Cara Mendidik Anak
Cara Mendidik
Anak
Sesungguhnya segala puji
hanya bagi Allah, kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan hanya kepadaNya,
dan kami berlindung denganNya dari segala bentuk keburukan jiwa dan kejelekan
perbuatan kami. Barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah maka tiada
seorangpun yang mampu menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkannya tiada
seorangpun yang mampu menjadi penolong dan memberikan jalan petunjuk baginya.
Amma Ba’du….
Sesungghnya ucapan yang paling benar kalam kitab Allah,
petunjuk yang paliung baik adalah petunjuk Nabi Muhamad shallallahu alaihi wa
sallam, seburuk-buruk perkara adalah perakra-perakra yang baru dalam masalah
agama, dan stiap perakra yang baru adalah bid’ah dan setiap perakra yang bid’ah
adalah sesat dan setiap kesesatan pasti berakibat neraka.
Wahai sekalian hamba Allah…..
Wahai para orang tua dan para pendidik….wahai para guru.
Sebagaimana setiap orang tua terhadap anak-anak mereka memiliki hak dan
kewajiban yang besar, dengannya mereka bisa diberikan balasan yang agung dan
pahala yang berlipat…maka anak-anakpun juga memiliki hak dan kewajaiban yang
mesti dipenuhi oleh bapak-bapak mereka, sebagai bentuk kesykuran mereka
terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada para orang tua. Sungguh
kehadiran seorang anak adalah nikmat
yang sangat besar dan karunia yang agung yang mesti disyukuri.
Syukur tersebut tidak hanya dengan lisan saja, bahkan lebih
dari itu, diwujudkan dengan mengarahkan nikmat tersebut pada jalur terbaik yang
disukai dan diredhai oleh Allah.
Anak adalah buah kehidupan, harapan hidup yang selalu
dinanti-nantikan, tumpuan yang sangat dirindukan dan wangi kehdupan yang
semerbak.
قال الله تعالي: ﴿ ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ
زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ
ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا ٤٦ ﴾ (الكهف : 46)
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia
tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan" (QS. Al Kahfi: 46).
Mereka bisa menjadi penolong bagi orang tua
mereka jika anak-anak tersebut meninggal di masa belia, sementara di dalam
kehidupan ini, di saat mereka telah dewasa maka mereka adalah kesenangan dan
perhiasan hidup serta manfaat yang besar jika terdidik secara baik.
Jika demikian, maka apakah hak-hak anak
terhadap orang tua mereka?. Dan bagaimanakah cara kita mendidik mereka?.
Jawaban atas pertanyaan ini amat panjang
namun saya berusaha mengetengahkan beberapa sisi yang bisa memberikan kita
pemahaman tentang cara mendidik anak:
Pertama: Memilih istri yang soleh:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ )) ( رواه البخاري)
Pilihlah wanita yang memiliki agama”. HR. Al. Bukhari di dalam kitab
Al-Nikah.
Seorang lelaki datang kepada Umar bin Al Khattab seraya melaporkan
tentang anaknya yang bersikap durhaka kepada dirinya…maka anak tersebut
berkata: Wahai amirul mu’minin tidakkah seorang anak memiliki hak atas
bapaknya?. “Ya”, jawab amirul mu’minin. “Apakah hak anak tersebut wahai amirul
mu’minin?”. Tanya sang anak. Umar menjawab: “Dia memilih ibu yang terbaik baginya,
memberikan nama yang layak dan mengajarkan kepadanya Al-Qur’an. Anak tersebut
berkata kepada amirul mu’minin: Wahai amirul mu’minin, ayahku ini tidak
mengerjakan apapun dari apa yang telah engkau sebutkan; Ibuku pernah menjadi
seorang budak hitam milik orang majusi, nama yang diberikan kepadaku adalah
ju’l dan belum pernah mengajarkan kepadaku satu hurufpun dari Al-Qur’an. Maka
Amirul mu’minin berkata kepada lelaki tersebut: Apakah engkau masih
mendatangiku untuk melaporkan kedurhakaan anakmu?. Padahal dirimu telah durhaka
kepadanya sebelum dia durhaka kepadamu, kamu telah berlaku buruk terhadapnya
sebelum dia berlaku buruk terhadap dirimu. Maka pendidikan anak bukan pada usia
remaja akan tetapi mulai sejak memilih istri.
Kedua: Berlindung kepada Allah sebelum berhubungan suami istri.
Sebab setan mengalir di dalam urat nadi manusia, ditempat mengalirnya
darah.
قال الله تعالي: ﴿ وَٱسۡتَفۡزِزۡ
مَنِ ٱسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُم بِصَوۡتِكَ وَأَجۡلِبۡ عَلَيۡهِم بِخَيۡلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكۡهُمۡ
فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِ وَعِدۡهُمۡۚ وَمَا يَعِدُهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ إِلَّا
غُرُورًا ٦٤ ﴾ ( الإسراء: 64)
"Dan
hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan
kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki
dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah
mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan
tipuan belaka" [QS. al Isra: 64].
Seandainya salah seorang di antara kalian
ingin bersetubuh dengan istrinya lalu berdo’a dengan mengucapkan:
“باسم الله اللهم جنبنا
الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا”
"Dengan menyebut nama Allah, ya Allah
jauhkanlah diri kami dari setan dan jauhkanlah setan dari rizki yang telah
Engkau berikan kepada kami”.
Maka jika dikaruniakan anak dengan sebab
hubungan tersebut maka tidak akan dimudharatkan oleh setan. Maksudnya adalah
setan tidak mempu menjerumuskannya ke dalam kekafiran.
Ketiga: Mengazankannya pada telinganya.
Sebagaimana diriwaytkan oleh Abu Dawud dan
AlTurmudzi dan yang lainnya dari Abi Rafi’ radhiallahu anhu berkata: Aku telh
melihat Rasulullah shallallahu alaiahi wa sallam mengazankan Al-Hasan bin Ali
pada telinganya saat dilahirkan oleh Fatimah dengan azan seperti azan
shalat”.HR. Turmudzi, kitab al Adhahi. Abu Dawud kitab Al Adab.
Keempat: Memberikan bagi anak nama yang baik.
Kelima: Bersedekah dengan dua kambing
untuk bayi laki-laki dan satu ekor untuk bayi perempuan. Diriwayatkan oleh
Ahlis Sunan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyembelih untuk al-Hasan dan al Husen dua
ekor kambing kibas (untuk setiap mereka)”. HR. Dawud, kitab al dhahaya.
Keenam: Mengkhitan anak.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa
sallam: Fitrah itu ada lima atau lima perkara yang termasuk fitrah, yaitu
berkhitan, mencabut bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan
menggunting kumis”. HR. Al-Bukhari kitab allibas dan Muslim kitab Al-Thaharah.
Ketujuh: Tidak memberikannya makan kecuali
dari makanan yang halal.
Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالي: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلرُّسُلُ كُلُواْ مِنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَٱعۡمَلُواْ
صَٰلِحًاۖ إِنِّي بِمَا تَعۡمَلُونَ عَلِيمٞ ٥١ ﴾ ( المؤمنون : 51)
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan". (QS. al Mukminun: 51)
Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: “Sesungguhnya tidaklah suatu daging tumbuh dari makanan yang haram
kecuali nearaka lebih utama baginya”. HR. Al-Turmudzi, kitab Al Jum’ah dan
Ahamd di dalam kitab al musnad.
Kedelapan: Mengajarkannya Al-Qur’an.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya”. HR. Al-Bukhari, kitab fadhailil qur’an dan Al Turmudzi di
dalam kitab fadahailil qur’an.
“Dan dikatakan bagi orang yang membaca
Al-Qur’an bacalah, meninggilah dan lantunkanlah Al Qur’an sebagaimana dirimu
telah melantunkannya di duni, sebab keududukannmu ada ayat terakhir yang engkau
baca”. HR. Al-Turmudzi, kitab fadhailil Qur’an dan Ahmad di dalam kitab
Al-Musnad.
Kesembilan: Melatih anak untuk mendirikan
shalat pada usia tujuh tahun.
Rasulullah
shallallahu alalihi wa sallam bersabda: Perinthakanlah anakmu untuk mendirikan
shalat pada saat usia mereka telah sampai tujuh tahun dan pukullah mereka pada
usia sepuluh tahun, serta pisahkanlah mereka dalam ranjang tidurnya”. HR. Imam
Ahmad di dalam kitab Al-Musnad.
Namun
sanagat disayangkan banyak orang tua yang meninggalkan perintah ini di
rumah-rumah mereka, mereka meninggalakan anak-anak mereka hidup tidak terdidik
hanya karena mereka masih belia, tidak diperintahkan untuk menidirikan shalat.
Namun jika diperintahkan, sangat jarang disuruh mendirikan shalat di mesjid
pada mereka telah berusia tujuh tahun dan tidak pula dipisahkan pada ranjang
tidur mereka.
Bahkan yang lebih disayangkan sekali, adanya
sebagian orang tua yang tidak menegakkan amar ma’ruf di rumah mereka
masing-masing terlebih terhadap anak yang telah menginjak usia dewasa, dia
mengeluh: Apa yang mesti aku lakukan sebab mereka telah dewasa, aku tidak bisa
mendidik mereka……!. Perkara sudah
terlanjur, anak-anak bergentayangan keluar dari rumah tanpa menghiraukan
shalat, tenggelam dalam dunia musik dan lagu-lagu, atau mungkin mereka
mengerjakan shalat bukan pada waktunya, dan yang paling pahit dari ha tersebut
adalah bahwa engkau mendapatkan justru kedua orang tua anak tersebut tidak
mendirikan shalat. La haula wa la quwwata illa billah (Tiada daya dan
upaya kecuali dengan kehendak Allah).
Apabila kepala keluarga menabuh gendang
Maka Penghuni rumah adalah para penari
Kesepuluh: Kedua orang tua harus selalu
mengarahkan anak dari sejak belia hingga dewasa. Sebab
barangsiapa yang terbiasa pada suatu prilaku maka dia tumbuh besar terbiasa
dengan perkara tersebut.
Seorang anak belia akan
tumbuh besar
Dengan perkara yang telah
dibiasakan oleh bapaknya
Maka wajib bagi orang tua
memantau segala tindaktanduk dan prilaku anak-anak mereka, baik saat pergi dan
kedatangan mereka semua.
Kesebelas: Memilih dan memeprkenalkan bagi
anak teman-teman yang soleh.
Hal
ini dimulai sejak anak meninginjak usia remaja, sebab banyak anak-anak yang
mengawali penyelewengannya pada usia ini, di mana banyak di antara mereka yang
telah terperosok ke dalam kubang yang tidak terpuji.
Keduabelas:
Bersikap moderat yang memadukan sikap ekstrim
dan lemah lembut dalam mendidik anak.
Seorang
ayah tidak boleh ekstrim terhadap anak-anaknya; tidak bercanda, tertawa
dan bermain dengan anak…dan tidak pula
bersikap lemah sehingga tenggelam dalam kepribadian anak, melemahkan dan
menghialangkan kewibawaan. Seharusanya, orang tua bisa memadukan antara dua
perkara tersebut, yaitu perpaduan antara sikap tegas dan lemah lembut yang
diterapkan pada waktunya masing-masing.
Wahai
sekalian hamba Allah, para pendidik dan para orang tua….takutlah kepada Allah
terhadap buah hati kalian sebagai generasi masa depan dan tonggak umat setalah
Allah.
Wahai
saudaraku sekalian…pendidikan itu tidak hanya terbatas pada pendidikan jasmani
semata, dengan memenuhi kebutuhan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal,
memberikan harta dan bekerja maksimal, akan tetapi dimensi pendidikan juga
mencakup rohani, meningkatkan ketaqwaan dan menjaga keimanan sebagai bekal
hidupnya hati yang dipadukan bersama pendidikan jasmani.
Wahai
saudaraku sekalian…Seandainya, salah seorang anak kita ada yang tertimpa suatu
musibah tidakan apakah yang akan dilakukan oleh sang ayah?
Hatinya
tersas copot karena masalah yang begitu gawat, dia akan keliling mencari
dokter dan rumah sakit…tidakkah ruh ini sama seperti jasmani?, dia bisa sakit
sama seperti jasmani?. Oleh kerenanya pendidikan harus mencakup kedua sisi
tersebut, yaitu jasad dan ruh.
Pendidikan yang paling utama dan paling
penting adalah pendidikan agama, moral dan ilmu pengetahuan yang benar. Semua
tuntunan ini adalah sebab semata sementara yang memberikan petnjuk kepada jalan
yang lurus adalah Allah semata.
Sikap adil antara anak harus dibangun agar
pendidikan tersebut berjalan secara benar dan membuahkan hasil. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Takutlah kepada Allah dan berlaku
adillah terhadap anak-anak kalian”.HR. Al-Bukhari: Kitab Al Hibah.
Bayir, ayah Al-Nu’man memiliki banyak anak
perempuan. Lalu Ibu Al-Nu’man berkeinginan untuk memberikan suatu pemberian
yang dikhususkan untuk anak lelakinya saja tanpa menyeratkan saudara-saudaranya
yang lain, kemudian sang ibu meminta kepada sang ayah untuk menjadikan
Rasulullah sebagai saksi atas pemberian
itu agar menjadi kepemilikan tetap yang tidak berubah. Akan tetapi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sebagai utusan yang menjadi rahmat
bagi semesta alam guna menegakkan keadian dan persamaan menolak dan mencela
perbuatan tersebut, bahkan beliau enggan memberikan kesaksian atas perbuatan
tersebut dan menganggapnya sebagai perbuatan zalim dan melampaui batas
“Janganlah engkau menjadikan aku saksi atas perbuatan yang zalim”. Al-Bukhari:
Kitab Al-Syahadat. Dan di dalam riwayat Muslim disebutkan: “Carilah saksi yang
lain selain diriku atas perbuatan seperti ini”.
Oleh
karenanya agar kita tidak terjebak dalam perbuatan dosa yang berpotensi menimbulkan keburukan pada
anak-anak maka kita harus mengetahui bagaimanakah cara kita dalam mendidik
anak-anak, sebab menciptakan kebahagian pada jiwa sang anak akan memupuk rasa
cinta pada setiap pribadi anak yang hidup di dalam sebuah rumah tangga, menanam
rasa persaudaraan yang saling menyayangi dan saling tolong menolong antara
mereka.
Hanya
ini yang dapat saya sampaikan, dan aku memohon ampunan bagi diriku dan kalian
semua.
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah Yang
telah menganugrakan anak, syukurku hanya tertuju bagiNya, Zat Yang Maha Tunggal
dan Esa. Dan aku menguapkan shalawat dan salam kepada junjungan alam, manusia
terbaik, Muhamammad shallallahu alaihi wa sallam, sungguh beruntung orang yang
mentaatinya dan sungguh merugi orang yang menentangnya.
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan
yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah semata, yang tiada sekutu
bagiNya, Yang Maha Suci dari tandingan, sekutu dan anak…
Wahai sekalian hamba
Allah…betapa banyak dari kaum muda mudi sekarang yang tidak memiliki tekad kecuali
memuaskan kepentingan pribadinya, tidak memiliki cita-cita tinggi kecuali olah
raga dan menjadi penyanyi, membeo kepada setiap orang yang menggaok baik di
timur atau di barat, mengekor terhadap musuh Allah dan RasulNya.
Sesungguhnya seorang muslim akan
merasa prihatin, sedih dan bimbang dengan apa yang terjadi pada generasi muslim
pada masa sekarang ini, di mana prilaku labil dan sikap kewanitaan menutupi
wajah mereka.
Cita-cita mereka sangat rendah,
tidak lebih dari sekedar syahwat dan menyia-nyiakan waktu di jalan-jalan dan
gang-gang, dalam perjalanan. Serta melakukan perbuatan yang diharamkan dengan
meninggalkan shalat dan mengumbar kemungkaran kecuali orang yang telah dijaga
oleh Allah dari para pemuda-pemuda yang tumbuh dalam kesalehan.
Sesungguhnya tanggung jawab
tersebut terbebankan pada pundak kedua orang tua, sebab tempat pendidikan dan
sekolah yang paling utama dan pertama adalah rumah.
Seungguhnya pendidikan itu,
selain sebagai sarana untuk membina dan
menanamkan sebuah nilai, dia juga sebagai sarana untuk menghilangkan dan
menghancurkan (prilaku buruk).
Di antara factor penting yang
menyebabkan terbengkalainya anak-anak adalah tindakan para orang tua yang
mengabaikan pendidikan anak, tenggelam dalam urusan bisnis semata serta factor-faktor
lainnya yang menyebabkan anak muda merasa kehilangan pengawasan dan kasih
sayang.
Setiap orang tua semestinya
bertanya kepada diri mereka masing-masing?. Dengan apa dan di manakah sebaiknya
anak-anak saya menghabiskan masa liburan musim panas tahun ini?. Apakah hanya
menghabiskan waktu untuk mengumbar hawa nafsu, bergadang semalam suntuk,
berpesta pora dengan para biduanita, menonton film-filam forno, apakah
masa-masa libur tersebut hanya habis dengan tidur sepanjang hari, atau liburan
musim panas tersebut penuh dengan aktfitas-aktifitas yang mendatangkan kebaikan
bagi anak-anak baik kebaikan dunia dan akhirat secara bersama.
Sesungguhnya perbuatan yang
paling baik untuk mengisi waktu adalah mengarahkan anak-anak untuk meramaikan mesjid-mesjid guna mengkaji kitab
Allah, mengahafal ayat-ayatnya dan menjaganya. Selain itu, sang anak seogyanya
dibiasakan untuk membaca dan memperhaitkan buku-buku yang bermanfaat,
cerita-cerita tauladan dan kisah-kisah yang baik.
Demikan pula, sang anak
dianjurkan menghadiri acara-acara yang diadakan pada musim panas, yang dikelola
oleh guru-guru pilihan dan berkualitas. Pestifal-pestifal yang di adakan pada
musim panas adalah sarana untuk medidik anak dan menjaga waktu. Selain itu,
cara efektif untuk mengisi liburan adalah menghadiri ceramah-ceramah,
seminar-semnar dan pengajian-pengajian yang diadakan oleh para ulama, menggali
dan menimba ilmu dari mereka.
Wahai sekalian hamba Allah…
sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kalian untuk mengerjakan sebuat
perkara yang telah disebutkan di dalam firmannya:
قال الله تعالي: ﴿ إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا ٥٦ ﴾ ( الأحزاب : 56)
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya".(QS. Al Ahzab: 56).
Post a Comment