Musibah Umat Yang Memilukan
Musibah Umat Yang Memilukan
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan
ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami
dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu
wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi
bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Sesungguhnya
umat manapun yang tidak memiliki metode hidup yang bisa dijadikan sebagai
penerang jalan, yang dapat mengatur perjalanan, maka bisa dipastikan umat
tersebut akan kehilangan banyak watak dasar yang menjadi kekhususan manusia,
berada dalam lembah syahwat, tenggelam dalam kerusakan moral dan dosa,
tercampur antara yang baik dan jelek, perkara yang indah terkontaminasi dengan
keburukan, tidak lagi mengenal kebaikan, tidak pula mau mengingkari
kemungkaran, sirna sudah fungsi akal, pendengaran serta penglihatan, pada
akhirnya umat seperti itu terjerambab pada kondisi yang lebih rendah dari pada
binatang ternak. Seperti yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla singgung melalui firman -Nya:
﴿ أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَكۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَۚ إِنۡ
هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلًا ٤٤ ﴾ [ الفرقان: 44]
"Atau apakah kamu mengira
bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain,
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari
binatang ternak itu)". (QS al-Furqaan: 44).
Dan
perkara yang menakjubkan seperti ini dalam perilaku umat manusia bukanlah
perkara yang aneh lagi, karena sesungguhnya ketika ada suatu umat, apapun
namanya sudah kehilangan jati diri hidupnya maka pemeluknya akan tersesat,
demikianlah keadaannya seperti diceritakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam
firman -Nya:
﴿ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأۡكُلُونَ كَمَا تَأۡكُلُ ٱلۡأَنۡعَٰمُ وَٱلنَّارُ
مَثۡوى لَّهُمۡ ١٢ ﴾ [ محمد: 12]
"Dan
mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal
mereka". (QS Muhammad: 12).
Akan tetapi, yang aneh apabila
perilaku kontradiktif semacam ini yang mencampuradukan antara kebajikan dengan
keburukan, mengotori kebagusan dengan kejelekan, sampai merasuk pada umat yang
telah Allah Shubhanahu wa
ta’alla muliakan dengan sebuah pedoman hidup yang telah
menjelaskan segala sesuatu, mulai dari halal dan haram, etika dan budi pekerti,
tanda-tanda kebesaran dan mukjizat, ibadah dan muamalat.
Sebuah
umat yang telah Allah Shubhanahu
wa ta’alla muliakan dengan diutusnya seorang Rasul yang
telah menyampaikan tugas kerasulannya, menunaikan amanah, menasehati umat, yang
mengajak pada tiap cabang kebaikan, dan memberi peringatan dari segala jenis
keburukan, agar umat manusia mampu keluar dari kegelapan menuju cahaya yang
terang benderang, tentunya dengan izin dari Rabb mereka menuju jalan yang lurus
lagi terpuji. Allah Shubhanahu wa
ta’alla menyatakan dalam firman -Nya:
﴿ لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولا
مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ
ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل مُّبِينٍ ١٦٤ ﴾
[ آل عمران: 164]
"Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata". (QS al-Imraan: 164).
Dan
sungguh menakjubkan bagi umat Islam, yang Rabbnya adalah (pencipt) cahaya,
sebagaimana disebutkan didalam firman
-Nya:
﴿ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ٣٥ ﴾ [ النور: 35]
"Allah (Pemberi) cahaya
(kepada) langit dan bumi". (QS an-Nuur: 35).
Kitab
yang menjadi panduannya juga cahaya penerang. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyebutkan tentang sifat al-Qur'an
didalam salah satu firman -Nya:
﴿ فََٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلنُّورِ
ٱلَّذِيٓ أَنزَلۡنَاۚ ٨ ﴾ [ التغابن: 8]
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan". (QS
at-Taghabuun: 8).
Nabi mereka juga pemberi cahaya. Sebagaimana
disebutkan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُور وَكِتَٰب مُّبِين ١٥﴾ [
المائدة: 15]
"Sesungguhnya telah
datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan". (QS al-Maa-idah: 15).
Sangat mengherankan bagi umat
ini, Rabbnya adalah pencipta cahaya, kitab yang dijadikan sebagai panduannya
adalah pemberi cahaya, dan Nabi mereka pun penerang cahaya tersebut, akan
tetapi umat Islam hidup dalam kegelapan! Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman
-Nya:
﴿ أَوَ مَن كَانَ مَيۡتا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورا يَمۡشِي
بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ لَيۡسَ بِخَارِج مِّنۡهَاۚ كَذَٰلِكَ
زُيِّنَ لِلۡكَٰفِرِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٢٢ ﴾
[ الأنعام: 122]
"Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan". (QS al-An'aam: 122).
Sesungguhnya
jalan kebenaran itu cuma ada satu, sedangkan kebatilan itu sangatlah beragam.
Cahaya itu cuma satu adapun kegelapan itu sangatlah banyak, apakah keduanya
mempunyai sisi persamaan? Jawabannya, tentu tidak sama sekali, Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan
hal tersebut didalam firman -Nya:
﴿وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِيرُ ١٩ وَلَا ٱلظُّلُمَٰتُ وَلَا
ٱلنُّورُ٢٠﴾[ فاطر:19-20]
"Dan
tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. dan tidak (pula) sama
gelap gulita dengan cahaya". (QS Faathir: 19-20).
Apakah
mungkin keduanya bisa berkumpul jadi satu? Jawabanya sekali lagi juga tidak
mungkin selama-lamanya. Allah Shubhanahu
wa ta’alla menjelaskan hal itu dalam firman -Nya:
﴿ بَلۡ نَقۡذِفُ بِٱلۡحَقِّ عَلَى ٱلۡبَٰطِلِ فَيَدۡمَغُهُۥ فَإِذَا
هُوَ زَاهِقۚ ١٨ ﴾ [ الأنبياء: 18]
"Sebenarya
Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya,
maka dengan serta merta yang batil itu lenyap". (QS al-Anbiyaa': 18).
Sudah dimaklumi bersama kalau
malam itu tidak mungkin bisa berkumpul dengan siang hari, tidak pula cahaya
bersatu dengan kegelapan, lantas bagaimana dengan perilaku sebagain orang
diantara kita yang masih membiarkan untuk dirinya terkumpul antara dua hal,
kebenaran dan kebatilan, antara cahaya dan kegelapan yang sangat banyak, apakah
keduanya sama? Jawabannya adalah tidak mungkin. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung
hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَمَا يَسۡتَوِي ٱلۡبَحۡرَانِ هَٰذَا عَذۡب فُرَات سَآئِغ شَرَابُهُۥ
وَهَٰذَا مِلۡحٌ أُجَاجۖ ١٢ ﴾ [ فاطر:
12]
"Dan
tiada sama (antara) dua laut, yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang
lain asin lagi pahit". (QS Faathir: 12).
Tidakkah
kita sadar betapa banyak jalan kegelapan yang kita telah terperosok didalamnya
sepanjang siang dan malam hari, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan,
baik yang melakukannya laki-laki maupun wanita, disengaja maupun ada unsur
tidak disengaja.
Dusta
adalah kegelapan, perkataan bohong juga kegelapan, ghibah dan namimah
juga kegelapan, memakan harta riba juga kegelapan, memakan harta anak yatim
juga kegelapan, nifak adalah kegelapan, mencuri juga kegelapan, berzina
juga kegelapan, mengerjakan perilakunya kaum Luth (homoseks) juga kegelapan,
pamer adalah kegelapan, berpecah belah adalah kegelapan, iri dan dengki juga
kegelapan, sombong juga kegelapan, berbuat durhaka pada orang tua juga
kegelapan, menyakiti orang lain juga kegelapan, menuduh berzina juga kegelapan,
meminum minuman keras juga kegelapan, memakan makanan yang buruk juga
kegelapan, merampok juga kegelapan, menyuap adalah kegelapan, meninggalkan
sholat juga kegelapan, mendengarkan nyanyian juga kegelapan, menipu adalah
kegelapan, menjulurkan pakaian dibawah mata kaki itu juga kegelapan, mencukur
jenggot itu juga kegelapan, membuat makar adalah kegelapan, sihir adalah
kegelapan, menanggalkan hijab bagi perempuan itu juga kegelapan, memakain
cincin dari emas bagi lelaki itu juga kegelapan, berlebih-lebihan dalam
membelanjakan harta adalah kegelapan, gambar dan foto itu adalah kegelapan,
menganggu tetangga adalah kegelapan, berbuat curang dalam menakar dan menimbang
itu juga kegelapan, menyerupai orang kafir juga kegelapan, menyakiti orang lain
tanpa alasan yang benar adalah kegelapan, kufur terhadap nikmat juga kegelapan,
berlaku lalim juga kegelapan.
Sesungguhnya
engkau pasti akan menjumpai sifat dan juga perilaku diatas seluruh atau
sebagiannya, yang sesuai pada sebagian diantara kita, bahkan bisa jadi tidak
dijumpai seorang pun yang selamat dari sifat buruk seperti diatas kecuali yang
Allah Shubhanahu wa
ta’alla rahmati saja. Duhai sayang sekali, sesungguhnya
musibah yang menimpa kita dalam meremehkan hal ini cuma satu, baik yang banyak
melakukan maupun yang sedikit. Duhai celaka sekali, bagi orang yang berlaku
lalim dan kedzaliman. Allah Shubhanahu
wa ta’alla mengatakan balasan bagi mereka didalam firman
-Nya:
﴿ أَلَآ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ فِي عَذَاب مُّقِيم ٤٥ ﴾ [ الشورى:
45]
"Ingatlah, sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal". (QS asy-Syuuraa: 45).
Sungguh
Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan akal yang bisa digunakan untuk
memilah mana yang benar dan mana yang salah. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
menganugerahkan pedoman hidup yang tidak ada sisi kebatilan dari manapun juga,
yang berisikan didalamnya sebagai penjelas segala sesuatu. Demikian pula Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
mengutus kepada kitas seorang Rasul yang meninggalkan kita diatas jalan yang
terang benderang, malamnya bagaikan siang hari, yang tidak ada yang
menyelesihinya melainkan dirinya akan binasa, Allah menyatakan didalam
firman -Nya:
﴿هُوَ ٱلَّذِي
بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّۧنَ رَسُولا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ
وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰل
مُّبِين ٢﴾[ الجمعة: 2]
"Dia
-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka,
yang membacakan ayat-ayat -Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata".
(QS
al-Jumu'ah: 2).
Duhai
umat Islam sesungguhnya hidup tanpa menjadikan Qur'an sebagai pedoman akan
menjadikan tidak ada nilainya sama sekali, akan tetapi jika engkau kembali
kepada al-Qur'an maka segalanya akan bernilai. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
didalam firman -Nya:
﴿ لَقَدۡ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ كِتَٰبا فِيهِ ذِكۡرُكُمۡۚ أَفَلَا
تَعۡقِلُونَ ١٠ ﴾ [ الأنبياء: 10]
"Sesungguhnya
telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat
sebab-sebab kemuliaan bagimu. maka apakah kamu tiada memahaminya?. (QS al-Anbiyaa': 10).
Sungguh Allah ta'ala telah
memuliakan kita dengan berbagai nikmat yang melimpah ruah sampai kiranya kita
tidak mampu lagi untuk mengingat maupun menghitungnya, apakah setelah itu kita
sudah mengambil manfaat darinya, menggunakan nya untuk sesuatu yang membawa
manfaat pada kita, memperbaiki kondisi kita, yang tentu sejalan dengan ridho
Rabb kita?
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
memuliakan kita dengan akal pikiran, pernahkah kita sesekali merenungi tentang
penciptaan langit dan bumi? Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman
-Nya:
﴿ قُلِ ٱنظُرُواْ مَاذَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَا تُغۡنِي
ٱلۡأٓيَٰتُ وَٱلنُّذُرُ عَن قَوۡم لَّا يُؤۡمِنُونَ ١٠١ ﴾ [ يونس: 101]
"Katakanlah:
"Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman". (QS Yunus: 101).
Sungguh
Allah Shubhanahu wa
ta’alla telah memuliakan kita dengan hati sanubari,
pernahkah kita gunakan untuk merenungi apa yang bermanfaat dan apa yang
membahayakan bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan
mata, apakah sudah kita gunakan untuk melihat hal-hal yang bermanfaat dan
memilah mana yang mendatang mara bahaya bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
memuliakan kita dengan dua telinga, apakah sudah kita gunakan sebagai media
untuk mendengarkan kebenaran dan ucapan-ucapan yang baik?
Sesungguhnya
menghilangkan nikmat-nikmat diatas dengan tidak menggunakan sebagaimana
mustinya akan mengakibatkan terhalangnya kita dari kebenaran disamping juga
sebagai faktor yang menyebabkan masuk ke dalam neraka. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan
didalam salah satu firman -Nya:
﴿ وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ
قُلُوب لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُن لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَان لَّا يَسۡمَعُونَ
بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ
١٧٩ ﴾ [ الأعراف: 179]
"Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah
orang-orang yang lalai". (QS al-A'raaf: 179).
Kita
harus mengakui, kondisi buruk yang ada pada pribadi sebagian kita, pemahaman
yang salah, mata hati yang buta, jungkir balik hati sanubari, hingga kondisinya
tidak lagi mengenali kebaikan tidak pula mengingkari kemungkaran, memandang
yang baik sebagai hal yang jelek, yang jelek dianggap baik, yang baik dikira
jelek dan yang jelek dianggap baik, yang benar dianggap batil dan yang batil
dikira benar. Allah Shubhanahu wa
ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
﴿ قَدۡ جَآءَكُم بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَنۡ أَبۡصَرَ فَلِنَفۡسِهِۦۖ
وَمَنۡ عَمِيَ فَعَلَيۡهَاۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيۡكُم بِحَفِيظ ١٠٤﴾ [ الأنعام: 104]
"Sesungguhnya
telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang, maka barangsiapa melihat
(kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa buta
(tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. dan aku
(Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu)". (QS al-An'aam: 104).
Amal perbuatan bagaikan
fatamorgana, hati hancur luluh tidak tersentuh ketakwaan sedikitpun, sedangkan
dosa dan salah bertumpuk bagaikan tanah dan debu.
Duhai
untuk umatku, engkau senang membaca kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla, menyempurnakan huruf dan
tajwidnya, tapi kenapa engkau melalaikan batasan-batasannya. Duhai untuk
umatku, engkau begitu perhatian dalam masalah penampilan, tapi kenapa engkau
lalai penampilan bathinmu. Tidakkah engkau sadari kalau kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla diturunkan
membawa misi supaya di imani dan diamalkan kandungan isinya, yaitu dengan
mengerjakan perintah-perintah -Nya serta menjauhi segala larangan -Nya,
menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, berhenti pada batasannya,
mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang direkam didalamnya, juga merenungi
ayat-ayat -Nya yang mulia serta para makhluk -Nya yang agung. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan
hal itu di dalam firman -Nya:
﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ
٢٤ ﴾ [ محمد: 24]
"Maka apakah mereka tidak
memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).
Apa
sejatinya yang sedang menimpa umat ini? Apa sebab yang memalingkan umat dari
kitab Rabbnya serta petunjuk Nabinya? Sampai-sampai kondisinya diliputi dengan
berbagai macam fitnah yang sulit sekali
untuk ditolak hingga oleh seorang penyabar sekalipun. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
didalam firman -Nya:
﴿ فَمَا لَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٢٠ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيۡهِمُ
ٱلۡقُرۡءَانُ لَا يَسۡجُدُونَۤ۩٢١﴾ [الإنشقاق: 20-21]
"Mengapa
mereka tidak mau beriman? Dan apabila al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka
tidak bersujud". (QS al-Insyiqaaq: 20-21).
Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
menjadikan umat ini sebagai umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia,
dengan membawa ajaran yang agung yaitu amar ma'ruf dan nahi munkar. Sebagaimana
hal itu dinyatakan oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla dalam firman -Nya:
﴿كُنتُمۡ
خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ
عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ ١١٠ ﴾ [ آل عمران: 110]
"Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". (QS al-Imraan: 110).
Lalu
apa faktor yang menyebabkan mereka lupa dan seakan bingung dengan ajarannya
ini? mereka sudah enggan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf, tidak pula mencegah
dari yang mungkar. Bahkan yang ada mata hati seakan tertutup, sanubari telah
buta, hingga keadaanya berubah menjadi sudah tidak lagi mengetahui mana yang
ma'ruf dan tidak mau mencegah yang mungkar, lalu mulai berkembang pola pikir
yang melihat perkara yang ma'ruf adalah kemungkaran dan yang mungkar menjadi
ma'ruf.
Kondisinya
semakin memburuk, hingga jikalau melihat ada orang yang menegakkan untuk
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar, siang malam,
terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi tanpa kenal lelah, justru tanpa sungkan
sedikitpun malah dicegah tanpa ada kekuatan sedikitpun untuk menolaknya. Tidak
ingatkah firman Allah ta'ala yang mengatakan:
﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقا مِّنَ
ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ يَرُدُّوكُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡ كَٰفِرِينَ ١٠٠
وَكَيۡفَ تَكۡفُرُونَ وَأَنتُمۡ تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتُ ٱللَّهِ وَفِيكُمۡ
رَسُولُهُۥۗ وَمَن يَعۡتَصِم بِٱللَّهِ فَقَدۡ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَٰط مُّسۡتَقِيم
١٠١ ﴾ [ آل عمران: 100-101]
"Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang
diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal
ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di
tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka
sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus". (QS al-Imraan: 100-101).
Duhai
umat Islam, bukankah Allah Shubhanahu
wa ta’alla telah mensifati dan memuliakan kalian dengan
persatuan dan ukhuwah serta kecintaan yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan
dalam firman -Nya:
﴿ إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّة وَٰحِدَة وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ
فَٱعۡبُدُونِ ٩٢﴾ [ الأنبياء: 92]
"Sesungguhnya
(agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah
Tuhanmu, maka sembahlah aku". (QS al-Anbiyaa': 92).
Demikian pula tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
didalam firman -Nya:
﴿ إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَة ١٠ ﴾ [ الحجرات: 10]
(Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara". (QS al-Hujuraat: 10).
Begitu pula dalam sabdanya
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam
yang mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ » [أخرجه
البخاري ومسلم]
"Tidaklah
sempurna keimanan salah seorang diantara kalian hingga mencintai bagi
saudaranya seperti halnya yang ia cintai untuk dirinya sendiri". HR
Bukhari no: 13. Muslim no: 45.
Apa
sebetulnya yang sedang menimpanya, hingga umat ini berubah menjadi
bergolong-golongan yang begitu banyak, terpecah dalam kelompok dan pengekor
hawa nafsu, perselisihan dan permusuhan? Sedangkan Allah ta'ala menyatakan
didalam firman -Nya:
﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعا لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ
فِي شَيۡءٍۚ إِنَّمَآ أَمۡرُهُمۡ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ
يَفۡعَلُونَ ١٥٩ ﴾ [ الأنعام: 159]
"Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agama -Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak
ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka
hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada
mereka apa yang telah mereka perbuat". (QS al-An'aam: 159).
Menakjubkan
sekali perkaranya umat Islam sekarang ini. Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
mensifatinya dengan wasathiyah (pertengahan, bersikap adil) yaitu
manakala Allah mengatakan didalam firman -Nya:
﴿ وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّة وَسَطا ١٤٣ ﴾ [ البقرة: 143]
"Dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan". (QS al-Baqarah: 143).
Lantas dimana sekarang sikap
adil tersebut ditinggalkan, yang ada sekarang justru condong ke kiri dan ke
kanan, terkadang miring ke barat terkadang condong ke timur dan kadang lurus
menghadap ke Allah azza wa jalla, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung hal ini dalam
firman -Nya:
﴿أَفَحُكۡمَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ يَبۡغُونَۚ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ
ٱللَّهِ حُكۡما لِّقَوۡم يُوقِنُونَ٥٠﴾
[ المائدة: 50]
"Apakah
hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maa-idah: 50).
Sesungguhnya
tidak mungkin kebahagian itu digapai melainkan melalui jalan Islam, karena
semua jalan pasti akan ditolak tidak mungkin diterima oleh Allah azza wa jalla.
Sebagaimana ditegaskan hal itu didalam firman -Nya:
﴿ وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ
وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥ ﴾ [ آل عمران: 85]
"Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi". (QS
al-Imraan: 85).
Menakjubkan sekali perkaranya
umat Islam ini, bukankah Allah Shubhanahu
wa ta’alla telah memuliakannya dengan menurunkan sebuah
kitab yang menjelaskan segala sesuatu, yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan
didalam firman -Nya:
﴿ $uZø9¨tRur øn=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»uö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« Yèdur ZpyJômuur 3uô³çur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9 ﴾ [ النحل: 89]
"Dan
Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (QS al-Nahl: 89).
Kenapa
sekarang justru mereka berpaling dari kitab yang diturunkan oleh Rabbnya yang
merupakan sumber kejayaannya? Sesungguhnya kalimat pertama yang menjadi
undang-undang dasarnya ialah kalimat 'Bacalah', sedangkan sekarang dirinya tidak
bisa baca, jikalau mampu membaca maka tidak bagus ketika memahaminya, dan
seandainya mampu memahami maka tidak sempurna ketika mengerjakannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
didalam firman -Nya:
﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ
قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ ٢٤ ﴾ [ محمد: 24]
"Maka
apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).
Sungguh
menakjubkan urusannya umat Islam. Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memberi kemuliaan dengan
mengutusnya seorang Rasul yang merupakan Rasul terbaik, yang meninggalkan bagi
umat ini diatas cahaya yang terang benderang, malamnya bagaikan siang hari.
Sangat penyayang bagi umatnya serta berkinginan baik terhadap mereka. Seperti
dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُول مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا
عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوف رَّحِيم ١٢٨﴾ [ التوبة: 128]
"Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (QS at-Taubah: 128).
Lantas
sekarang mereka tersesat dari jalan yang lurus, enggan untuk mengambil sunahnya
dan tidak mencukupkan diri dengan petunjuk yang dibawa beliau? Sedangkan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan
dalam firman -Nya:
﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن
كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١ ﴾ [
الأحزاب: 21]
"Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah". (QS al-Ahzab: 21).
Sungguh
kondisi umat sekarang ini memprihatinkan sekali, hingga sampai pada kehilangan
jati dirinya, sampai kiranya mereka tidak lagi merasakan atau merasa mana yang
musuh dan yang sebagai temannya, tidak lagi bisa membedakan mana yang mampu
memberi manfaat dan yang membahayakannya, karena sudah tersesat jalan, buta
terhadap kebenaran, hingga musuh mengerumuninya, merusak agama dan akhlaknya. Allah
Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
didalam firman -Nya:
﴿ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمۡ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمۡ عَن دِينِكُمۡ
إِنِ ٱسۡتَطَٰعُواْۚ وَمَن يَرۡتَدِدۡ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتۡ وَهُوَ كَافِر
فَأُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ
أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢١٧ ﴾ [ البقرة: 217]
"Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu
dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang
murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka
itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS al-Baqarah: 217).
Sungguh
umat ini telah kecolongan penyakit yang merobek serta mencerai beraikan
persatuan mereka, tergeser dari kedudukannya, dan melumpuhkan kekuatan yang
pernah dimilikinya, sehingga keadaannya berubah menjadi pengikut bukan yang di
ikuti, pendengar bukan yang didengar ucapannya, di perintah bukan yang
menyuruhnya, menjadi pengekor bukan yang berijtihad, hancur berantakan tidak
terselamatkan, itu semua disebabkan dosa yang telah memuncak sampai pada titik
terendah.
Mengimani
adanya Allah Shubhanahu wa
ta’alla namun tidak mentaati perintah -Nya, membaca
kitab -Nya namun tidak berusaha untuk memahaminya dengan baik, mencintai
Rasulallah Shubhanahu wa
ta’alla namun tidak mengikuti petunjuk yang diajarkan,
membenci setan namun justru mentaati perintahnya. Penyakit apa sejatinya ini?
kesesatan apa lagi setelah ini? kerusakan dan kedzaliman apa lagi yang akan
terjadi seusai ini?
Apakah
kita paham setelah ini jikalau kita sedang terkena penyakit? Apabila kita telah
memahami kalau kita sedang tertimpa penyakit, apakah kita telah meneliti apa dan
dari mana penyebab penyakit tersebut? Apakah memang musibah yang menimpa kita
karena tidak adanya obat yang mampu mengobati dari akar musibah dan kerusakan
yang ada dalam umat ini? Atau musibah yang menimpa kita karena tidak adanya
tabib mumpuni yang mampu membuat resep guna melenyapkan penyakit tersebut, lalu
menjelaskan kepada pasiennya jenis obat, takaran dan cara mengkonsumsinya?
Atau
memang penyakitnya adalah jenis yang tidak mempan obat tidak pula tembus terapi
dan perawatan? Sungguh, pada hakekatnya penyakit tersebut bermuara pada tiga
hal ini tidak lebih tidak pula kurang, maka coba mari kita deteksi dari mana
sejatinya umat ini terkena musibah, agar kita bisa mengetahui bagaimana supaya
umat ini bisa selamat.
Post a Comment