Pandangan Islam Terhadap Flu Babi
Pandangan
Islam Terhadap Flu Babi
Sesungguhnya Allah I memiliki sunnah kauniah (ketetapan alamiah)
yang tidak tergantikan dan berubah. Allah I mentakdirkannya untuk suatu hikmah yang
diketahui-Nya U.
Ada kalanya
Allah menunjukkan hikmah itu kepada hamba-Nya.
Di antara sunnah-sunnah
tersebut adalah tersebarnya penyakit di tengah manusia. Di zaman kita sekarang
ini telah menyebar berbagai macam penyakit. Penyakit serta bala yang tidak kita
ketahui dan kenal sebelumnya. Muncul penyakit aneh lagi sukar disembuhkan. Hal
ini tentunya tidaklah terjadi tanpa sengaja dan bukan takdir (ketentuan
Allah) yang sia-sia. Ia adalah sunnah rabbani yang keberadaannya
dikuatkan oleh nash-nash al-Quran dan Sunnah. Allah I berfirman,
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu)."
(QS.asy-Syuura:30 )
Telah valid dalam sunan Ibnu
Majah bahwa Rasulullah r
bersabda,
لَمْ تَظْهَر
الْفَاحِشَة فِي قَوْم قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ
الطَّاعُون وَالْأَوْجَاع الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافهمْ
"Tidak tampak kemungkaran pada suatu kaum hingga mereka
menampakkannya, melainkan akan menyebar di tengah mereka wabah dan penyakit
yang belum pernah ada di masa orang-orang sebelum mereka."
Manusia tidak berharap
mendapat penyakit atau bala, tidak pula bersinggungan dengannya. Hendaknya meminta
keafiatan sebagaimana hadits sahih yang diriwayatkan oleh at-Turmidzi dari
sabda Rasulullah r:
سَلُوا اللَّهَ الْعَفْوَ
وَالْعَافِيَةَ فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنَ الْعَافِيَةِ
"Mintalah kepada Allah pengampunan dan keafiatan
(kesehatan). Karena seorang di antara kalian tidaklah diberi sesuatu yang lebih
baik setelah keyakinan selain kesehatan." [Hadits
riwayat at-Turmudzi]
Saat ini telah tersebar suatu
penyakit yang dinamakan dengan Flu Babi. Bagaimana aqidah seorang muslim
menghadapi penyakit ini. Kita ringkas dalam poin-poin berikut:
Pertama:
Bahwa penyakit ini dan yang
lainnya tidak lebih dari penyakit yang merupakan sunnah kauniah rabbaniah
(ketentuan alam yang Allah tetapkan). Di dalamnya terdapat hikmah-hikmah yang
tidak diketahui selain oleh Allah I.
Dengannya nampaklah kekuatan Sang Pencipta yang Mahakuat I dan begitu lemahnya makhluk, yang nista, tidak
memiliki daya dan upaya, yang tidak dapat lepas dari Pencipta-nya barang
sekejappun. Sebagaimana pula memperlihatkan antara mukmin yang sebenarnya, yang
beriman dengan qodho dan qodar Allah, yang menyerahkan segala perkaranya kepada
Allah dengan mereka yang kosong dari keimanan terhadap qodho dan qodar
Allah dan penyerahan total kepada keputusan-Nya.
Dari hikmah yang nampak adalah
bahwa penyakit merupakan bagian dari penghapus dosa bagi yang sabar dan
mengharap pahala Allah I.
Di dalam Shahihain dari Ibnu Mas'ud t
bahwa Rasulullah r
bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ
أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ
الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
"Tidaklah seorang mukmin
tertimpa penyakit dan selainnya melainkan Allah hapuskan dengannya dosanya,
sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya."
Di dalam Shahih Muslim
diriwayatkan bahwa Nabi r
mendatangi Ummu as-Saaib yang sedang sakit dan berkata kepadanya,
"Mengapa engkau
mengerang, wahai Ummu as-Saaib?!"
"Aku terkena demam yang
tidak ada berkah Allah padanya." Jawabnya.
Nabi r berkata,
لاَ تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا
تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
"Janganlah engkau
mencela demam karena ia menghapus dosa-dosa anak Adam sebagaimana panas yang
merontokkan karat besi."
Hikmah terbesar dari adanya penyakit
adalah menjadi sebab dimasukkannya hamba ke dalam surga dan terselamatkan dari
api neraka. Dalam Shahih Muslim Allah I
berfirman,
يَا ابْنَ آدَمَ إِذَا أَخَذْتُ
كَرِيمَتَيْكَ فَصَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى لَمْ أَرْضَ لَكَ
بِثَوَابٍ دُونَ الْجَنَّةِ
"Wahai anak Adam jika
diambil kedua matamu dan kamu bersabar dan berharap pahala pada awal peristiwa,
Aku tidak ridho untukmu pahala selain surga." [Hadits
Qudsi]
Diriwayatkan pula dalam Sunan
Ibnu Majah bahwa Nabi r
menjenguk orang yang sakit dan bersabda,
أَبْشِرْ فَإِنَّ اللَّهَ
يَقُولُ هِىَ نَارِى أُسَلِّطُهَا عَلَى عَبْدِى الْمُذْنِبِ لِتَكُونَ حَظَّهُ مِنَ
النَّارِ في الآخرة
"Kabar gembira, sesungguhnya Allah I berfirman, "Itu adalah apa yang aku kuasakan
kepada hambaku yang berdosa di dunia sebagai pengurang dari api neraka di
akhirat."
Siapa yang merenungkan nash-nash
di atas akan hilang kegalauan dan kegundahannya. Hatinya akan dipenuhi dengan
keridhaan atas takdir Allah. Dan ini lebih tinggi dari derajat sabar.
Kedua:
Tidak boleh berlebihan dalam
kepanikan dan ketakutan terhadap penyakit ini dan yang semisalnya.
Orang-orang di berbagai
belahan dunia ini telah tertimpa ketakutan dan kepanikan yang sangat. Hal ini
tidak semestinya terjadi pada seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari
akhir. Seorang muslim dengan imannya yang kuat amat yakin bahwa dia tidak akan
tertimpa sesuatu selain apa yang telah Allah tentukan untuknya, sebagaimana
yang telah Allah firmankan,
"Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami,
dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS.at-Taubah:31)
Orang yang beriman mengetahui
dengan keyakinannya bahwa dia akan mati pada waktu yang telah Allah takdirkan
untuknya. Tidak bermanfaat baginya ketakutan dan lari dari kematian. Allah I berfirman,
"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…" (QS.an-Nisaa:78)
Yang wajib adalah tidak takut
dengan kematian tetapi mempersiapkan diri dengan amal-amal saleh sehingga
beruntung pada hari kiamat. Allah I
berfirman:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan." (QS. Ali Imraan:185)
Ketiga:
Yang wajib bagi seorang muslim
adalah mengupayakan sebab-sebab untuk membentengi diri dari penyakit ini.
Dari sebab yang paling kuat
adalah tawakal kepada Allah I
dan keyakinan yang mantap bahwa hanya Allah-lah I yang memberikan kesembuhan. Oleh karena itu Nabi r mengingatkan umatnya bahwa pemberi kesembuhan
hanyalah Allah semata. Sebagaimana berita yang valid dalam sunan Abu Dawud dari
Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah r
bersabda,
أَذْهِبِ البَأس رَبَّ
النَّاسِ، اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِى، لا شِفَاءَ إِلا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ
يُغَادرُ سقمًا
"Hilangkanlah penyakit,
wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah, engkau pemberi kesembuhan, tidak ada
kesembuhan selain kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan
derita."
Keempat:
Menggunakan obat-obatan
bermanfaat yang tersedia. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan tawakal.
Telah diriwayatkan dalam sunan
Abu Dawud dari Usamah bin Suraik, dia berkata, "Aku mendatangi Nabi r dan para sahabatnya, di atas kepala mereka seolah
ada burung yang bertengger. Akupun memberi salam kepada mereka lalu duduk.
Kemudian datang orang-orang arab badui dan bertanya, "Wahai Rasulullah
apakah kita perlu berobat?" Nabi r
bersabda,
تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ
الْهَرَمُ
"Berobatlah! Sesungguhnya
Allah I
tidaklah mengadakan suatu penyakit melainkan Dia adakan pula obatnya selain
satu penyakit yaitu tua."
Kelima:
Di antara jalan yang paling
penting dalam melindungi diri dari penyakit ini
dan selainnya adalah membentengi diri dengan zikir syar'i.
Bagi setiap muslim hendaknya
menjaga zikir pagi dan petang. Yang terpenting dari zikir-zikir itu adalah
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah r,
"Tidaklah seorang hamba
mengucapkan setiap pagi dan sore hari:
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ
يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ
[Bismillahi laa yadhurru
ma'asmihi syai'un fil ardhi walaa fii sama wahua samii'ul aliim]
Artinya:
'Dengan menyebut nama Allah
yang tidak ada sesuatupun yang dapat memberi mudarat dengan nama-Nya di bumi
maupun di langit dan Dia Mahamendengar lagi Mahamengetahui.' Dibaca sebanyak tiga kali, tidak akan
membahayakannya sesuatupun."
Membaca mu'awizat
sebanyak tiga kali sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi r, bahwa jika beliau bergegas tidur di
pembaringannya setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya kemudian
meniupnya dengan membaca surat al-Ikhlas (Qulhuwallahu ahad…dst), surat
al-Falaq (Qul a'uzu birobbil falaq) dan surat an-Naas (Qul a'uzu birobbinnas),
kemudian mengusap dengan kedua telapak tangannya itu seluruh tubuhnya
sedapatnya, dimulai dari kepala, wajah dan bagian depan tubuhnya. Beliau
melakukannya tiga kali. [Hadits riwayat al-Bukhari]
Membaca ayatul kursy sebelum
tidur. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam Shahih
al-Bukhari:
"Jika engkau mendatangi
tempat pembaringanmu, maka bacalah ayat kursy dari awal hingga selesai (Allahu
laa ilaaha illa hu…dst). Engkau akan senantiasa mendapat penjagaan dari Allah
dan tidak akan didekati oleh syaitan sampai subuh."
Juga membaca penutup surat
al-Baqoroh sebelum tidur sebagaimana yang terdapat di dalam Shahihain Dari Ibnu
Mas'ud t dia berkata, bersabda Nabi r,
مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ
مِنْ آخِر سُورَة الْبَقَرَة فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
"Siapa yang membaca dua ayat terakhir surat al-Baqarah pada
malam hari, dua ayat itu sudah cukup (menjadi penjaganya)."
Keenam:
Memperbanyak taubat dan istigfar
(meminta ampun kepada Allah).
Allah I berfirman:
"Dan Allah sekali-kali
tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah
(pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." (QS. Al-Anfal:33)
Dan firman-Nya I:
"10.
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun-. 11. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat. 12. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai." (QS. Nuuh:10-12)
Semakin banyak seorang muslim
beristighfar akan semakin dekat dia kepada Tuhan-nya I dan semakin jauh pula dia dari penyakit dan bala.
Bala tidak menimpa melainkan disebabkan dosa, dan tidaklah bala itu diangkat
selain dengan taubat dan istighfar.
Ketujuh:
Senantiasa menjaga senjata
yang paling agung yaitu doa. Allah I
berfirman:
"Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran." (QS.al-Baqarah:186)
Dan firmannya I:
"Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina."
(QS.Ghaafir:60)
Nabi r dahulu meminta perlindungan dalam doanya dari
buruknya penyakit.
Kita meminta kepada Allah
untuk semua keselamatan dan keafiatan (kesehatan) serta menyembuhkan seluruh
kaum muslimin yang menderita sakit.
Post a Comment