Mengapa Mereka Ragukan Keindahan Islam?
Mengapa
Mereka Ragukan Keindahan Islam?
Segala
puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta
keluarga dan seluruh sahabatnya.
Islam
seluruhnya indah. Akidahnya adalah akidah yang paling benar, paling lurus, dan
menyucikan jiwa. Adab-adab yang diajarkannya paling terpuji. Demikian pula
amalan-amalan dan hukum-hukumnya adalah amalan dan hukum yang paling baik
dan paling adil. Islam adalah agama kebahagiaan, ketenteraman, serta kemenangan
di dunia dan akhirat.
Islam
tidak membiarkan manusia dalam kesendiriannya, atau bersama keluarga, sanak
saudara, tetangga, atau bersama saudara-saudara seagamanya, bahkan bersama
manusia lainnya, tetapi Islam mengajarkan adab-adabnya secara rinci, serta
menunjukkan cara-cara bergaul yang membuat kehidupannya damai dan penuh
kebahagiaan.
Ketika
seseorang mau menatap dan mentadabburi mahasin (keindahan) Islam, sungguh
Allah Shubhanahu wa ta’alla akan
meresapkan keimanan dan kelezatan iman ke dalam kalbunya. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ
فِيكُمۡ رَسُولَ ٱللَّهِۚ لَوۡ يُطِيعُكُمۡ فِي كَثِيرٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ لَعَنِتُّمۡ
وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِي قُلُوبِكُمۡ وَكَرَّهَ
إِلَيۡكُمُ ٱلۡكُفۡرَ وَٱلۡفُسُوقَ وَٱلۡعِصۡيَانَۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ
٧ ﴾ [الحجرات: 7]
“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada
keimanan, menjadikan iman itu indah dalam kalbumu, serta menjadikan kamu benci
kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang orang yang
mengikuti jalan yang lurus.” (al-Hujurat: 7)
Keindahan yang Tidak Terlukiskan Ibnul
Qayyim rahimahumullah berkata, “Jika Anda perhatikan hikmah yang sangat
agung pada agama yang lurus, syariat yang dibawa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan segala kesempurnaannya,
niscaya keindahan syariat ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, tidak
kuasa untuk disifatkan, serta tidak dapat digambarkan oleh orang-orang yang
akalnya cemerlang sekalipun. Mereka tidak bisa melakukannya meskipun mereka berkumpul
untuk memikirkannya, meskipun mereka semua memiliki akal yang paling sempurna menurut ukuran akal yang
paling cemerlang untuk mengenali keindahan Islam dan menyaksikan keutamaannya.
Sungguh,
di alam semesta ini tidak pernah ada syariat yang lebih sempurna, lebih mulia,
dan lebih agung darinya. Syariat Islam itu sendirilah yang menjadi saksi dan
yang disaksikan, menjadi hujah dan yang didukung oleh hujah, tentang keagungan
dan keindahannya. Bahkan seandainya Rasul tidak datang membawa bukti keterangan
niscaya sudah cukup syariat ini menjadi bukti dan saksi bahwa ia diturunkan
dari sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla.”
(Miftah Dar as-Sa’adah)
Syariat
Islam sangat agung dan penuh keindahan. Cahaya keindahannya telah menyinari
semesta dan setiap orang mampu menatapnya. Akan tetapi, bersama dengan
terangnya cahaya kebenaran tersebut, tetap saja kebanyakan manusia lebih suka
memilih jalan-jalan setan.
قال الله تعالى: ﴿ لَآ إِكۡرَاهَ فِي ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَيِّۚ فَمَن
يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ
لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ٢٥٦﴾ [البقرة : 256]
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”
(al-Baqarah: 256)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ajaran Islam
mencapai puncak-puncak keindahan, kesempurnaan, dan keadilan karena yang
mensyariatkan adalah Allah Shubhanahu wa
ta’alla, Dzat yang Maha indah,
Maha sempurna, dan Maha adil. Untuk
memeluk agama Islam yang penuh dengan keindahan inilah, seluruh manusia diseru
agar tunduk berserah diri beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla.
قال الله تعالى: ﴿ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ فَلَهُۥٓ أَسۡلِمُواْۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُخۡبِتِينَ
٣٤ ﴾ [الحج : 34]
“Ilah (sesembahan) kalian semua ialah Ilah Yang
Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira
kepada orang-orang yang tunduk
patuh ( kepada Alah).” (al-Hajj: 34)
Sebenarnya Mereka Tahu
Musuh-musuh Allah Shubhanahu wa ta’alla sebenarnya sadar bahwa Islam adalah agama
yang mulia, agama yang penuh dengan keindahan. Bahkan, kekaguman itu terucap dari
lisan sebagian mereka atau telah masuk dalam relung hati mereka. Akan tetapi,
kedengkian dan hasad menghalangi mereka dari hidayah. Kejahilan dan hawa nafsu
membuat hati
mereka terbalik, seperti kekufuran Fir’aun dan kaumnya.
قال الله تعالى: ﴿ فَلَمَّا جَآءَتۡهُمۡ ءَايَٰتُنَا مُبۡصِرَةٗ قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٞ مُّبِينٞ
١٣ وَجَحَدُواْ بِهَا وَٱسۡتَيۡقَنَتۡهَآ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمٗا وَعُلُوّٗاۚ فَٱنظُرۡ
كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ١٤ ﴾ [النمل : 14-13]
“Tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu
sampai kepada mereka, berkatalah mereka‘Ini adalah sihir yang nyata.’ Mereka
mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka
meyakini (kebenaran)-nya. Maka dari itu, perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang
yang berbuat kebinasaan.” (an-Naml: 13—14)
Demikian
pula ahlul kitab yang di atas ilmu. Mereka berpaling dari hidayah dalam keadaan
mengenal kebenaran Islam dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, serta lebih memilih
jahannam. Allah Shubhanahu wa
ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ ٱلَّذِينَ ءَاتَيۡنَٰهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ يَعۡرِفُونَهُۥ
كَمَا يَعۡرِفُونَ أَبۡنَآءَهُمۡۖ وَإِنَّ فَرِيقٗا مِّنۡهُمۡ لَيَكۡتُمُونَ ٱلۡحَقَّ
وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ١٤٦﴾ [البقرة : 146]
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami
beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mengenal anak-anak
mereka sendiri. Sungguh, sebagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran,
padahal mereka mengetahui.” (al-Baqarah: 146)
Dalam ayat lain, Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman tentang ahlul kitab,
قال الله تعالى: ﴿ أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيبٗا مِّنَ
ٱلۡكِتَٰبِ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡجِبۡتِ وَٱلطَّٰغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ
هَٰٓؤُلَآءِ أَهۡدَىٰ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ سَبِيلًا ٥١﴾ [النساء : 51]
“Apakah kamu tidak memerhatikan orang-orang yang
diberi bagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, serta
mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah), bahwa mereka itu lebih
benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (an-Nisa: 51)
Ayat
ini turun berkenaan dengan dua tokoh ahlul kitab, Huyai bin Akhthab dan Ka’b
al-Asyraf. Keduanya mengerti betul kerasulan Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Keduanya juga sangat yakin akan
kebenaran Islam.
Namun,
ketika musyrikin Makkah bertanya kepada keduanya saat datang ke Makkah, “Kalian
adalah ahlul kitab. Kabarkanlah kepada kami siapa yang lebih mendapat petunjuk,
kami atau Muhammad dan pengikutnya?” Keduanya menjawab dengan jawaban yang
disebutkan oleh Allah Shubhanahu wa
ta’alla dalam ayat di atas, “Kalian (musyrikin Makkah) lebih baik dan lebih
lurus jalannya daripada Muhammad dan sahabatnya.”
Demikian
pula munafikin, mereka tahu kebenaran Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan
keindahan Islam, namun kebencian dan hasad membutakan hati mereka. Di zaman
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam. sekawanan munafikin mengolok-olok beliau dan para sahabat,
menjadikan beliau sebagai bahan ejekan dan senda gurau. Ketika Perang Tabuk, di
antara mereka memberikan komentar tentang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallamdan para sahabatnya dengan ucapan
kekafiran,
“Belum
pernah kita melihat semisal mereka para pembaca al-Qur’an (yakni
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallamdan sahabat), yang paling rakus makannya, paling dusta ucapannya, dan
paling penakut kala berhadapan dengan musuh.”
Allahu
Akbar, sungguh mereka telah mengucapkan sebuah perkataan yang bertolak belakang dengan yang
mereka ketahui. Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam bukanlah orang yang rakus
atau banyak makan, sebaliknya beliau bersabar dengan kelaparan yang beliau
derita. Beliau pernah mengganjal perut dengan bebatuan. Beliau bukan pula
pendusta, bahkan manusia menjulukinya sebagai al-Amin sebelum kerasulan beliau.
Tidak
sekalipun beliau berdusta. Demikian pula dalam perang, tidak ada seorang pun
yang lebih pemberani daripada Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam. Semua tuduhan munafikin dan orang kafir kepada Islam dan
Nabi Islam adalah dusta. Sepanjang sejarah, iblis dan bala tentaranya berusaha
memalingkan manusia dari Islam dengan menyematkan tuduhan-tuduhan keji terhadap
Islam.
Padahal
Islam diliputi dengan keindahan. Enam tahun silam misalnya, sebagian orang
menyebarkan gambar karikatur Nabi bersorbankan rudal, menggambarkan kekejaman
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam dan syariat Islam yang beliau
bawa. Padahal semua tahu, sejarah manusia menyaksikan, dunia pun menjadi saksi
bisu bahwa orang-orang kafirlah yang justru telah membuat kerusakan di muka
bumi.
Merekalah
yang telah menumpahkan darah-darah manusia. Merekalah yang menebarkan kekejaman
dan kekejian. Terkait kejadian ini, asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali
hafizhahullah berkata, “Media massa, baik surat kabar maupun yang lainnya,
telah menyebarkan berita-berita menyedihkan dan melukai (umat), yang bersumber
dari musuh-musuh Islam yang dengki dan terputus dari kebaikan, yang menyudutkan
agama dan nabi Islam. (Di antaranya) perbuatan yang mengandung celaan terhadap
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam dan menjelek-jelekkan
risalahnya, baik yang muncul dari individu maupun organisasi Nasrani yang
menyimpan kedengkian.
Juga
dari sebagian penulis yang dengki dan orang yang tidak peduli, seperti para
karikaturis sebuah surat kabar Denmark, Jylland Posten, yang menghina
sebaik-baik manusia dan rasul paling sempurna, yaitu Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Padahal,
bumi tidak pernah mengetahui ada orang yang lebih cerdas dan lebih mulia
daripada beliau dalam hal akhlak, keadilan, dan kasih sayang. Tidak pernah
diketahui ada satu risalah pun yang lebih sempurna, lebih menyeluruh, lebih
adil, dan lebih kasih sayang daripada risalah beliau.
Risalah
ini mengandung keimanan terhadap seluruh nabi dan rasul, menghormati mereka dan
menjaga mereka dari tikaman dan penghinaan, serta menjaga sejarah mereka. Di
antara para rasul tersebut adalah ‘Isa dan Musa ‘Alaihisslam. Barang siapa
kafir terhadap Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam dan menghinanya, berarti dia
telah kafir terhadap para rasul dan menghina mereka semuanya.
Sungguh,
orang-orang rendahan dan buas itu telah mengolok-olok beliau. Mereka telah
membuat beragam karikatur, berjumlah dua belas karikatur yang sangat menghina.
Salah satunya menampilkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan
mengenakan sorban yang menyerupai bom di atas kepalanya.”
Pembaca,
demikianlah musuh-musuh Islam mengolok-olok dan menuduh Islam sebagai agama
kejam, keji, dan agama yang menyebarkan teror. Tidak tanggung-tanggung, mereka merobek
kehormatan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan disebarkan ke seluruh penjuru
dunia, padahal sesungguhnya mereka mengetahui kemuliaan Islam dan kebobrokan
diri mereka sendiri.
Asy-Syaikh
Rabi’ berkata selanjutnya, “Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam, para khalifahnya yang terbimbing, dan para sahabatnya
yang mulia, tidak pernah membuat pabrik-pabrik senjata, meski persenjataan kuno
sekalipun, baik pedang maupun tombak, lebih-lebih bom atom dan rudal antar benua, serta semua jenis
senjata pemusnah massal. Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam tidak membuat satu pun pabrik
senjata karena beliau diutus sebagai rahmat bagi alam semesta.
Adapun
kalian, wahai orang-orang Barat yang sok mengaku modern, kami nyatakan kepada
kalian bahwa sesungguhnya kalian memiliki aturan dan perundang-undangan yang
menghancurkan akhlak.
Berbagai
perkara yang haram. Di antaranya adalah zina dan penyimpangan seksual. Di
antaranya juga adalah riba yang menghancurkan ekonomi umat. Kalian menghalalkan
bangkai dan daging babi yang mengakibatkan sifat dayyuts sehingga seorang
laki-laki tidak merasa cemburu terhadap istrinya, saudara wanitanya, dan anak
perempuannya. Kemudian wanita-wanita itu berzina dan mencari pasangan kumpul
kebo semaunya. Ini adalah sarana-sarana penghancur yang diharamkan oleh risalah
semua rasul.
Adapun
bom dan seluruh senjata pemusnah serta sarana-sarananya, baik pesawat
tempur, tank, maupun rudal jelajah, sesungguhnya kalianlah para insinyur dan
produsennya. Semua itu dengan akal setan kalian yang tidak berpikir selain demi
permusuhan, kezaliman, kekerasan, melampaui batas, ketamakan menguasai seluruh
jenis manusia serta memperbudak mereka, menumpahkan darah dan merampok kekayaan
mereka. Semua itu
dipoles dengan nama kemajuan, membela hak asasi manusia, kebebasan, dan
keadilan”
Wahai
orang-orang yang tertipu, siapakah yang berbuat kerusakan di muka bumi? Para
nabi dan Rasul atau mereka para kafir durjana?
Faedah Mempelajari Keindahan Islam
Di
tengah-tengah badai fitnah dan perang pemikiran, serta semakin jauhnya sebagian
kaum muslimin dari mengenal keindahan agamanya, pembahasan mengenai mahasin dinul
Islam menjadi perkara yang sangat penting karena:
1. Mentadabburi dalil-dalil
al-Kitab dan as-Sunnah tentang keindahan Islam termasuk amalan yang termulia.
Allah Shubhanahu wa ta’alla
berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ
ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢٩ ﴾ [ص: 29]
“Ini adalah
sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran.” (Shad: 29)
2. Mempelajari
dan mentadabburi keindahan Islam adalah salah satu bentuk syukur terhadap
nikmat Islam yang dianugerahkan oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla. Allah Shubhanahu wa
ta’alla berfirman,
قال الله تعالى: ﴿ وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴾ [الضحى : 11]
“Dan terhadap
nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).”
(adh-Dhuha: 11)
3. Merenungkan keindahan Islam
dan kesempurnaan syariat Allah Shubhanahu
wa ta’alla adalah salah satu sebab bertambahnya keimanan, hingga ia
merasakan kelezatan iman. Semakin kuat perhatian seorang muslim terhadap
keindahan agama ini, semakin kokoh tapak kakinya dalam mengenal agama ini,
mengenal keindahan dan kesempurnaannya, serta keburukan apa pun yang
menyelisihinya. Ia pun menjadi orang yang kuat keimanannya.
Barang siapa mengenal Islam di atas
ilmu, dia akan ridha Allah Shubhanahu
wa ta’alla sebagai Rabbnya, Muhammad Shubhanahu wa ta’alla sebagai nabinya, dan Islam sebagai agamanya,
serta tidak pernah terbetik dalam kalbunya untuk mencari ganti selain Islam.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),
“Tiga sifat yang jika itu ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya
iman: (Pertama) Allah Shubhanahu wa
ta’alla dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (Kedua) ia mencintai
seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah Shubhanahu wa ta’alla, (Ketiga) ia membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah Shubhanahu wa ta’alla menyelamatkannya
darinya sebagaimana ia benci untuk dilempar kedalam api.”
4. Mempelajari dan menyebarkan mahasin
Islam termasuk sebesar-besar dakwah kepada orang kafir untuk masuk ke dalam
agama Islam.
5. Mempelajari dan menyebarkan
mahasin Islam termasuk sebesar-besar dakwah (ajakan) kepada kaum muslimin untuk
lebih bertamassuk (berpegang teguh) dengan Islam.
6. Pembahasan mahasinul Islam
juga sebagai bantahan bagi musuh-musuh Allah Shubhanahu wa ta’alla yang selalu memutarbalikkan fakta, dan
menyematkan tuduhan-tuduhan keji terhadap Islam yang dibawa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Demi
Allah, pembahasan mahasinul Islam, seperti diungkapkan oleh Ibnul Qayyim
rahimahumullah, tidak mungkin kita ibaratkan dengan kata-kata. Seandainya
seluruh orang cerdas mendiskusikannya tidaklah mungkin mereka mampu menunaikan
hak-haknya.
Apa
yang kita lakukan hanyalah upaya kecil untuk menyadarkan diri kita dari
kelalaian, dan usaha untuk mensyukuri nikmat Islam yang Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan kepada
kita. Di samping itu, kita berusaha memberikan peringatan kepada musuh-musuh
Allah Shubhanahu wa ta’alla yang
berupaya mengolok-olok Islam bahwa makar busuk mereka tidak pernah akan
berhasil.
Sebab,
Allah Shubhanahu wa ta’alla lah yang
menyempurnakan cahaya agama -Nya, kemudian di hadapan mereka sungguh ada azab yang
pedih.
قال الله تعالى: ﴿ يُرِيدُونَ لِيُطۡفُِٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ
وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨ ﴾ [الصف : 8]
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya -Nya meskipun orang-orang kafir benci.”
(ash-Shaff: 8)
Post a Comment