Kisah Nabi Ayyub Alaihis Salam
Kisah
Nabi Ayyub Alaihis Salam
Segala
puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Rasulullah Muhammad SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du:
AllahSWT
telah menceritakan kepada kita beberapa kisah nabi dan rasul di dalam kitab-Nya yang mulia agar dijadikan
sebagai pelajaran, ibroh bagi kita, meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW,
memperkuat keimanan orang-orang yang beriman dan sebagai petunjuk serta rahmat
bagi kaum yang beriman. AllahSWTberfirman:
لَقَدْ كَانَ فِي
قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى
وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى
وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk
dan rahmat bagi kaum yang beriman.
(QS.
Yusuf: 111).
Allah SWT berfirman:
وَكُـلاًّ
نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاء الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءكَ
فِي هَـذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan
semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat
ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman. (QS. Hud: 120)
Di antara rasul yang
diceritakan di dalam Al-Qur’an adalah Nabi Ayyub alaihis salam. Allah SWT
berfirman:
وَأَيُّوبَ إِذْ
نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا
بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ
عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
dan
(ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang
di antara semua penyayang". Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu,
lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya
kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari
sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.(QS.
Al-Anbiya’: 83-84)
AllahSWTberfirman:
وَاذْكُرْ
عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ
وَعَذَابٍ ارْكُضْ
بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ وَوَهَبْنَا
لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرَى لِأُوْلِي
الْأَلْبَابِ وَخُذْ بِيَدِكَ
ضِغْثًا فَاضْرِب بِّهِ وَلَا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ
الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Dan
ingatlah akan hamba Kami Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya; "Sesungguhnya
aku diganggu setan dengan kepayahan dan
siksaan". (Allah
berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk
untuk mandi dan untuk minum.
Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami
tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu
seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah.
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik
hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 41-44)
Ulama
tafsir dan sejarah mengatakan, “Pada mulanya Ayyub alaihis salam adalah seorang
lelaki yang memiliki banyak harta, berupa tanah yang luas, hewan ternak dan
kambing, yaitu pada sebuah belahan bumi yang bernama Tsaniyah, di Huran, yang
terletak di negeri Syam. Ibnu Asakir berkata, “Semua lahan yang luas itu adalah
miliknya lalu Allah SWT menguji dirinya dengan kehilangan semua harta tersebut,
dia diuji dengan berbagai macam ujian yang
menimpa tubuhnya, sehingga tidak ada sejengkalpun dari bagian tubuhnya kecuali
ditimpa penyakit kecuali hati dan lisannya. Dia selalu berzikir dengan kedua
indra tersebut, bertasbih kepada Allah SWT siang dan malam, pagi dan sore.
Akhirnya dengan penyakit tersebut seluruh temannya merasa jijik terhadapnya,
sahabat karibnya menjadi tidak tenang dengannya. Setiap orang merasa jijik
dengannya baik kerabat
atau teman jauh. Akhirnya dia diasingkan pada sebuah tempat pembuangan
sampah di luar kota tempat tinggalnya, dan tidak ada yang menemaninya kecuali
seorang istrinya, yang selalu menjaga hak-haknya dan membalas budi baik yang
pernah dilakukan terhadap dirinya serta dorongan rasa belas kasihan padanya,
dia bekerja untuk mendapat upah dari orang lain, lalu dia membelikannya makanan
dengan upah itu, dibarengi dengan rasa sabar melepas semua harta dan anak,
bersabar dengan penyakit suami setelah hidup dalam kenikmatan dan kehormatan
yang pernah disandangnya.
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Sebelumnya dijelaskan bahwa sang
istri bekerja kepada orang lain untuk mengejar upah yang digunakan utnuk
membeli makanan bagi Ayyub alaihis salam, lalu masyarakat tidak lagi
membutuhkannya karena mereka mengetahui bahwa wanita itu adalah istri Ayyub,
mereka takut jika terkena dengan penyakit yang menimpa Ayyub atau tertular
dengan penyakit melalui interaksi secara langsung dengan sang istri, akhirnya
dia tidak menemukan seorangpun yang bisa memberinya pekerjaan yang mendatangkan
upah. Lalu dia pergi menuju orang-orang yang kaya dan menggadaikan kepang
rambutnya dengan dengan makanan yang banyak lalu makanan itu dibawanya kepada
Ayyub dan Ayyub berkata, “Dari manakah engkau mendapatkan makanan ini?. Dan dia
marah kepadanya. Sang istri menjawab, “Aku telah bekerja pada banyak orang dan
mendapatkan upah karenanya. Lalu pada keesokan harinya dia tidak menemukan
seorangpun yang menyuruhnya bekerja dan akhirnya dia kembali menjual belahan
kepangan rambut yang kedua lalu membeli makanan dengannya namun Ayyub tetap
mengingkarinya, bahkan dia bersumpah bahwa dirinya tidak mau memakan makanan
ini sehingga sang istri memberitahukan dari manakah dia memperoleh makanan ini.
Akhirnya sang wanita membuka kerudung yang menutupi kepalanya, lalu pada saat
dia melihat rambut istrinya telah tercukur rata dia berdo’a:
أَنِّي مَسَّنِيَ
الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al-Anbiya’: 82).
Lalu Allah mendatangkan
pertolongan -Nya kepadanya:
ارْكُضْ
بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ
(Allah
berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. (QS.
Shad: 42)
Artinya Allah SWT
memerintahkan: Pukullah bumi ini dengan kakimu. Maka diapun melaksanakan
perintah Tuhan -Nya, lalu Allah SWT memancarkan mata air yang dingin, dan Dia
memerintahkan kepadanya agar dia mandi dan minum dari air tersebut, kemudian
Allah SWT menghilangkan semua penyakit
dan penderitaan yang menimpa tubuhnya baik yang lahir atau batin, dan Allah SWT
menggantikannya dengan kesehatan yang sempurna baik lahir dan batin serta harta
yang banyak sehingga limpahan harta menghujani dirinya, belalang-belalang dari
emas. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah
RA berkata: Pada saat Ayyub mandi dalam
keadaan telanjang tiba-tiba belalang dari emas terjatuh kepadanya lalu Ayub menangkapnya
dengan pakaiannya lalu Tuhannya berseru kepadanya: Wahai Ayyub!, Tidakkah Aku
telah mencukupkanmu dari apa yang kau pandang sekarang ini?. Ayyub menjawab: Benar
wahai Tuhanku akan tetapi aku tidak pernah merasa cukup dengan keberkahan yang
engkau berikan kepadaku”.[1]
Dan Allah SWT
mengembalikan keluarganya yang telah tiada, sebagaimana dijelaskan di dalam
firman Allah SWT:
فَاسْتَجَبْنَا
لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ
رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS.
Al-Anbiya’: 84)
Dikatakan tentang penafsiran ayat tersebut bahwa Allah SWT
menghidupkan mereka. Dalam perkataan yang lain disebutkan: Allah SWT memberikan ganti rugi baginya saat hidup
di dunia dan pendapat yang lain berkata maksud firman di atas adalah lain. Hal
itu sebagai kasih sayang Allah SWT kepadanya, dan belas kasihan serta
peringatan bagi orang-orang yang beribadah.[2]
Di antara pelajaran
yang bisa dipetik dari cerita Nabi Ayyub alaihis salam ini adalah:
Pertama: Beratnya ujian
Allah SWT bagi Nabi Ayyub ‘alaihi salam. Semua ujian itu tidak
menambahkannya kecuali kesabaran, harapan pahala dari Allah SWT, pujian dan
rasa syukur kepada -Nya, sehingga Ayyub adalah sebagai contoh dalam kesabaran,
dia sebagai contoh dalam menghadapi berbagai penyakit. Al-Suddy berkata, “Semua
kulit luar sudah berjatuhan sehingga tidak ada yang tersisa kecuali tulang dan
urat. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la di dalam kitab musnadnya dari Anas bin Malik
bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya
Nabi Allah, Ayyub bertahan dengan penuh kesabaran menghadapi berbagai penyakit
dalam waktu delapan belas tahun, dia ditolak oleh kerabat dekat dan jauh
kecuali dua lelaki dari saudaranya, keduanya selalu datang kepadanya baik pada
waktu pagi atau sore. Suatu hari, salah seorang dari mereka berkata kepada yang
lain: Apakah engkau mengetahui bahwa Ayyub telah berbuat dosa dengan dosa yang
tidak pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini?. Maka teman yang satu
bertanya: Dosa apakah yang pernah dilakukan oleh Ayyub?. Sahabat itu berkata:
Sejak delapan belas tahun dia tidak pernah dikasihsayangi oleh Allah sehingga
Allah menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Lalu pada saat mereka berdua
pergi menemui Nabi Ayyub salah seorang shahabatnya tidak berasabar menahan
dirinya dan akhirnya menceritakan apa yang pernah didengarnya. Maka Ayyub
berkata: Aku tidak memahami apa yang kalian katakan, hanya saja Allah
mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang lelaki yang sedang bertikai,
lalu mereka berdua mengingatkan nama Allah, lalu akupun kembali kerumahku dan
aku membantu keduanya untuk menghapuskan kesalahan mereka, karena aku tidak suk
mereka menyebut nama Allah kecuali untuk suatu kebenaran…”.[3]
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Mush’ab
bin Sa’d dari ayahnya dia berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah siapakah
orang yang paling besar cobaannya?. Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian
orang-orang yang shaleh, kemudian orang yang terbaik dari manusia. Seseorang
akan diuji berdasarkan tingkat keagamaannya, jika dia memiliki agama yang tipis
maka ujiannyapun diperingan, dan jika dia memiliki agama yang kuat maka
ujiannyapun akan ditambah sehingga dirinya akan berjalan di muka bumi ini tanpa
memiliki kesalahan”.[4]
Kedua: Dikatakan: Wahai
orang yang sedang diuji, wahai orang yang sedang diuji pada harta, anak-anak
dan diri kalian, bersabarlah dan kejarlah pahala dari Allah SWT, sesungguhnya
Dia pasti akan mengganti. Allah SWT berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ
إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ
رَاجِعونَ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS.
Al-Baqarah; 155-157)
Ibnu Katsir
berkata, “Ini adalah peringatan bagi mereka yang diuji pada jasadnya, hartanya
dan anak-anaknya, dia memiliki tauladan pada Nabi Ayyub alaihis salam, di mana
Allah SWT telah mengujinya dengan penderitaan yang lebih besar namun dia tetap
bersabar dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Dia memberikan kelapangan
baginya”.[5]
Ketiga; Bahwa orang yang
ditimpa suatu musibah lalu dia mengharap pahala dari Allah SWT dan istrija’
(mengucapkan: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun) maka Allah SWT akan
menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah terlewatkan,
sama seperti apa yang telah dialami oleh Ayyub alaihis salam. Diriwayatkan oleh
Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ummu Salamah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata
kepadaku, “Tidaklah seorang muslim ditimpa oleh suatu musibah lalu dia
mengucapkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah, yaitu membaca: (Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun Allahumma Ajirni fi mushibati wakhluf li
kahairan minha). Sesungguhnya kita adalah milik Allah SWT dan kepada
Allah-lah kita akan kembali, ya Allah berikanlah bagiku balasan kebaikan atas
musibah yang menimpaku dan berikanlah balasan yang baik bagiku”. Barangsiapa
yang membaca do’a di atas maka Allah SWT akan menggantikan baginya dengan
sesuatu yang lebih baik darinya. Ummu Salamah berkata, “Pada saat Abu
Salamah meninggal dunia aku berkata: Siapakah orang yang lebih baik dari Abu
Salamah, shahabat Rasulullah SAW, kemudian Allah SWT memberikan kekuatan bagiku
untuk mengucapkannya maka akupun membacanya. Ummu Salamah berkata: Maka akupun
menikahi Rasulullah SAW.[6]
Keempat: Di dalam kisah ini
terdapat risalah bagi para istri yang beriman bahwa mereka harus bersabar
menghadapi suami-suami mereka yang menderita sakit atau kemiskinan atau cobaan
lainnya, lihatlah istri Ayyub alaihis salam sebagai contoh, dia sungguh sabar
dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Allah SWT menghilangkan segala
cobaan yang menimpa suaminya. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya
dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak diperbolehkan seseorang manusia untuk bersujud kepada manusia
yang lain, dan seandainya diperbolehkan seseorang bersujud kepada manusia yang
lain maka sungguh aku akan memerintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya
karena keagungan hak suami atas dirinya, demi yang jiwaku berada di tangan -Nya
seandainya dari ujung kaki sang suami terdapat luka yang memancarkan nanah dan darah kemudian dia
meminumnya sungguh hal itu belum memenuhi hak sang suami”.[7]
Kelima: Sesungguhnya Allah
SWT manjadikan bagi hamba -Nya yang bertaqwa jalan keluar dan kelapangan.
Sesungguhnya Nabi Ayyub bersumpah untuk memukul istrinya dengan seratus
cambukan, Ibnu Katsir berkata, “Pada saat Allah SWT telah menyembuhkan dirinya,
maka dia diperbolehkan untuk mengambil sekumpulan kayu, yaitu kumpulan tangkai
kurma lalu dia memukulnya dengan satu pukulan, dan hal itu sebagai ganti dari
seratus pukulan serta dengannya dia telah memenuhi sumpah dan tidak
melanggarnya. Maka ini adalah salah satu bentuk kelapangan dan jalan keluar
yang diberikan oleh Allah SWT bagi orang yang bertaqwa kepada -Nya dan mentaati
-Nya. Apalagi terhadap istrinya yang begitu sabar dan mengharap pahala dari
Allah SWT, jujur dan berbuat baik serta dewasa. Oleh karena itulah Allah SWT
mengakhiri penderitaan ini dan menyebutkan sebabnya dengan firmanNya:
إِنَّا
وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya
dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 44).
Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh
pengikut beliau.
Post a Comment