Detik-detik Kematian
Detik-detik Kematian
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala,
shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu
bagi -Nya, dan
aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Didalam
al-Qur'an Allah Shubhanahu wa ta’ala
telah menggambarkan bagaimana keadaan orang yang sedang menanti detik-detik
kematian menghadapi sakaratul maut, yang tentunya menjadikan kita harus waspada
dan mempersiapkan kejadian yang pasti akan menyambangi setiap orang. Allah
ta'ala berfirman:
﴿ فَلَوۡلَآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلۡحُلۡقُومَ ٨٣ وَأَنتُمۡ حِينَئِذٖ تَنظُرُونَ
٨٤ وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنكُمۡ وَلَٰكِن لَّا تُبۡصِرُونَ ٨٥ فَلَوۡلَآ إِن
كُنتُمۡ غَيۡرَ مَدِينِينَ ٨٦ تَرۡجِعُونَهَآ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٨٧﴾ [ الواقعة: 83-87 ]
"Maka mengapa ketika nyawa
sampai di kerongkongan, Padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat
kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat, Maka mengapa jika kamu
tidak dikuasai (oleh Allah)? kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada
tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?". (QS
al-Waaqi'ah: 83-87).
Yang
dimaksud ialah detik-detik menjelang kematian. Pada saat itu: "Padahal
kamu ketika itu melihat". Pada malaikat yang akan mencabut nyawamu
serta saat-saat menakutkan dari sakaratul maut. "Dan Kami lebih dekat
kepadanya dari pada kamu". Dengan ilmu kami, kekuasaan serta para
malaikat kami. Akan tetapi kalian tidak melihatnya.[1] Imam
Ibnu Qoyim menjelaskan: "Sesungguhnya Allah azza wa jalla menjadikan
perkara akhirat dan segala yang berkaitan dengannya sebagai perkara ghaib dan
menutup dari pemandangan muslim negeri akhirat ini. Hal
itu, termasuk kesempurnaan hikmah yang Allah ta'ala miliki, disamping juga
sebagai pembeda antara orang yang beriman pada perkara ghaib dan yang tidak.
Kejadian
pertama kali yang masuk dalam perkara akhirat ialah bahwa para malaikat turun
kepada orang yang sedang menunggu kematian, lalu datang dan duduk disampingnya.
Adapun orang yang sedang sekarat tadi mampu melihat keberadaan mereka dengan
mata telanjang, dan mengerti pembicaraan mereka. Sedang yang mereka bawa adalah
kafan dan hanuth, yang dibawa dari surga ataupun dari neraka (sesuai keadaan
orang yang akan mati). Para malaikat tadi
juga mengucapkan amin atas do'a orang-orang yang hadir pada saat itu, dan semua
do'a di amini oleh malaikat, baik do'a kebaikan ataupun do'a kejelekan.
Terkadang para malaikat datang sambil memberi salam
kepada orang yang sedang sakaratul maut, dan terkadang orang tadi mampu
menjawabnya dengan ucapan yang jelas, atau hanya sekedar isyarat dan kadang
hanya didalam hati, disebabkan dirinya sudah tidak mampu berucap tidak pula
memberi isyarat. Terkadang terdengar kalimat dari beberapa orang
yang sedang sakaratul maut ucapan; selamat datang duhai para pemilik
wajah-wajah yang indah. Dan syaikh kami pernah mengabarkan pada kami tentang
kisah sebagian orang yang sedang sakaratul maut. Beliau mengatakan: "Aku
tidak tahu apa yang dia lihat, dan beliau menceritakan bahwa terdengar dari
orang tersebut jawaban salam sambil mengatakan: 'Alaika salam, silahkan masuk
dan duduk disini. Semoga keselamatan atasmu silahkan masuk duduk sini'.[2]
Dikisahkan
oleh Ibnu Abi Dunya bahwa Umar bin Abdil Aziz tatkala dihari dirinya akan
meninggal beliau menyuruh orang-orang yang ada disekitarnya: "Dudukan
saya". Mereka lantas membantu beliau untuk duduk. Setelah itu terdengar
dari bibir beliau: "Engkau yang telah menyuruhku, namun, masih banyak
kekurangan yang belum ku kerjakan. Engkau yang melarangku, namun, justru aku
menerjangnya'. Sebanyak tiga kali. Setelah itu terdengar: "Akan tetapi laa
ilaha ilallah". Lalu beliau menengadahkan
kepala keatas sambil melihatnya dengan tajam. Maka orang-orang yang ada
disekelilingnya bertanya: "Sesungguhnya engkau melihat dengan pandangan
sangat tajam, wahai Amirul mukminin? Kemudian beliau membaca firman Allah
ta'ala:
﴿ تِلۡكَ ٱلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوّٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فَسَادٗاۚ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ
٨٣ ﴾ [ القصص: 83 ]
"Negeri akhirat itu, Kami
jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan
di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang
bertakwa". (QS al-Qashash: 83).
Beliau berkata: "Sungguh
aku melihat ada orang yang datang, bukan dari bangsa jin bukan pula
manusia". Setelah itu beliau meninggal dunia.[3]
Fudholah
bin Dinar juga pernah mengkisahkan: "Aku pernah menghadiri Muhammad bin
Wasi' yang sedang sakaratul maut, lalu terdengar dari lisannya perkataan:
"Selamat datang wahai para malaikat Rabbku. La haula wa la quwata ila
billah. Sungguh aku mencium bau wangi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya sewangi ini".
kemudian sambil diiringi pandangan keatas dirinya kemudian meninggal dunia. Dan
kisah-kisah semacam ini sangatlah banyak.[4]
Imam Ibnu Qoyim pernah membawakan sebuah kisah yang sangat menarik untuk kita
jadikan pelajaran: "Sebagian orang yang bisa dipertanggung jawabkan
ucapannya pernah mengabarkan, bahwa dirinya suatu ketika pernah menggali tiga
lubang kubur untuk jenazah. Tatkala telah usai pekerjaannya dirinya duduk
istirahat sejenak sambil berbaring, dalam keadaan semacam itu, dirinya melihat
seakan dalam mimpi ada dua malaikat yang turun lantas berhenti diatas salah
satu kubur yang ku buat tadi lalu berkata pada temannya: 'Tulislah satu farsakh
(yaitu ukuran meter sekitar empat kilo setengah meter atau sama dengan tiga
mil) untuk penghuninya'. Kemudian pindah ke kubur sebelahnya dan berkata pada
temannya lagi: "Tulis satu mil untuknya'. Lantas berhenti pada kubur
terakhir yang ku buat, dan sama menyuruh temannya untuk menulis, namun, yang
ini dia berkata: "Tulislah untuknya satu Fitru (ukuran jarak antara
jari telunjuk dan jempol)'.
Orang
tersebut sangat kaget dengan keadaan yang seperti mimpi tersebut, setelah
terjaga, tidak berapa lama datang seorang mayat laki-laki yang asing bagiku
lantas dikubur pada lahat yang pertama. Kemudian datang lagi jenazah laki-laki
lalu dikubur pada lahat kedua. Setelah itu datang lagi jenazah perempuan kaya
yang diiringi oleh banyak orang, lantas dirinya dikubur pada lahat yang ketiga,
yaitu didalam lahat yang sempit seperti yang ia dengar didalam penglihatannya
tadi, yang dikatakan: 'Tulis untuk penghuni kubur ini satu Fitru (yaitu jarak
antara jari telunjuk dan jempol)".
Dan telah mengabarkan padaku (penulis) saudara kami
Abu Abdillah Muhammad bin Raziz al-Harani sebuah kisah yang dia alami sendiri.
bahwa suatu hari dirinya pernah keluar dari rumah setelah sholat Ashar menuju
kebunnya. Manakala matahari belum tenggelam dan aku melewati sebuah pemakaman,
tiba-tiba aku melihat ditengah-tengah kubur tersebut keluar semburan api yang
sangat besar seperti lidah besar, sedang penghuni kubur berada
ditengah-tengahnya. Melihat kejadian itu, aku
mengusap-usap mata sambil bergumam apa aku sedang mimpi atau tidak? Kemudian
aku memanjat pagar pembatas, aku baru sadar ternyata aku tidak sedang mimpi.
Setelah
itu aku bergegas pulang menuju rumah, masuk ke rumah dalam keadaan takut dan
cemas. Sampai ketika di hadirkan makan malam oleh istriku, aku tidak mampu
untuk memakannya, karena kejadian sore tadi. Keesokannya aku mendatangi kampung
jenazah itu untuk mencari informasi dan menanyakan siapa penghuninya, maka
dikabarkan padaku bahwa jenazah itu semasa hidupnya adalah seorang pegawai
pajak yang meninggal dan dikubur pada hari dimana aku melihat jilatan api
tersebut". Sesungguhnya melihat api dari dalam
kubur semacam ini, atau melihat malaikat
atau jin adalah suatu perkara yang sangat mungkin bagi orang yang dikehendaki
Allah untuk hal itu.
Jika Allah azza wa jalla menghendaki, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menampakan perkara
ghaib ini pada sebagian orang dan tetap menjadi ghaib pada yang lain. Karena
kalau seandainya semua orang bisa melihat kejadian semacam itu tentu hilang
hikmah taklif dan perintah untuk beriman pada perkara ghaib, ditambah manusia
tidak mungkin sanggup saling mengubur jenazah mereka. Sebagaimana diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
"Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ هَذِهِ الأُمَّةَ تُبْتَلَى فِى
قُبُورِهَا فَلَوْلاَ أَنْ لاَ تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ الَّذِى أَسْمَعُ مِنْهُ » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya umat ini
akan diuji didalam kubur-kubur mereka. Kalaulah seandainya tidak ditakutkan
kalian saling mengubur tentulah aku memohon kepada Allah agar diperdengarkan
pada kalian dari siksa kubur seperti yang aku dengar". HR Muslim no:
2867.[5]
Diantara
keadaan orang yang sedang sakaratul maut ialah ada yang dikatakan pada mereka;
laa ilaha ilallah. Dirinya malah menjawab; hah..hah aku tidak mampu
mengatakannya. Disebutkan oleh Abdul Aziz bin Abi Dawud: "Aku pernah
menghadiri seorang yang sedang ditalqin tatkala sakaratul maut dengan: 'Laa ilaha
ilallah'. Maka ucapan terakhir yang dia ucapkan ialah: "Dia kufur dengan
apa yang engkau ucapkan". Dan dia mati dengan ucapan tersebut. kemudian
aku bertanya tentang keadaannya. Maka dikabarkan padaku dirinya adalah penimbun
miras'. Setelah itu dia memberi petuah: 'Takutlah kalian dari sebuah dosa
sesungguhnya itulah yang menyebabkan orang itu mati su'ul khatimah". Ada
lagi yang ditalqin supaya mengatakan: 'Laa ilaha ilallah'. Akan tetapi, yang terdengar dari lisannya
ialah alunan lagu yang dihafal sampai dirinya dicabut nyawanya.[6] Sedangkan
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda dalam hadits yang shahih:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ
عَلَيْهِ »
[أخرجه مسلم]
"Setiap hamba akan
dibangkitkan sesuai dengan keadaan ketika dirinya meninggal". HR
Muslim no: 2878.
Al-Hafidh
Ibnu Katsir menjelaskan: "Dosa dan perbuatan maksiat serta mengikuti hawa
nafsu akan menelantarkan pelakunya pada saat-saat menjelang kematiannya,
ditambah dengan godaan setan yang menyesatkan. Sehingga terkumpul bagi para
pendosa dua hal yang menelantarkannya disebabkan lemahnya iman. Lalu menjadikan
dirinya pada akhir penghidupan yang jelek, su'ul khatimah".[7]
Akhirnya
kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb
semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah curahkan kepada Nabi kita
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta
para sahabatnya
Post a Comment