Jangan Kau Makan Daging Saudaramu
Jangan Kau Makan Daging Saudaramu
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan
ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami
dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku
bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali
Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang
tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma
Ba'du:
Sungguh
orang-orang beriman adalah bersaudara, satu mukmin dengan mukmin lain bagaikan
sebuah bangunan yang saling menopang. Sedangkan ghibah (mengunjing) dan namimah
(mengadu domba) merupakan dua penyakit yang akan merusak bangunan ukhuwah yang
indah ini, yang akan merobohkan bangunan umat, merobek-robek kebersamaan,
melahirkan persaingan hidup serta kebencian, dan juga akan merubah kehidupan
bermasyarakat menjadi kubangan api yang membakar dedaunan hijau dan kering. Kalau demikian jelek efeknya, lantas
bagaimana kiranya dengan sebagian orang diantara kita yang masih merasa santai,
menganggap baik penyakit akut tersebut, serta senang tanpa merasa sungkan untuk
duduk berada dimeja hidangan yang menghadirkan ghibah dan namimah.
Saya
pernah melihat ada seseorang yang rajin sholat serta membaca al-Qur'an didalam
masjid, akan tetapi, dirinya tidak mampu untuk menahan sehari saja dari ghibah
atau namimah, disetiap jalan yang dia lewati, atau majelis yang ia duduk
didalamnya, dengan rakusnya dia memakan kehormatan orang lain tanpa ada
perasaan risih, malu apalagi takut. Dirinya
seakan sedang berhadapan dengan hidangan makanan yang paling lezat, dan sedang
meminum minuman yang paling menyegarkan. Bayangan awan yang menaunginya siang
dan malam hanya menukil ucapan orang katanya dan katanya, mencela dan
mengolok-olok orang lain.
Saya berkata dalam hati, 'Apakah mungkin orang semacam ini mampu untuk
memahami kalau sholat yang ditunaikan kepada Rabbnya ternyata bertentangan
dengan semua sifat dan perilakunya tersebut'. Sesungguhnya tujuan sholat
dikerjakan adalah untuk mencegah perilaku keji dan perbuatan mungkar. Apabila
divisualisasikan dalam tingkah lakunya yang mengantarkan pada hilang akal
pikiran sehatnya, maka tidak ada kebaikan didalam bacaan ayat-ayat Allah Shubhanahu wa ta’alla kalau tanpa
diikuti dengan mentadaburinya, dan tidak ada manfaat dalam tadaburnya jika
tanpa direnungi makna kandungannya, dan tidak akan menumbuhkan ilmu kalau tanpa
dibarengi dengan amal nyata.
Sungguh dalam ghibah dan namimah merupakan perilaku akhlak yang buruk
yang akan memecah belah persatuan umat serta merobohkan bangunan umat nan kuat.
Sedangkan, definisi ghibah adalah engkau menyebut-yebut saudaramu dengan
sesuatu yang ia benci baik dengan ucapan, isyarat, ejekan, atau dalam bentuk
tulisan. Hukumnya adalah haram dalam agama Allah Aku bersaksi
bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu
wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga
bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam adalah hamba dan
Rasul -Nya. Amma Ba'du: Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla
secara tegas menegaskan dalam firman -Nya:
﴿يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمۖ
وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ
لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّاب
رَّحِيم ١٢﴾ [ الحجرات: 12]
"Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari
prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang". (QS al-Hujuraat: 12).
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «كُلُّ
الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ» [أخرجه مسلم]
"Setiap
muslim atas muslim yang lain adalah haram darah, harta dan kehormatannya".
HR Muslim no: 2564.
Adapun
definisi namimah adalah orang yang memindah isi pembicaraan orang ke
tengah-tengah orang dengan tujuan ingin merusak hubungan mereka. Dan hukumnya
juga sama dengan ghibah yaitu haram didalam syari'at Allah azza wa jalla.
sebagaimana dijelaskan dalam firman -Nya:
﴿ وَلَا تُطِعۡ كُلَّ حَلَّاف مَّهِينٍ ١٠ هَمَّاز مَّشَّآءِۢ بِنَمِيم
١١﴾ [ القلم: 10-11]
"Dan janganlah kamu ikuti
setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke
mari menghambur fitnah".
(QS al-Qolam: 10-11).
Sedangkan Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam lebih tegas
lagi dalam hal ini, beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «لاَ
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ»[أخرجه مسملم]
"Tidak
akan masuk surga orang yang suka mengadu domba". HR Bukhari no: 6056.
Muslim no: 105.
Pernah suatu ketika Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam melewati
dua kuburan, setelah itu beliau berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّهُمَا
لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا
يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ »
[أخرجه البخاري ومسلم]
"Sungguh keduanya betul-betul sedang diadzab,
dan tidaklah keduanya diadzab dalam perkara besar. Adapun salah satunya diadzab
karena tidak menutupi ketika kencing, sedangkan satunya karena dirinya berjalan
sambil mengadu domba". HR Bukhari no: 218. Muslim no: 292.
Beliau juga pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَتَجِدُونَ
شَرَّ النَّاسِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَيَأْتِي هَؤُلَاءِ
بِوَجْهٍ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Kamu
akan mendapati sejelek-jelek manusia yang bermuka dua, yang mendatangi
sekelompok orang dengan muka berbeda dan kelompok lain dengan muka yang lain".
HR Bukhari no: 3494. Muslim no: 2526.
Ketahuilah
tidak ada yang lebih berbahaya dari pada berlebihan dalam berbicara, betapa
banyak dosa yang dihasilkan oleh lisan, dan betapa besar hukuman bagi pelakunya
di sisi Allah Shalalallau ‘alaihi wa
sallam Rabb semesta alam. Sungguh berlebihan dalam berbicara seperti ghibah
dan namimah, dusta dan bohong, mengejek dan mengolok-olok, semuanya adalah
penghancur yang akan menjerumuskan pelakunya kedalam neraka. Tidakkah kita
merasa malu apabila catatan amal kita kelak dibagikan kemudian kita mendapati
catatan terbanyak hanya pada menukil ucapan orang katanya dan katanya, atau
yang semisalnya dari ucapan-ucapan yang berlebihan yang bukan termasuk perkara
agama maupun membawa kebaikan pada perkara dunia?. Sedangkan Allah ta'ala
menegur kita dalam firman -Nya:
﴿ وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ
وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولا ٣٦﴾ [ الاسراء: 36]
"Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya". (QS al-Israa': 36).
Hati,
lisan dan anggota badan seluruhnya Allah Shubhanahu
wa ta’alla ciptakan untuk para hamba -Nya, oleh karena itu jangan engkau
sibukkan untuk selain ketaatan kepada -Nya, dari ucapan maupun amal sholeh,
hati yang engkau miliki, gunakanlah untuk beriman serta mentauhidkan -Nya,
lisan yang kita punya gunakanlah untuk berdzikir, memuji, serta mengagungkan
Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan
digunakan untuk berdakwah kepada -Nya, serta mengajari orang tentang syari'at
-Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla
menegaskan dalam firman -Nya:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرا كَثِيرا
٤١ وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَة وَأَصِيلًا ٤٢ هُوَ ٱلَّذِي يُصَلِّي عَلَيۡكُمۡ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ
لِيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۚ وَكَانَ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَحِيما
٤٣ تَحِيَّتُهُمۡ يَوۡمَ يَلۡقَوۡنَهُۥ سَلَٰمۚ وَأَعَدَّ لَهُمۡ أَجۡرا كَرِيما ٤٤
﴾ [الأحزاب: 41-44]
"Hai orang-orang yang
beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada -Nya diwaktu pagi dan petang.
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat -Nya (memohonkan ampunan
untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang
terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. Salam
penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui -Nya
ialah: Salam dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka". (QS al-Ahzab: 41-44).
Melepas
pembicaraan adalah perkara yang tidak ada batasnya, namun yang terpenting ialah
digunakan untuk membaca kitab Allah Shubhanahu
wa ta’alla, yang menegaskan dalam firman
-Nya:
﴿ لَّا خَيۡرَ فِي كَثِير مِّن نَّجۡوَىٰهُمۡ إِلَّا مَنۡ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ
أَوۡ مَعۡرُوفٍ أَوۡ إِصۡلَٰحِۢ بَيۡنَ ٱلنَّاسِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ ٱبۡتِغَآءَ
مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوۡفَ نُؤۡتِيهِ أَجۡرًا عَظِيما ١١٤﴾ [النساء: 114]
"Tidak ada kebaikan pada
kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar". (QS an-Nisaa': 114).
Akhirnya
kita memohon kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla, Ya Allah berilah kami petunjuk untuk menetapi budi pekerti yang
paling baik, beretika didalam ucapan dan perbuatan, sesungguhnya tidak ada yang
mampu memberi petunjuk melainkan Dirimu.
Membuang Waktu
Waktu
ibarat wadah yang digunakan untuk menampung amal perbuatan kita, dan amal
tersebut hanya terklasifikasi menjadi dua, adakala amal yang bermanfaat dan
yang kedua amal yang membahayakan. Adapun manusia berperan sebagai alat yang
melakukan pekerjaan amal tersebut. Dan membuang waktu pada perkara yang tidak
penting itu lebih besar keberadaanya dari pada kematian. Hal itu,disebabkan
karena manusia yang meninggal dunia itu hanya rugi pada keduniaannya saja, akan
tetapi, gara-gara menyia-yiakan waktu mengantarkan dirinya pada dua kerugian,
didunia merugi diakhirat juga merugi.
Sehingga
juah-jauh hari Allah Shubhanahu wa
ta’alla telah mewanti-wanti kita dengan perintah -Nya agar kita selalu
menjaga waktu, dengan menyibukkan pada pekerjaan amal sholeh, bisa dengan
sholat, atau puasa, berhaji, berbuat kebajikan, berdzikir, bersyukur, beramal,
jihad, dan mencari nafkah atau yang lainnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
﴿ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
١٦٣ ﴾ [ الأنعام: 162-163]
"Katakanlah: Sesungguhnya
sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tidak ada sekutu bagi -Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)". (QS al-An'aam: 162-163).
Pada
suatu ketika aku pernah melihat ada orang yang mencabik-cabik waktunya dengan
cara yang terburuk, dirinya rela berkorban, baik fisik maupun pikiran untuk
sesuatu yang tidak berfaedah sama sekali, tidak pula membawa kebaikan
didalamnya, yaitu nongkrong dipinggir jalan, sambil menyapu bersih pemandangan
orang yang lewat dihadapannya, menanggalkan kehormatan, melepas lidah,
pendengaran serta matanya pada perkara yang diharamkan oleh Allah tabaraka wa
ta'ala. Allah Shubhanahu wa ta’alla
mengingatkan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يَكُنِ ٱلشَّيۡطَٰنُ لَهُۥ قَرِينا فَسَآءَ
قَرِينا ٣٨ ﴾ [ النساء: 38]
"Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi
temannya, maka syaitan itu adalah teman yang paling buruk". (QS an-Nisaa': 38).
Aku
berkata dalam hati, "Adapun orang semacam ini apakah mampu untuk memahami
dirinya sendiri, bisa terbangun dari tidur panjang kelalaiannya, kemudian
menginvestasikan sisa umurnya untuk beramal sholeh, dan segala perkara yang
mampu mendekatkan diri kepada Rabbnya, dan mencari sesuatu yang bisa membawa
manfaat untuk dunia dan akhiratnya? Sungguh dirinya termasuk dari kalangan yang
diseru oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla
dalam firman -Nya:
﴿ وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ
وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولا ٣٦﴾ [ الاسراء: 36]
"Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya". (QS al-Israa': 36).
Demikian pula masuk dalam
firman -Nya:
﴿ فَوَرَبِّكَ لَنَسَۡٔلَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٩٢ عَمَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
٩٣ ﴾ [ الحجر: 92-93]
"Maka demi Tuhanmu, Kami
pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan
dahulu". (QS al-Hijr: 92-93).
Dan juga firman -Nya:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱرۡكَعُواْ وَٱسۡجُدُواْۤ وَٱعۡبُدُواْ
رَبَّكُمۡ وَٱفۡعَلُواْ ٱلۡخَيۡرَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ۩ ٧٧ ﴾ [ الحج: 77]
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu,
sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan". (QS al-Hajj: 77).
Kenapa
ayat-ayat semacam ini hilang lafadh, makna, buah serta ancamannya dalam
benaknya?
Tanaman apa yang sedang ia
tanam kalau kehidupannya saja semacam ini? kemudian apa yang bisa diharapkan
kelak setelah kematiannya? Dan bagaimana raut mukanya ketika harus bertemu
dengan Rabbnya kelak? Apakah dengan ini manusia diciptakan? Tentu tidak, karena
Allah Shubhanahu wa ta’alla
menegaskan dalam firman -Nya:
﴿ أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ عَبَثا وَأَنَّكُمۡ إِلَيۡنَا
لَا تُرۡجَعُونَ ١١٥ فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡكَرِيمِ ١١٦ ﴾ [ المؤمنون: 115-116]
"Maka apakah kamu mengira,
bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa
kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang
sebenarnya, tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang
mulia". (QS al-Mukminuun: 115-116).
Sungguh
tidak ada kebahagian hakiki melainkan dengan mengikuti kebenaran. Dan langit
dan bumi diciptakan dengan kebenaran maka wajib bagi kita mengetahui tentang
kebenaran ini kemudian kita mengamalkan kebenaran tersebut serta mendakwahkan
pada orang lain. Allah Shubhanahu wa
ta’alla menegaskan tentang keutamaan berdakwah dalam firman -Nya:
﴿ وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحا
وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ٣٣ ﴾ [ فصلت: 33]
"Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah
diri?". (QS Fushshilat: 33).
Sesungguhnya
Islam telah memberikan skema hidup bagi tiap muslim, dengan sebuah metode untuk
bisa menghabiskan seluruh waktunya, yang penuh dengan amal sholeh, dengan tidak
meninggalkan satu peluangpun bagi setan untuk menjadikan kehidupan manusia bersendau
gurau serta menjadi boneka syahwatnya.
Yaitu
dimulai dari sholat lima waktu, sholat-sholat sunah, amal sholeh, menyuruh pada
yang ma'ruf dan mencegah perbuatan mungkar, dakwah kepada -Nya, mengajari orang
tentang syari'at -Nya, berpuasa,
mencari rizki halal, berdzikir, berjihad dan lain sebagainya. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam
firman -Nya:
﴿ وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
٣ ﴾ [ العصر: 1-3]
"Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS al-Ashr: 1-3).
Sesungguhnya
pohon yang rindang tidak akan merelakan benalu dan hama tanaman tumbuh dan
menyerangnya. Maka hendaknya kita bersegera untuk beramal sholeh, sesungguhnya
hal itu dapat mengalahkan kejelekan melalui izin Allah azza wa jalla. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam
firman -Nya:
﴿ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَيِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفا مِّنَ ٱلَّيۡلِۚ
إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّئَِّاتِۚ ذَٰلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ ١١٤
﴾ [ هود: 114]
"Dan dirikanlah sholat itu
pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada
malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. itulah peringatan bagi orang-orang yang
ingat". (QS Huud: 114).
Sesungguhnya
hati apabila dipenuhi dengan kebenaran niscaya kejelekan tidak akan mempunyai
tempat didalamnya. Allah Shubhanahu wa
ta’alla menegaskan melalui firman -Nya:
﴿ وَقُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَٰطِلُۚ إِنَّ ٱلۡبَٰطِلَ كَانَ
زَهُوقا ٨١ وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآء وَرَحۡمَة لِّلۡمُؤۡمِنِينَ
وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارا ٨٢ ﴾ [ الاسراء: 81-82]
"Dan katakanlah: "Yang
benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil
itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian". (QS al-Israa': 81-82).
Dua hal, waktu dan umur yang
pasti berlalu, dan diriku jikalau tidak engkau sibukkan untuk kebaikan niscaya
dirimu akan tersibukkan dengan kebatilan. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
﴿ وَنَفۡس وَمَا سَوَّىٰهَا ٧ فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا
٨ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠ ﴾ [ الشمس: 7- 10 ]
"Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". (QS asy-Syams: 7-10).
Ketahuilah
sesungguhnya amal perbuatan sangatlah banyak, jauh terbentang dan balasannya
menunggu disana, apakah pernah kita sadari hal itu? Kalau seandainya kita paham, apakah sudah ada amal nyata? Karena
setiap insan akan memperoleh balasan selaras dengan amalannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam
firman -Nya:
﴿ وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ٣٩ وَأَنَّ سَعۡيَهُۥ
سَوۡفَ يُرَىٰ ٤٠ ثُمَّ يُجۡزَىٰهُ ٱلۡجَزَآءَ ٱلۡأَوۡفَىٰ ٤١ ﴾ [ النجم: 39-41]
"Dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya
usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna". (QS an-Najm: 39-41).
Ketahuilah bahwa siang dan
malam adalah dua harta karun dari harta karunnya Allah ta'ala, maka
perhatikanlah oleh setiap kalian dengan apa akan engkau isi harta karun
tersebut.
Ketika
siang menyapa maka itu adalah tamumu maka muliakanlah dirinya. Karena jika
seandainya engkau mampu menjamunya dengan baik maka ketika dirinya pergi dia
akan memujimu. Namun, kalau sekiranya engkau berlaku buruk padanya maka dia
akan pergi dengan umpatan dan celaan, demikian pula malam dia adalah tamumu.
Oleh karena itu Allah Shubhanahu wa
ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
﴿ وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَة مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا
ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي
ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤ ﴾ [ آل عمران: 133-134]
"Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan".
(QS al-Imraan: 133-134).
Ya
Allah, berilah taufik kepada kami agar mudah mengerjakan amal sholeh, dan
jauhkanlah kami dari perbuatan keji dan dosa, serta jadikan kami sebagai
hamba-hamba pilihan.
Post a Comment