:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan
Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)". (Al Maaidah: 44)
Demikian juga mendeskripsikan Injil
seperti itu, seperti dalam firman Allah SWT tentang Nabi 'Isa:
"Dan Kami telah memberikan kepadanya
Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) ."
(Al Maidah: 46)
Perbedaan dalam dua pengungkapan itu
menunjukkan perbedaan antara Al Qur'an dengan kitab-kitab suci lainnya. Seperti
diungkapkan oleh Al Bushiry dalam Lamiah-nya:
"Maha Besar Allah, sesungguhnya agama
Muhammad Dan kitab sucinya adalah kitab suci yang paling lurus dan paling teguh
Jangan sebut kitab-kitab suci lainnya di depannya Karena, saat mentari pagi
telah bersinar, ia akan memadamkan
pelita-pelita".
Hal itu karena Al Qur'an ini datang
untuk membenarkan kitab-kitab suci yang telah turun sebelumnya. Yaitu yang
berkaitan dengan pokok-pokok aqidah dan akhlak, sebelum kitab-kitab itu
dipalsukan dan diubah tangan manusia. Al Qur'an juga mengungguli kitab-kitab
suci sebelumnya, yaitu dengan mengoreksi dan meluruskan tambahan-tambahan dan
perubahan-perubahan yang telah disisipkan oleh manusia dalam kitab-kitab itu.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al
Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu
kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab
yang lain itu." (Al Maaidah: 48)
Al Qur'an --sebagaimana ia diturunkan
oleh Allah SWT-- mempunyai keunggulan-keunggulan yang membuatnya istimewa
dibanding kitab suci lainnya. Ia adalah kitab Ilahi, kitab suci yang menjadi
mukjizat, kitab yang memberikan penjelasan dan dimudahkan untuk dipahami, kitab
suci yang dijamin pemeliharaan keautentikannya, kitab suci bagi agama
seluruhnya, kitab bagi seluruh zaman, dan kitab suci bagi seluruh
manusia.
Al Qur'an juga mempunyai maksud dan
tujuan yang dibidiknya, di antaranya: meluruskan kepercayaan-kepercayaan dan
pola pandang manusia tentang Tuhan, kenabian, dan balasan atas amal perbuatan,
serta meluruskan pola pandangan tentang manusia, kemuliaannya dan menjaga
hak-haknya, terutama bagi kalangan yang lemah dan tidak
berpunya.
Ia juga bertujuan untuk menghubungkan
manusia dengan Rabbnya, agar manusia hanya menyembah-Nya semata dan bertaqwa
kepada-Nya dalam seluruh urusannya.
Al Qur'an juga bertujuan untuk
membersihakan jiwa manusia, yang jika jiwa itu telah bersih niscaya bersih dan
baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat
seluruhnya.
Ia juga berusaha membentuk keluarga yang
kemudian menjadi pangkal kedirian suatu masyarakat. Juga mengajarkan sikap adil
terhadap kalangan perempuan, yang merupakan pokok utama dalam bangunan
keluarga.
Al Qur'an juga membangun umat yang
saleh, yang dianugerahkan amanah untuk menjadi saksi bagi manusia, yang
diciptakan untuk memberikan manfaat bagi manusia dan memberikan petunjuk bagi
mereka.
Setelah itu, mengajak untuk menciptakan
dunia manusia yang saling kenal mengenal dan tidak saling mengisolasi diri,
saling memberi maaf dan tidak saling membenci secara fanatik, serta untuk
bekerja sama dalam kebaikan dan ketaqwaan, bukan dalam kejahatan dan
permusuhan.
Kita berkewajiban untuk memperlakukan Al
Qur'an ini secara baik: dengan menghapal dan mengingatnya, membaca dan
mendengarkannya, serta mentadabburi dan merenungkannya.
Kita juga berkewajiban untuk berlaku
baik terhadapnya dengan memahami dan menafsirkannya. Tidak ada yang lebih baik
dari usaha kita untuk mengetahui kehendak Allah SWT terhadap kita. Dan Allah SWT
menurunkan kitab-Nya agar kita mentadabburinya, memahami rahasia-rahasianya,
serta mengeksplorasi mutiara-mutiara terpendamnya. Dan setiap orang berusaha
sesuai dengan kadar kemampuannya.
Namun yang disayangkan, dalam bidang ini
telah terjadi kerancuan yang berbahaya, yaitu dalam memahami dan menafsirkan Al
Qur'an. Oleh karena itu harus dibuat rambu-rambu dan petunjuk yang mampu menjaga
dari kekeliruan dalam usaha ini, serta perlu diberikan peringatan tentang
ranjau-ranjau yang menghadang di jalan, yang dapat berakibat patal jika
dilanggar.
Tidak selayaknya umat Al Qur'an
mengalami hal yang sama yang pernah terjadi dengan umat Taurat, yang diungkapkan
oleh Al Qur'an dalam firman-Nya:
"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan
kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang
membawa kitab-kitab yang tebal." (Al Jumu'ah:
5).
Kita juga harus berlaku baik terhadap Al
Qur'an dengan mengikuti petunjuknya, mengerjakan ajarannya, menghukum dengan
syari'atnya serta mengajak manusia mengikuti petunjuknya. Ia adalah manhaj bagi
kehidupan individu, undang-undang bagi aturan politik, serta petunjuk dalam
berdakwah kepada Allah SWT.
Inilah yang berusaha dilakukan buku ini
dalam empat bab utamanya, dengan bertumpu --terutama-- pada Al Qur'an itu
sendiri, karena ia adalah objek kita, namun ia juga petunjuk
itu.
Umat kita pada abad-abad pertama --yang
merupakan abad-abad yang paling utama-- telah berinteraksi dengan baik terhadap
Al Qur'an. Mereka berlaku baik dalam memahaminya, mengetahui tujuan-tujuannya,
berlaku baik dalam mengimplementasikannya secara massive dalam kehidupan mereka,
dalam bidang-bidang kehidupan yang beragam, serta berlaku baik pula dalam
mendakwahkannya. Contoh terbaik hal itu adalah para sahabat. Kehidupan mereka
telah diubah oleh Al Quran dengan amat drastis dan revolusioner. Al Qur'an telah
merubah mereka dari perilaku-perilaku jahiliyah menuju kesucian Islam, dan
mengeluarkan mereka dari kegelapan ke dalam cahaya. Kemudian mereka diikuti oleh
murid-murid mereka dengan baik, untuk selanjutnya murid-murid generasi
berikutnya mengikuti murid-murid para sahabat itu dengan baik pula. Melalui
mereka itulah Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia, membebaskan
negeri-negeri, memberikan kedudukan bagi mereka di atas bumi, sehingga mereka
kemudian mendirikan negara yang adil dan baik, serta peradaban ilmu dan
iman.
Kemudian datang generasi-generasi
berikutnya, yang menjadikan Al Qur'an terlupakan, mereka menghapal
hurup-hurupnya, namun tidak memperhatikan ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu
berinteraksi secara benar dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi
prioritas Al Qur'an, tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al
Qur'an serta tidak menganggap kecil apa yang dinilai kecil oleh Al Qur'an. Di
antara merek ada yang beriman dengan sebagiannya, namun kafir dengan sebagiannya
lagi, seperti yang dilakukan oleh Bani Israel sebelum mereka terhadap kitab suci
mereka. Mereka tidak mampu berinteraksi secara baik dengan Al Qur'an, seperti
yang dikehendaki oleh Allah SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan
membawanya serta menghias dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al
Qur'an, namun mereka lupa bahwa keberkahan itu terdapat dalam mengikut dan
menjalankan hukum-hukumnya. Seperti difirmankan oleh Allah
SWT:
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang
Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi
rahmat." (Al An'aam:
155)
Tidak ada jalan untuk membangkitkan umat
dari kelemahan, ketertinggalan dan keterpecah-belahan mereka selain dari kembali
kepada Al Qur'an ini. Dengan menjadikannya sebagai panutan dan imam yang
diikuti. Dan cukuplah Al Qur'an sebagai petunjuk:
"Dan siapakah yang lebih benar
perkataannya daripada Allah?." (An Nisaa:
122)
|
Post a Comment