Beberapa Nasehat Untuk Wanita
Beberapa
Nasehat Untuk Wanita
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan
yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada
sekutu bagi -Nya
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma
Ba’du:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki
dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar. (QS.
Al-Ahzab: 35)
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi
di dalam kitab sunannya dari hadits Ummu Imarah Al-Anshoryah radhiallahu
‘anha bahwa ia mendatangi Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam dan berkata, “Aku tidak melihat segala sesuatu
kecuali dikhususkan bagi kaum pria, dan kau tidak melihat susuatu apapun yang
secara khusus menyebutkan tentang perkara wanita. Lalu turunlah ayat ini:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ[1]
Dan inilah sebagian wasiat
yang aku wasiatkan kepada sebagian saudara-saudaraku yang beriman semoga Allah
memberikan manfaat dengannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain.
Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( QS.
Al-Taubah: 71).
Wasiat Pertama: Berpegang teguh dengan tauhid
dan waspada terhadap syirik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan
Allah
Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.
Al-Baqarah: 256).
Allah subhanahu
wa ta’ala
berfirman:
Dan
barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia
telah
berpegang
kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah
kesudahan segala urusan. (QS.
Luqman: 22)
Syaikhul Islam Muhammad bin
Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Pondasi dan dasar din Islam adalah dua perkara yang besar, yaitu:
Pertama: Perintah untuk beribadah
kepada Allah semata dan menganjurkan berbuat seperti itu serta saling mecintai
karena hal tersebut, juga mengkafirkan orang yang meninggalkannya. Allah subhanahu
wa ta’ala
berfirman:
Katakanlah: "Hai Ahli
Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan
Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah
diri
(kepada Allah)". (QS. Ali Imron: 64)
Allah subhanahu
wa ta’ala
memerintahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam untuk menyeru para ahli kitab agar mereka kembali
kepada makna: (لا إله إلا الله) yaitu kalimat yang diserukan oleh Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam kepada
bangsa Arab dan yang lainnya. Dan kalimat yang sama adalah (لا إله إلا الله) maksudnya tiada yang berhak
disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, maka tidak boleh berdo’a, meminta
pertolongan, menyembelih dan bernazar atau ibadah yang lainnya kecuali
diberikan kepada Allah, dan inilah dakwah para Rasul semoga Allah mencurahkan
kesejahteraan kepada mereka.
Wasiat kedua: Menjauhi syirik dalam beribadah kepada Allah, mewaspadai
perkara tersebut dengan kewaspadaan yang tinggi, serta memusuhi orang yang
syirik dan mengkafirkan orang yang melakukan syirik. Sebab tauhid tidak akan
sempurna kecuali dengan hal ini, dan itulah agama para Rasul, mereka telah
memperingatkan kaum mereka dari syirik, sebagaimana firman Allah subhanahu
wa ta’ala:
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut”.( QS.
Al-Nahl: 36).
Syirik akan menghapuskan semua
pahala dan amal, baik yang kecil dan yang besar, Allah tidak menerima apapun
dari para pelaku syirik, tidak juga menerima perbuatan yang sifatnya wajib atau
sunnah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan Kami
hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS.
Al-Furqon: 23)
Di antara
musibah yang membuat tubuh dan hati menjadi khawatir dan merupakan bahaya besar
yang mengancam pondasi yang paling berharga bagi umat ini adalah apa yang
ditayangkan oleh para musuh-musuh Islam melalui berbagai media elektronik, dan
media lainnya berupa iklan-iklan yang menghancurkan dan mengarah kepada
terciptanya keraguan kaum muslimin terhadap agama mereka sendiri, dan
menggiring mereka kepada tindakan untuk
meninggalkan agama mereka. Waspadalah! inilah bahaya yang pertama.
Bahaya kedua: Kita melihat tersebarnya
para tukang ramal dan tukang sihir, dan banyak orang yang mendatangi mereka
dengan tujuan berobat dan alasan lainnya. Maka tidak boleh bagi wanita yang
beriman mengunjungi tempat-tempat paranormal, yaitu orang-orang yang menganggap
dirinya mengetahui perkara-perkara yang gaib, untuk mengetahui jenis penyakit,
sebagaimana mereka juga tidak boleh membenarkan apa yang dikatakan oleh dukun
paranormal tersebut, sebab mereka cuma mengira-ngira tentang perkara yang gaib,
atau mereka mendatangkan jin guna meminta tolong kepada mereka untuk memenuhi
permintaan mereka. Mereka ini dihukumi dengan kafir dan sesat apabila mengatakan bahwa mereka mengetahui perkara
yang gaib. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Shafiyah dari sebagian istri-istri Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa yang mendatangi paranormal dan bertanya tentang sesuatu maka dia
tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam”.[2]
Banyak
bahaya lain yang mengancam umat ini dan tidak mungkin bisa keluar darinya
kecuali dengan mewujudkan tauhid dan berpegang teguh padanya, mengetahui
kesyirikan dan kekafiran serta waspada terhadap keduanya dan berlepas diri dari
keduanya.
Wasiat yang ketiga: Menjaga shalat baik rukun,
syarat dan perkara-perkara yang wajib. Allah subhanahu
wa ta’ala
berfirman:
Peliharalah
segala salat (mu), dan (peliharalah) salat wusthaa.
Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk. (QS.
Al-Baqarah: 238)
Shalat
adalah ibadah yang paling pertama yang akan ditanya oleh Allah pada hari
kiamat. Diriwayatkan oleh Al-Thabrani di dalam kitab Al-Mu’jamul Ausath
dari Abdulllah bin Qarth bahwa Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Perkara pertama yang akan dihisab
oleh Allah terhadap hamba -Nya pada hari kiamat adalah shalat, jika shalatnya
baik maka baiklah amal ibadah yang lain, dan jika rusak maka rusaklah semua
amalnya yang lain”.[3]
Dan
perkara terakhir yang diwasiatkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam pada saat beliau menghadapi
sakartul maut adalah bahwa beliau bersabda, “Jagalah shalat, jagalah shalat
dan apa-apa yang dimilki oleh tangan kanan kalian”.[4]
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di
dalam kitab sunannya dari Ubadah bin Shamit dia berkata, aku telah mendengar
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Shalat lima waktu yang telah diwajibkan oleh Allah atas hamba -Nya, maka barangsiapa yang
mengerjakannya dan tidak menyia-nyiakannya karena meremehkan hak-haknya, maka
Allah akan berjanji untuk memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang
tidak mengerjakannya maka tidak ada janji dari Allah untuk memasukkannya ke
dalam surga, jika Allah berkehendak maka maka Dia akan menyiksanya dan
jika dia berkehendak maka Dia akan memasukkannya ke dalam surga”.[5]
Dan
ketahuilah wahai saudariku seiman bahwa tidak akan sempurna keislaman seseorang
sehingga dia mengerjakan rukun Islam yang lima. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari
dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Islam
itu didirikan atas lima pondasi, bersaksi bahwa tiada zat yang lebih berhak
disembah dengan sebenarnya kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah
utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan berpuasa pada bulan
ramadhan serta berhaji ke baitullah”.[6]
Wasiat yang keempat: Bertafaquh dalam agama.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Katakanlah:
"Adakah sama
orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS. Al-Zumar: 9)
Di dalam riwayat Al-Bukhari
dan Muslim dari Mu’awiyah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki oleh
Allah suatu kebaikan maka dia akan diberikan kepahaman dalam agama”.[7]
Oleh karena itulah seorang
wanita muslimah harus mendalami perkara agamanya dengan cara menghadiri pengajian
dan ceramah-ceramah agama, mendengarkan kaset-kaset yang bermanfaat, membaca
buku-buku yang berguna, dan yang terpenting adalah mengahafal kitab Allah, dia
adalah puncak semua ilmu, sumber hikmah, taman bagi orang-orang yang shaleh,
perisai dari kesesatan yang nyata serta beramal dengannya. Aisyah RA berkata: “Alangkah baiknya
wanita-wanita Anshar, rasa malu tidak mencegah mereka untuk bertanya tentang
urusan agama mereka”.
Wasiat kelima: Bertaqwa kepada Allah dan
muraqabah kepada -Nya dalam keadaan sunyi atau ramai, sebab taqwa kepada Allah
adalah wasiat Allah bagi orang-orang terdahulu dan yang akan datang. Allah subhanahu
wa ta’ala
berfirman:
“..dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada
orang-orang yang
diberi
kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada
Allah”. (QS. Al-Nisa’: 131[8])
Dan Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam
banyak berwasiat kepada para shahabatnya agar mereka bertaqwa kepada Allah, di
dalam riwayat Irbadh bin Sariyah bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku berwasiat
kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, hendaklah kalian mendengar dan taat”.[9]
Dan waspadalah terhadap kemaksiatan baik yang kecil atau
yang besar, dan Allah telah menjanjikan bagi orang yang meninggalkan dosa-dosa
besar bahwa akan dihapuskan dosa-dosa kecil mereka dan akan dimasukkan ke dalam
tempat yang mulia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Jika kamu
menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang
kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan
kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS.
Al-Nisa’: 31).
Wasiat yang keenam: Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Hai
istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk(^) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya,(^) dan ucapkanlah perkataan yang
baik,
(QS.Al-Ahzab: 32.)
Dan ini adalah perintah bagi
istri-istri Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam untuk menjaga mereka dan juga bagi seluruh wanita-wanita
muslimah lainnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain.
Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.
Al-Taubah: 71.)
Oleh karena itulah maka wajib
bagi wanita muslimah untuk memperhatikan syi’ar Islam yang agung ini khususnya
di rumah bersama anak-anak dan anggota keluarganya, lalu jika dia melihat pada diri saudaranya suatu
kelalaian dalam ketaatan kepada Allah baik dalam pelaksanaan shalat dan puasa
mereka atau dalam menjalankan hak-hak sebagai suami atau yang perkara lainnya
maka hendaklah dia menasehati mereka dengan kata-kata yang baik, dan nasehat
yang benar, dengan mencontoh para wanita dari
kalangan shahabat, dan semoga Allah meredhai mereka semua.
Wasiat ketujuh: Bersifat malu. Allah subhanahu
wa ta’ala
berfirman tentang Nabi Musa alaihissalam pada saat beliau membantu dua
orang wanita untuk memberikan minum ternak mereka:
Kemudian datanglah kepada Musa
salah seorang dari kedua wanita itu
berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu
agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi
minum (ternak) kami". (QS. Al-Qoshos: 25)
Sangat disayangkan bahwa sifat
malu sangat jarang dimiliki banyak wanita zaman sekarang ini, contohnya adalah keluarnya wanita ke pasar bersama
supir sendirian atau memakai cadar yang diletakkan pada pertengahan hidung,
cadar tersebut menutupi apa yang dibawah hidung namun menampakkan mata dan
kening, atau memakai celana panjang di hadapan para wanita atau memakai pakaian
abaya pada pundak atau memakai pakaian yang sempit dan terbuka atau
bertelanjang. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi
Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Dua golongan dari
penghuni neraka yang tidak pernah aku saksikan, dan beliau menyebutkan salah
satunya adalah:.....para wanita yang berpakaian namun telanjang, berjalan lenggak
lenggok dan memikat, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak
akan masuk surga dan tidak pula mendapatkan bau harumnya, padahal keharuman
surga itu didapatkan dari jarak ini dan ini”.[10]
Oleh karena itulah, maka wajib bagi wanita muslimah untuk waspada terhadap
tipu daya musuh-musuh Allah terhadap diri mereka, mereka ingin agar para wanita
hidup bebas, menjadi barang murahan di tangan-tangan mereka, mereka ingin mengebiri
para wanita muslimah dari keimanan dan agama mereka dan keluar dari fitrah yang
telah diciptakan oleh Allah. Oleh sebab itulah maka setiap wanita muslimah
harus menyadari hal tersebut.
Wasiat kedelapan: Memperbanyak shedeqah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di
antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.( QS. Al-Nisa’: 114.)
Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
Katakanlah:
"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba’: 39)
Di dalam Shahih
Muslim dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam memberikan peringatan kepada para wanita, dalam sabdanya, “Perbanyaklah
bershedeqah sebab sebagian besar kalian adalah sebagai kayu bakar api neraka”.[11]
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Dan memberi hadiah serta bersedeqah
adalah perbuatan yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam, dan kesenangan beliau saat memberi lebih besar dari kesenangan orang yang mengambil pemberian yang diberikan
kepadanya, beliau adalah orang paling dermawan dengan
kebaikan, tangan kanan beliau bagaikan angin yang berhembus kencang, dan
apabila ada orang yang membutuhkan datang meminta maka beliau mendahulukannya
dari kepentingan pribadinya, terkadang mendahulukan mereka dengan makanan,
terkadang pula dengan pakaian dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan untuk bersedeqah dan menganjurkan umatnya untuk melakukan hal
tersebut, dan beliau mengarahkan umat ini kepadanya baik dengan harta dan
perkataan beliau, oleh karena itulah maka beliau adalah manusia ciptaan Allah
yang paling lapang dadanya, yang paling baik kehidupannya, paling halus hatinya
dan shedeqah tersebut memiliki dampak yang sangat mengagumkan dalam menciptakan
kelapangan dada”.[12]
Dan shedeqah yang paling baik adalah shedeqah yang pahalanya tetap mengalir
bagi para hamba walaupun dia telah meninggal dunia, itulah shedeqah jariyah,
seperti menggali sumur, membangun mesjid, mencetak buku-buku agama, wakaf-wakaf
yang pemanfaatannya untuk kemaslahatan sosial, yaitu untuk orang fakir dan miskin
dan yang lainnya.
Wasiat kesembilan: Menjauhi
teman yang buruk. Dan Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa manusia pada hari kiamat
akan menyesal dengan teman yang buruk yang menyesatkannya dan menjauhkannya
dari jalan kebenaran. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang lalim menggigit dua tangannya,
seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul." Kecelakaan
besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab
(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an
itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an
ini suatu yang tidak diacuhkan". (QS. Al-Furqon: 27-30)
Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Zukhruf: 67.)
Diriwayatkan Al-Bukhari
dan Muslim bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan
teman yang baik dan teman yang buruk sama seperti penjual minyak wangi dan
tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi baik dia akan memberimu atau
engkau membeli minyak wangi darinya atau engkau akan mendapat bau yang wangi
darinya. Sementara tukang pandai besi baik dia akan membakar pakaianmu atau
engkau akan mendapat bau yang buruk darinya”.[13]
Banyak wanita yang gagal dalam pendidikannya karena teman yang buruk, banyak
wanita yang kehormatannya terbengkalai dan hilang disebabkan oleh teman yang
buruk, banyak wanita yang tenggelam dalam obat-obat terlarang dan
mabuk-mabukkan dan berbagai bencana buruk yang diakibatkan oleh
tindakan-tindakan terlarang tersebut.
Oleh karena itulah aku berwasiat
kepada saudariku yang beriman agar mereka tetap bersahabat dengan teman yang
shaleh.
Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut
beliau.
[1] HR. Turmudzi no: 3211 dan dia
berkata: Hadits hasan garib
[2] Majmu’atut Tauhid: halaman:
45-48
[3] Al-Tabrani: 2/240 no: 1859 dan
dishahihkan oleh Al-Albani rahimhullah di dalam kitab Al-Silsilah Al-Shahihah
no: 1358
[4] Sunan Ibnu Majah: 2/900 no:
2697
[5] Sunan Abu Dawud: no: 1420
[6] Al-Bukhari: no: 3166 dan
Muslim: no: 1037
[7] Al-Bukhari: 1/20 no: 8 dan Muslim: 1/45 no:
16
[8] Shahih Bukhari halaman: 50
[9] Sunan Turmudzi no: 2676
[10] Muslim di dalam kitab
shahihnya no: 2128
[11] Shahih Muslim: no: 885
[12] Zadul Ma’ad: 2/22-23
[13] Al-Bukhari: no: 5534 dan
Muslim no: 2628
Post a Comment