Menundukkan Pandangan
Menundukkan
Pandangan
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan
yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada
sekutu bagi -Nya
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma
Ba’du:
Di antara fitnah yang sering dihadapai oleh seorang pria dalam
kehidupan ini adalah fitnah memandang kepada wanita (yang bukan mahromnya) dan
fitnah ini ditemuinya di pasar, di jalan-jalan, di tempat-tempat umum, di
majalah dan koran-koran serta tempat-tempat lainnya. Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab
shahihnya dari Usamah bin Zaid RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasalam bersabda, “Aku tidak meninggalkan suatu fitnah sepeninggalku
yang lebih bahaya terhadap lelaki dari fitnah wanita”. [1]
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari
Abi Sa’id Al-Khudri bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam
bersabda, “Sesungguhnya dunia ini sangat manis dan
hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai pemimpin di dalamnya,
maka takutlah kepada dunia ini, dan takutlah kepada wanita sebab fitnah pertama
yang terjadi pada kaum Bani Isra’il adalah fitnah wanita”.[2]
Di antara perkara yang bisa membantu seseorang agar
terhindar dari fitnah wanita adalah:
Pertama: Mempelajari
nash-nash Al-Qur’an yang memerintahkan seorang mu’min untuk selalu menjaga
pandangan dan mengharamkan pandangan yang bebas. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. Al-Nur: 30)
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab
shahihnya dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Telah ditetapkan bagiannya bagi Anak Adam dari zina, dia pasti
akan mendapatkannya, zina mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah
mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah memegang, zina kaki
adalah melangkah sementara hati ingin dan berangan-angan lalu hal tersebut dibenarkan oleh hati atau didustakannya”.[3]
Diriwayatkan
oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jarir bin Abdullah berkata: Aku
bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam tentang pandangan
yang terjadi secara tiba-tiba maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam
memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku”.[4]
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Ibnu
Buraidah dari bapaknya berkata: Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda kepada Ali, “Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti suatu pandangan
dengan pandangan yang lain, sesungguhnya bagimu yang pertama dan bukan bagimu
padangan yang selanjutnya”.[5]
Kedua: Seorang hamba menghadirkan di dalam dirinya bahwa Allah
melihatnya, dan Allah mengetahuinya agar dia malu kepada -Nya. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya
dari pada urat lehernya. (QS. Qaf: 16)
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dia
mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan
oleh hati. (QS. Ghafir: 19)
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (QS. Al-Isro’: 36).
Disebutkan
di dalam sebuah hadits pilihan dari Sa’id bin Zaid bahwa seorang lelaki berkata
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: Berikanlah kepadaku suatu
wasiat!. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku
berwasiat kepadamu agar engkau malu terhadap Allah sebagaimana dirimu malu
terhadap seorang yang shaleh di tengah-tengah kaummu”.[6]
Ketiga: Hendaklah seorang hamba mengingat akan kesaksian matanya
terhadap keburukan dirinya pada hari kiamat. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran,
penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap
mereka tentang
apa yang telah mereka kerjakan. (QS.
Fushshilat: 20)
Diriwayatkan
oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas RA berkata: Kami berada di sisi
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lalu beliau tertawa dan bersabda,
“Apakah kalian mengetahui kenapa saya tertawa?. Anas berkata: Kami
menjawab: Allah dan Rasul -Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Aku tertawa karena komunikasi seorang hamba
dengan Tuhanya, dia berkata: Ya Allah Tuhanku, tidakkah engkau telah menjagaku
dari kezaliman?. Rasulullah bersabda: Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman: “Benar”. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya
aku tidak membolehkan terhadap diriku kecuali saksi dari diriku. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman: Cukuplah pada hari ini bahwa dirimu sebagai saksi dan malaikat
penulis sebagai saksi, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: Maka mulutnya pun ditutup, lalu dikatakan bagi anggota tubuhnya: Berbicaralah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maka anggota
badannya
pun berbicara membuka tentang semua amal yang pernah
dilakukannya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Lalu dia
dibiarkan antara dirinya dan kesaksian tersebut. Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Maka lelaki tersebut berkata: Menjauhlah
kalian dan pergilah, apakah tentang kalian aku berbantah-bantahan”.[7]
Keempat: Seorang hamba harus menghadirkan manfaat dan buah dari menundukkan
pandangan. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata tentang manfaat menundukkan
pandangan: Di antara manfaat manundukkan pandangan adalah:
- Menundukkan pandangan adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Allah. Di mana padanyalah puncak kebahagian seorang hamba di dalam hidupnya di dunia dan akherat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan barang siapa menaati Allah dan
Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar. (QS.
Al-Ahzab: 71)
- Menundukan pandangan akan menghalangi sampainya sasaran panah beracun yang menembus hatinya dan bisa jadi dengan hal itu dia binasa. Seorang penyair pernah berkata:
Banyak pandangan yang menghancurkan hati
pemiliknya
Seperti membunuhnya panah, padahal dia
tanpa busur dan tali
- Menundukkan pandangan akan melahirkan kesenangan di dalam hati, kelapangan dada dan kelezatan yang melebihi kesenangan yang muncul akibat memandang, hal itu terwujud dengan meunndukkan musuhnya dengan cara menentang kehendak hawa nafsu.[8] Diriwyatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Abi Qotadah dan Abi Dahma bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah kecuali Allah akan menggantikan bagimu dengan sesuatu yang lebih baik darinya”.[9]
- Menundukkan pandangan akan mendatangkan cahaya bagi hati, sebagaimana melepaskan pandangan akan menyebabkan kegelapan bagi hati, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan ayat tentang cahaya setelah perintah untuk menundukkan pandangan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. (QS. Al-Nur: 35) Maksudnya adalah perumpamaan cahaya Allah di dalam hati hamba -Nya yang menejalankan perintah -Nya dan menjauhi larangan -Nya, lalu apabila hati telah terang benderang maka kebaikan akan datang kepadanya dari segala penjuru sebgaimana saat hati itu menghitam maka kabut bencana dan keburukan akan menghampirinya dari segala arah”.[10]
Kelima: Menikah adalah obat yang paling manjur dan bermanfaat
dalam menanggulangi masalah ini. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari
Abdullah bin Mas’ud RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu
maka hendaklah dia menikah, sebab hal itu lebih menundukkan pandangan dan
menjaga kemaluan”.[11]
Dan
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah dari
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pandangan yang membawa kepada keburukan.
Diriwyatkan oleh Al-Bukahri di dalam kitab Al-Adabul Mufrod dari hadits
Syakl bin Humaid RA bahwa dia berkata: Aku berkata wahai Rasulullah ajarkanlah
kepada diriku sebuah do’a yang bisa bermanfaat bagiku. Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Katakanlah:
))اللهم عافني من شر سمعي وبصري ولساني وقلبي
وشر مني((
Ya
Allah lindungilah diriku dari kejahatan pendengaranku, pengelihatanku, lisanku,
hatiku dan keburukan maniku”.[12]
Sabda
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam:
“Dan pengelihatanku”. Agar aku tidak memandang kepada yang haram. Di
dalam hadits ini dijelaskan tentang disyari’atkannya berlindung kepada Allah
Ta’ala agar kita dijauhkan dari kejahatan pendengaran, pengelihatan, lisan dan
hati serta mani, sebab semua indra ini diciptakan oleh Allah dalam rangka
ketaatan.[13]
Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut
beliau.
[1] Al-Bukhari: 5096 dan Muslim:
no: 2740
[2] HR. Muslim: no: 2742
[3] HR. Muslim: no: 2657 dan
Al-bukhari: no: 6243
[4] HR. Muslim: no: 2459
[5] Sunan Abu Dawud no: 2149
[6] Al-Ahadits Al-Mukhatarah:
3/299 no: 1099 dan dishahihkan oleh Albani di dalam kitab shahihul jami’us
shagir: 1/498 no: 2541
[7] HR. Muslim di dalam kitab
shahihnya: no: 2969
[8] Al-Jawabul kafi liman sa’ala
anil dawa’is syafi. Halaman: 158
[9] Musnad Imam Ahmad: 5/363
[10] Al-Jawabul kafi liman sa’ala
anil dawa’is syafi. Halaman: 158
[11] HR. Muslim: no: 1400 dan Al-Bukhari: no: 5066
[12] Al-Bukhari: 663 dan ABU Dawud
no: 1551 dan dishahihkan oleh Albani di dalam kitab shahih ababul mufrod
[13] As-Syarhul mumti’: 4/22
Post a Comment