Bantahan Terhadap Propaganda Ikhtilath (Bergabung Laki-Laki dan Wanita) dalam Pendidikan
Bantahan Terhadap
Propaganda Ikhtilath (Bergabung Laki-Laki dan Wanita) dalam Pendidikan
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW...wa ba'du:
Saya sudah mempelajari makalah yang
dipublikasikan surat kabar Siyasah yang terbit pada tanggal 24/7/1404 H.
Edisi no.5633 yang ditulis oleh Rektor universitas Shan'a: Abdul Aziz
al-Muqalih yang mengaku bahwa tuntutan memisahkan siswi/mahasiswi dari siswa/mahasiswa
menyalahi syari'at. Dia mengambil dalil bolehnya ikhtilath bahwa kaum
muslimin dari masa Rasulullah SAW selalu menunaikan shalat di satu masjid,
laki-laki dan wanita, dan ia berkata: 'Karena itulah pendidikan harus beRAa
dalam satu tempat.' Saya merasa heran munculnya pernyataan ini dari rektor sebuah
universitas Islam di negeri Islam yang seharusnya mengarahkan masyarakatnya,
baik laki-laki maupun perempuan, menuju kebahagiaan dan keselamatan dunia dan
akhirat. Inaalillahi wa ilaihi raji'un, walaa haula wala quwwata illa
billah.
Tidak disangsikan lagi bahwa ucapan
ini merupakan kejahatan besar terhadap syari'at Islam karena syari'at tidak pernah
mengajak kepada ikhtilath sehingga tuntutan menghalanginya dianggap
menyalahi syari'at, bahkan syari'at menghalanginya dan bersikap keras dalam hal
itu. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَقَرْنَ فِي
بُيُوتِكُنَّ وَلاَتَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah
yang dahulu (QS. al-Ahzab 33)
Dan firman-Nya:
يَآأَيُّهَا
النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ
عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ
وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Hai Nabi katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mu'min:"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS.al-Ahzab:59)
Dan firman-Nya:
وَقُل
لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
وَلاَيُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّمَاظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ
بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلاَيُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ
لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَآئِهِنَّ أَوْ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ
أَبْنَآئِهِنَّ أَوْ أَبْنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي
إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَآئِهِنَّ أَوْ مَامَلَكَتْ
أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُوْلِى اْلإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ
أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَآءِ
وَلاَيَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَايُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ
وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Katakanlah kepada wanita yang
beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara
kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang
(biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada
mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau
putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau para
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.Dan janganlah mereka
memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.Dan
bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
(QS.an-Nur:31)
Dan
firman Allah SWT:
وَإِذَا
سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَسْئَلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ
لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
Apabila kamu meminta sesuatu
(keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang
tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. (QS.
al-Ahzab:53)
Di
dalam ayat yang mulia ini merupakan dalil yang jelas disyariatkannya wanita
agar tetap berada di rumah supaya terhindar dari fitnah kecuali ada keperluan
yang mengharuskan dia keluar rumah. Kemudian memperingatkan mereka dari tingkah
laku kaum jahiliyah, yaitu menampakan keindahan dan lekuk-lekuk tubuh mereka di
hadapan laki-laki. Diriwayatkan dalam hadits shahih:
مَاتَرَكْتُ
بَعْدِي فِتْنَةً أَشَدَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
"Aku tidak meninggalkan satu
fitnah yang lebih berbahaya terhadap laki-laki dari pada wanita."[1]
Muttafaqun 'alaih dari hadits Usamah bin
Zaid RA.
Dan
diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya, dari Usamah dan Sa'ib bin Zaid bin
Amar bin Nufail semuanya. Dan dalam shahih Muslim, dari Abu Sa'id al-Khudri RA, dari Nabi,
beliau bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا
حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَنَاظِرٌ (فَيَنْظُرُ)
كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ. فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءِ فَإِنَّ
أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ.
"Sesungguhnya dunia adalah
manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah SWT menjadikan engkau (hidup) silih
berganti padanya, maka Dia melihat apa yang engkau lakukan. maka takutilah
dunia dan takutilah wanita, sesungguhnya permulaan fitnah bani Israel adalah
pada wanita."[2]
Sungguh benar Rasulullah SAW, fitnah
mereka sungguh besar terutama di masa sekarang yang sebagian besar mereka membuka
hijab dan berperilaku seperti kaum jahiliyah. Karena sebab itulah banyak sekali
terjadi kemungkaran dan perbuatan fahisyah, dan banyak anak muda yang
berpaling dari perkawinan yang disyari'atkan. Sungguh Allah SWT menjelaskan
bahwa hijab mensucikan hati semua orang, maka hal itu menunjukkan bahwa
hilangnya hijab lebih dekat kepada najisnya hati dan mereka berpaling dari
jalan yang benar.
Sudah diketahui bahwa duduknya siswi
bersama siswa di kursi pendidikan merupakan penyebab fitnah terbesar dan termasuk
penyebab meninggalkan hijab yang disyari'atkan Allah SWT kepada wanita beriman
dan melarang mereka menampakan perhiasan mereka kepada selain orang-orang yang
dijelaskan Allah SWT di dalam ayat di atas dari surah an-Nur. Barangsiapa yang
menyangka bahwa perintah hijab khusus bagi para ummul mukminin saja sungguh
merupakan pemahaman yang jauh dari kebenaran dan bertentangan dengan
dalil-dalil lainnya yang bersifat umum, serta menyalahi firman Allah SWT:
ذَلِكُمْ
أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
Cara yang demikian itu lebih suci bagi
hatimu dan hati mereka. (QS. al-Ahzab:53)
Tidak
boleh dikatakan bahwa hijab lebih membersihkan hati para ummul mukminin dan
para sahabat saja, bukan para generasi sesudahnya. Tidak diragukan bahwa
generasi sesudahnya lebih membutuhkan hijab dari pada ummul mukminin dan para
sahabat karena perbedaan yang sangat jauh dalam iman. Karena para sahabat,
laki-laki dan perempuan, termasuk para ummul mukminin adalah manusia paling
utama setelah para nabi dan masa terbaik menurut penegasan Rasulullah SAW yang
diriwayatkan dalam shahihahin. Apabila hijab lebih membersihkan hati
mereka maka generasi sesudah mereka lebih membutuhkan kesucian ini, karena nash
yang ada dalam al-Qur`an tidak boleh ditentukan untuk satu golongan umat kecuali
ada dalil yang shahih yang menunjukan takhshish (penentuan khusus untuk
kaum tertentu). Ayat itu berlaku untuk semua umat di masa Nabi dan masa
sesudahnya hingga hari kiamat, karena Allah SWT mengutus rasul-Nya kepada
bangsa jin dan manusia di masanya dan masa sesudahnya hingga hari kiamat,
sebagaimana firman Allah SWT:
قُلْ يَاأَيُّهَا
النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah:"Hai manusia, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua,. (QS. al-A`raaf:158)
Dan
firman-Nya:
وَمَآأَرْسَلْنَاكَ
إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا
Dan Kami tidak mengutus kamu,
melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan,. (QS.as-Saba`:28)
Seperti
inilah al-Qur`an, tidak diturunkan untuk yang hidup di masa Nabi Muhammad SAW
saja, namun ia diturunkan untuk mereka dan generasi sesudahnya yang telah
sampai kepadanya Kitabullah, sebagaimana firman Allah SWT:
هَذَا بَلاَغٌ
لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ
وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُو اْلأَلْبَابِ
(al-Qur'an) ini adalah penjelasan yang
sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan
supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa dan agar
orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim :52)
Dan firman-Nya:
وَأُوحِىَ
إِلَيَّ هَذَا الْقُرْءَانُ لأُنذِرَكُم بِهِ وَمَن بَلَغَ
Dan al-Qur'an ini dwahyukan kepadaku
supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang
sampai al-Qur'an (kepadanya). (QS. al-An'am:19)
Para
wanita di masa Rasulullah SAW tidak pernah ikhtilath dengan laki-laki,
tidak di masjid dan tidak pula di pasar, ikhtilath yang dilarang oleh kaum
ishlah (yang menghendaki kebaikan) di masa sekarang, dan al-Qur`an,
sunnah dan para ulama memperingatkan darinya karena khawatir terhadap
fitnahnya. Bahkan para wanita yang shalat di masjid bersama Nabi Muhammad SAW yang berada shaf (barisan) di
belakang laki-laki. Dan beliau SAW bersabda:
خَيْرُ صُفُوْفِ
الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوْفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا
وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
"Sebaik-baik shaf laki-laki
adalah yang pertamanya dan seburuk-seburuknya adalah yang paling akhir, dan
sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling belakang dan seburuk-buruknya adalah
yang paling depan."
Karena khawatir terhadap fitnah shaf
terakhir laki-laki dengan shaf pertama wanita. Laki-laki di masa Nabi
diperintahkan agar tidak langsung berpaling sampai para wanita selesai dan
keluar dari masjid agar tidak ikhtilath
dengan laki-laki di pintu masjid, padahal mereka mempunyai iman dan taqwa yang
kuat. Bagaimana keadaan umat sesudah mereka? Wanita disuruh agar melewati tepi
jalan karena khawatir bersentuhan dengan laki-laki dan fitnah bersentuhan satu
sama lain saat berjalan di tengah jalan. Allah SWT menyuruh para wanita agar
menurunkan jilbab supaya menutup perhiasan mereka karena khawatir fitnah mereka
dan Dia melarang mereka menampakan perhiasan kepada selain yang disebutkan
Allah SWT dalam kitab-Nya yang agung, karena menutup penyebab fitnah dan
mendorong sebab-sebab 'iffah dan jauh dari kerusakan dan ikhtilath.
Bagaimana mungkin rektor universitas Shan'a` ini, semoga Allah SWT memberi
petunjuk kepadanya. Mengajak ikhtilath dan mengira bahwa Islam
menganjurkannya, lingkungan universitas sama seperti masjid, jam belajar sama
seperti jam shalat? Sudah diketahui bahwa perbedaan sangat besar bagi orang
yang memahami perintah dan larangan Allah SWT, mengenal hikmah-Nya dalam
menetapkan syari'at untuk hamba-Nya. Bagaimana mungkin seorang mukmin
mengatakan bahwa seorang siswi duduk berdampingan dengan siswa di kursi belajar
sama seperti duduknya bersama teman-temannya di belakang laki-laki. Ini tidak
pernah dikatakan oleh seseorang yang memiliki iman dalam jiwanya dan memahami
yang dikatakannya. Hal ini jika ada hijab secara syara', maka bagaimana apabila
duduknya bersama siswa di kursi belajar dalam kondisi tabarruj,
menampakan keindahan, pandangan yang menggoda dan percakapan yang menyeret kepada
fitnah? Wallahul musta'an, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah
SWT. Firman Allah SWT:
فَإِنَّهَا
لاَتَعْمَى اْلأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi
yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS. al-Hajj:46)
Adapun ucapannya: (realitanya,
sesungguhnya kaum muslimin sejak masa Rasulullah SAW selalu menunaikan shalat
di dalam satu masjid, laki-laki dan wanita, karena itulah pendidikan harus berada
dalam satu tempat). Jawabannya adalah: yang dikatakan ini benar, akan tetapi
para wanita berada di bagian belakang masjid serta memakai hijab dan menjaga
diri dari penyebab fitnah, dan laki-laki berada di bagian depan masjid. Maka
mereka mendengarkan nasehat dan khutbah, ikut serta shalat, belajar hukum-hukum
agama dari yang mereka dengar dan mereka lihat. Nabi Muhammad SAW di hari
lebaran pergi mengunjungi para wanita setelah selesai memberi nasehat kepada
laki-laki, maka nabi memberi nasehat dan mengingatkan mereka karena posisi
mereka yang jauh hingga tidak bisa mendengarkan khutbahnya. Semua ini tidak ada
masalah. Yang menjadi persoalan adalah ucapannya (karena itulah pendidikan
harus berada dalam satu tempat). Bagaimana mungkin ia membandingkan pendidikan
di masa sekarang dengan shalat wanita yang berada di belakang laki-laki di
dalam satu masjid. Padahal perbedaan sangat jauh di antara pendidikan yang ada
di masa sekarang dan realita shalat wanita di belakang laki-laki di masa
Rasulullah SAW? Karena itulah kaum ishlah mengajak kepada pemisahan
wanita dari laki-laki di lembaga pendidikan, mereka berada dalam satu tempat
dan laki-laki di tempat tersendiri, sehingga mereka bisa menerima ilmu dari
para pengajar wanita dengan tenang tanpa perlu hijab dan rasa berat, karena waktu
belajar itu lama, berbeda dengan waktu shalat. Dan karena menerima pengajaran
dari guru-guru wanita di tempat khusus lebih menjaga semua dan lebih menjauhkan
dari sebab-sebab fitnah, dan lebih selamat bagi pemuda dari fitnah mereka. Dan
sesungguhnya terpisahnya laki-laki di lembaga pendidikan dari wanita, di
samping lebih aman bagi mereka dari fitnah, maka ia lebih dekat kepada
konsentrasi mereka terhadap mata pelajaran, mendengarkan dengan baik keterangan
para pengajar, jauh dari perhatian para gadis dan sibuk dengan mereka, bertukar
pandangan yang beracun dan kata-kata yang mengundang perbuatan fasik.
Adapun pengakuannya bahwa ajakan untuk
memisahkan siswi dari para siswa menyalahi syari'at, maka ia adalah pengakuan
yang tidak bisa diterima, tetapi hal itu adalah inti nasehat bagi Allah SWT dan
hamba-hamba-Nya, menjaga agamanya dan mengamalkan ayat-ayat dan hadits yang
telah disebutkan.
Nasehat saya kepada rektor universitas
Shan'a` agar bertaqwa kepada Allah SWT dan bertaubat kepada-Nya karena ucapannya
itu, hendaklah ia kembali kepada kebenaran dan haq. Karena kembali ke jalan
yang benar adalah inti keutamaan dan petunjuk atas keseriusan penuntut ilmu
mencari kebenaran. Hanya kepada Allah SWT kita memohon agar memberi petunjuk
kepada kita jalan petunjuk, melindungi kita dan semua kaum muslimin dari ucapan
tanpa berdasarkan ilmu, dan dari kesesatan fitnah dan gangguan syetan.
Sebagaimana saya memohon kepada Allah SWT agar memberi taufik kepada para ulama
islam dan para pemimpinnya di semua tempat untuk kebaikan hamba dan negara di
dalam kehidupan dunia dan akhirat, semoga Dia memberi petunjuk kepada semua
jalan-Nya yang lurus, sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia. Semoga
shalawat dan salam selalu tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para
sahabatnya, serta para pengikut mereka dalam kebaikan hingga hari pembasalan.
Syaikh Bin Baz –Fatawa
Islamiyah (3/94)
Post a Comment